Presiden AS, Donald Trump, sejak 25 Januari 2025 berencana untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan memindahkan mereka ke negara-negara tetangga semisal Mesir dan Yordania. Kedua negara tersebut menolak usul Trump. Sebab, hal itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan bertolak belakang dengan hukum internasional. Bukan hanya Mesir dan Yordania, penolakan juga datang dari negara-negara Arab lainnya serta organisasi regional dan internasional.
Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, mengonfirmasi bahwa negaranya sedang memersiapkan rencana komprehensif untuk membangun kembali Jalur Gaza tanpa harus memindahkan warga Palestina dari sana. Hal itu ia ketakan di hadapan Presiden Kongres Yahudi internasional, Ronald Lauder. Di kesempatan itu pula, el-Sisi meminta semua pihak untuk mengawasi proses gencatan senjata agar bisa berjalan dengan lancar.
Bersama Presiden Kongres Yahudi internasional, ia juga membahas soal strategi untuk memulihkan stabilitas di Timur Tengah. Termasuk soal pertukaran sandera dan tahanan, serta membantu proses masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Menurut el-Sisi, pendirian negara Palestina pada 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya, merupakan satu-satunya jaminan untuk mencapai perdamaian permanen.
Kongres Yahudi Internasional didirikan tahun 1936 dan berkantor pusat di Kota New York. Ia adalah federasi internasional organisasi-organisasi Yahudi yang mendukung gerakan Zionis. Kongres Yahudi tersebut berupaya mendirikan Negara Israel dengan mengusir orang-orang Arab Palestina di negara Palestina.
Baca Juga :

Presiden Mesir mengemukakan, Kongres Yahudi Internasional setuju dengan rencana yang diusulkan Mesir untuk memelihara stabilitas di Timur Tengah, dan menekankan bahwa perdamaian adalah harapan dan harus dicapai melalui solusi dua negara.
Di Kairo, el-Sisi juga bertemu dengan Putra Mahkota Yordania, Hussein bin Abdullah. Kedua negara tersebut berencana mengadakan KTT darurat Arab, yang akan dilaksanakan tanggal 27 Februari mendatang, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan Palestina. Selain itu, Yordania dan Mesir juga memeringatkan bahaya eskalasi yang sedang berlangsung di Tepi Barat, juga serangan terhadap tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Yerusalem.
Saat ini sedang berlangsung gencatan senjata di Gaza. Perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan tahap pertama dimulai pada tanggal 19 Januari, dan dibagi menjadi tiga tahap, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari, dengan ketentuan bahwa tahap berikutnya dinegosiasikan sebelum tahap saat ini selesai.
Sumber: Al Jazeera

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!