Badai Al-Aqsa, Momentum Bangsa Arab Memobilisasi Kekuatannya
Palestina adalah saksi kehancuran peradaban yang sadis dan kejam. Palestina telah ditakdirkan sebagai kuburan bagi para peradaban kolaborasi adi daya yang bengis dan tak memiliki kemanusiaan. Itulah takdir tanah Palestina.
Nebukandezar berperilaku bengis di Palestina dengan menghancurkan kerajaan yang telah dibangun oleh Nabi Daud as dan Sulaiman as. Juga, membakar Masjidil Aqsa. Akhirnya, ia mati karena serangan nyamuk di negerinya sendiri, Babilonia.
Tentara Salib, gabungan raja-raja Eropa, membunuh kaum Muslimin hingga Masjidil Aqsa dibanjiri darah. Lalu mendirikan kerajaan Yerusalem di Palestina. Berakhir dengan kehancuran dalam perang Hittin, di mana Muslimin dipimpin oleh Shalahuddin Al-Ayubi, yang berasal dari Iraq Kurdi. Sejak itu, Tentara Salib tak pernah menuai kemenangan lagi.
Pasukan Mongol berhasil memorakporandakan kekhalifahan Abbasiyah. Baghdad hancur lebur. Darah Muslimin mengalir deras di atas Baghdad. Akhirnya, mereka hancur lebur dalam perang Ain Jalut, di mana Muslimin dipimpin oleh Saifudin Al-Qutuz, yang berasal dari Transoksiana. Sejak itu, Tentara Mongol tidak pernah meraih kemenangan lagi.
Di dalam dua peperangan yang mengubah wajah kezaliman menjadi kedamaian di tanah Palestina, apakah ada yang dipimpin oleh bangsa Arab? Di dalam dua peperangan besar Muslimin di Palestina yang menjadi momentum kebangkitan Muslimin, belum ada yang dipimpin oleh bangsa Arab. Kapan saatnya?
Kezaliman Penjajah Israel yang didukung Amerika, Inggris, Jerman, dan sekutunya, sedang membahana di dunia, dengan titik sentralnya di Palestina. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan operasi Badai Al-Aqsa oleh faksi perlawanan Palestina yang dipimpin oleh Hamas, yang dari bangsa Arab. Bukankah ini momentum Muslimin dari Arab untuk membuktikan peradabannya?
Kaum Muslimin dari bangsa Arab yang terdekat dengan Palestina, menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan tanah suci Palestina, khususnya Masjidil Aqsa. Setelah sekian lama “dipermalukan” dalam ragam pertempuran semisal perang 6 hari, maka saatnya mengambil peran yang lebih besar lagi bagi Islam dan kemanusiaan dunia, seperti jejak pendahulunya. Bangsa Arab Palestina telah memulai. Sekarang, ia menanti yang mau menyambut seruan ini.