Pada Ahad (8/6/2025) dini hari, komando militer penjajah Israel menangkap 12 aktivis yang ikut dalam ekspedisi kapal Madleen. Penjajah Israel menahan 12 aktivis tersebut setelah sebelumnya menyerbu ekspedisi kapal Madleen dan menggiringnya ke Pelabuhan Ashdod di Israel tengah. Demikian laporan dari Media penyiaran Israel.
Oleh otoritas penjajah Israel, para aktivis tersebut dituduh sebagai pendukung Hamas dan dianggap anti-Semit. “Para aktivis di dalam kapal tersebut adalah pendukung terorisme,” kata Menteri pertahanan penjajah Israel, Yoav Gallant.
Kesaksian Aktivis di Kapal Madleen
Aktivis lingkungan terkemuka asal Swedia, Greta Thunberg, yang ikut dalam pelayaran ini, menyatakan dalam unggahan media sosialnya. Ia menyerukan kepada keluarga, teman-teman, dan pemerintah Swedia, agar segera bertindak untuk membebaskan dia bersama aktivis lain yang juga ditahan.
“Saya diculik di perairan internasional saat hendak mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza,” tuturnya.

Kapal Madleen
Kapal Madleen berangkat dari Pelabuhan Catania, Italia, di awal Juni 2025, membawa 12 orang aktivis dari berbagai negara serta bantuan kemanusiaan berupa makanan, obat-obatan, dan peralatan medis. Ekspedisi kapal Madleen merupakan bagian dari kampanye Freedom Flotilla Coalition.
Kapal Madleen merupakan kapal ke-36 yang mencoba menembus blokade Gaza. Nama Madleen diambil dari Madleen Kullab, perempuan Palestina pertama yang menjadi nelayan profesional di Jalur Gaza. Ia kehilangan ayah dan mata pencaharian akibat agresi militer Israel pada Oktober 2023.
Respon Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Pelapor Khusus PBB untuk HAM di Wilayah Palestina, Francesca Albanese, mengatakan bahwa penahanan kapal itu tidak boleh mematahkan semangat solidaritas.
"Perjalanan Madleen telah berakhir, tetapi misinya belum. Setiap pelabuhan di Mediterania harus mengirim kapal solidaritas ke Gaza," tegasnya.
(Sumber: Independent Arabia & Al Jazeera)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!