Suatu hari Nabi Daud as kedatangan seorang lelaki yang belum pernah ia kenal. Wajah lelaki itu berseri dan penampilannya bersih. Dia membawa kabar, bahwa si Fulan sahabat Nabi Daud as, dua hari lagi akan meninggal dunia. Di akhir ucapannya, lelaki itu lenyap. Nabi Daud as akhirnya sadar, bahwa ia baru saja berhadapan dengan malaikat.
Sebelum menyampaikan kabar itu kepada yang bersangkutan, Nabi Daud as merenung sejenak. Batinnya berkomunikasi dengan Allah Swt seraya memanjatkan doa agar Allah berkenan mengampuni dosa sahabatnya itu. Lalu dengan hati-hati dan sebijaksana mungkin, ia sampaikan kabar itu kepada sahabatnya. Tentu saja dengan disertai nasihat supaya sahabatnya itu semakin rajin mendekatkan diri kepada Allah swt. Nabi Daud as mengira sahabatnya itu akan terkejut mendengar kabar yang ia bawa. Ternyata tidak. Si Fulan tersenyum, dan keikhlasan terpancar di wajahnya yang bening.
"Segala puji bagi Allah. Kepada siapa lagi kita akan kembali kalau bukan kepada pemiliknya?" kata lelaki itu.
Kemudian mereka berpisah, dan masing-masing kembali dengan kegiatan rutinnya. Di tengah kesibukannya, Nabi Daud as senantiasa memonitor laki-laki yang dikabarkan tidak lama lagi akan meninggal dunia itu. la takjub, laki-laki itu bekerja dan beribadat wajar-wajar saja. Hingga, syahdan berita tentang kematiannya itu sudah banyak yang tahu. Dan banyak orang bersimpati kepadanya. Tetapi dia sendiri tetap tenang-tenang saja. Tidak ada yang berubah, misalnya kengerian atau berlebihan dalam ibadahnya.
Sampai waktu yang dijanjikan sebagai sisa umurnya tinggal satu hari lagi. Hari itu banyak orang yang menjumpainya saat takziyah di rumah salah seorang sahabat yang meninggal dunia.
Sepekan berlalu sudah. Namun, lelaki itu ternyata masih segar bugar. Apakah malaikat itu lupa? Atau aku saja yang salah duga? Apakah kejadian itu bukan mimpi? Nabi Daud as bertanya-tanya di dalam hati.
Di dalam galau, tiba-tiba malaikat berwujud laki-laki itu muncul di hadapannya. "Apa yang kau pikirkan wahai utusan Allah?" tanyanya.
"Benarkah apa yang engkau katakan dulu?" tanya Nabi Daud setelah sadar dari terkejutnya.
"Allah menghendakinya."
"Tetapi berita itu sudah tersebar."
"Bahkan dia mendapat kesempatan hidup dua puluh tahun lagi."
"Kenapa bisa begitu? Apa kelebihan sahabatku itu?"
"Ketahuilah, sahabatmu itu adalah seorang lelaki yang amat menjaga ikatan silaturahmi. la selalu bertakziyah pada orang yang meninggal, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenalnya, yang dekat maupun yang jauh. Itu perlakuannya kepada yang mati, apalagi kepada yang hidup. Dia juga suka mendamaikan orang yang bersengketa. Pendek kata, laki-laki itu adalah penghubung di antara hati-hati manusia."
Nabi Daud as tertegun dalam kebahagiaan. Satu pelajaran telah diterimanya. Ajaran itu kelak akan diteruskan oleh Nabi Muhammad saw dan pengikutnya. Begitu gembiranya Nabi Daud, sampai-sampai ia tidak tahu kalau malaikat itu telah lenyap dari hadapannya.
Eman Mulyatman
Disadur dari majalah Sabili No.15 TH. VI 10 FEBRUARI 1999/ 23 Syawal 1419

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!