Ketika kita menyebut atau mendengar istilah teleportasi, yang ada dalam bayangan kita adalah pengiriman partikel suatu benda, sehingga benda yang diteleportasikan atau dikirimkan itu mendadak hilang di satu titik dan muncul di titik yang lain. Tetapi, kata teleportasi juga melemparkan ingatan kita pada kisah Nabi Sulaiman AS dengan seorang ratu bernama Bilqis. Lalu, apakah peristiwa teleportasi itu identik dengan kejadian di zaman Nabi Sulaiman?
Kala itu, burung Hud-hud membawa kabar untuk Nabi Sulaiman, bahwa ada sebuah kerajaan bernama Saba' yang dipimpin oleh Ratu Bilqis. Kerajaan itu makmur, namun rakyat dan pemimpinnya menyembah matahari.
Melalui burung Hud-hud, Nabi Sulaiman lantas mengirimkan surat kepada Ratu Balqis dan pengikutnya. Isinya adalah larangan untuk bersikap sombong dan memerintahkan sang ratu datang menyerahkan diri. Setelah berunding dengan penasihat, akhirnya Ratu Balqis memutuskan untuk menghadap langsung Nabi Sulaiman.
Seperti dilansir laman suaramuhammadiyah.id, Nabi Sulaiman lalu memerintahkan pasukannya untuk menunjukkan bukti kekuasaan Allah ﷻ. Hal itu untuk meruntuhkan kesombongan Kerajaan Saba'.
Nabi Sulaiman lalu memerintahkan pasukannya untuk memindahkan singgasana Ratu Bilqis ke istananya. Kejadian itu tertulis dalam Al Qur'an. Allah ﷻ berfirman:
"Dia (Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?” – QS An-Naml:38
"Ifrit dari golongan jin berkata, 'Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya'.” – QS An-Naml:39
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab, 'Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.' Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, 'Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya)'. Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku MahaKaya, Maha Mulia.” – QS An-Naml:40
Mengutip dari laman tafsirweb, Li Yaddabbaru Ayatih/Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, Professor Fakultas Syari'ah Universitas Qashim - Arabi Saudi, menafsirkan beberapa hal. Pertama, "Dia menggunakan ilmu bukan dengan kekuatan".
Kedua, perhatikan pada ayat ini tatkala didatangkan kepada Sulaiman singgasana Balqis: { مُسْتَقِرًّا } walaupun waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan singgasana besar itu dari istanaBilqis itu sangat cepat. Akan tetapi ketika singgasana itu telah ada di Istana Nabi Sulaiman, terlihat seakan-akan ia telah lama tersimpan di tempat itu. Padahal, ketika manusia memindahkan suatu barang besar dengan waktu yang singkat, tentu akan meninggalkan bekas bahwa barang itu baru saja dipindahkan. Namun, hal itu tak terjadi pada singgasana Bilqis. Maha kuasa Allah dengan segala kekuatan-Nya.
Apakah telah terjadi teleportasi dalam peristiwa itu? Kemungkinan pendapat tentang teleportasi keliru, karena dari pemahaman terkait konsep itu dengan membaca beberapa artikel dan pembuktian para ilmuwan yang membahas tentang konsep teleportasi, kata teleportasi bermakna pengangkutan informasi, bukan pengangkutan materi. Karakteristik sebuah partikel tiba-tiba berubah ketika karakter partikel pasangannya yang berada di lokasi yang lain diubah.
Lalu bagaimana dengan teleportasi yang divisualkan dalam film-film, ketika seseorang bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dalam sekejap? Idenya adalah, membaca seluruh data sub-atomic yang ada dari seseorang, diuraikan di lokasi A, mengirimkan informasi itu ke lokasi B (lokasi yang dituju), dan kemudian merekonstruksi kembali seluruh informasi sub atomic tersebut sehingga menjadi satu orang yang lengkap, hidup, dan persis sama seperti orang yang ada di lokasi A tadi.
Bisa dilakukan? Bisa. Jika kita punya cukup banyak pasangan partikel. Artinya, informasi seseorang atau suatu barang bisa dikirimkan secara lengkap ke lokasi lain dalam sekejap mata (tanpa ada jeda waktu sama sekali).
Tak tertutup kemungkinan, teknologi teleportasi, seperti halnya pintu Doraemon yang bisa mengantarkan ke mana saja, suatu saat dapat tercipta. Memanfaatkan kemajuan teknologi dan pengetahuan serta pemberdayaan SDM (Sumber Daya Mahasiswa) berotak emas, hal itu akan memungkinkan untuk bisa diciptakan.
Sekarang teleportasi hanya bisa untuk memindahkan benda yang berskala nanometer semisalatom hidrogen. Namun, ada yang percaya bahwa di tahun 2033 kemungkinan manusia sudah bisa meneleportasikan atom kuprum atau tembaga.
Lalu, bagaimana jika kita berteleportasi? Banyak hal yang memungkinkan manusia bisa berteleportasi. Termasuk sikap optimistis yang dilakukan oleh para ilmuwan dunia dan mengklaim bahwa di tahun 2035 manusia sudah bisa memanfaatkan teknologi untuk berpindah tempat dalam sekejap.
Dampaknya? Industri transportasi akan bangkrut. Sebab, di saat seperti itu manusia tidak lagi membutuhkan moda angkutan untuk bisa mencapai tempat tujuan. Industri mesin jet pun tidak dibutuhkan lagi, karena untuk mengejar waktu dan sampai di tempat tujuan bisa lebih cepat dengan teleportasi. Artinya, manusia akan lebih cepat dan lebih mudah berpindah tempat ke berbagai lokasi.
Selain itu, keselamatan dan privasi seseorang akan terancam. Sebab, sewaktu-waktu seseorang akan dengan mudahnya berada di sekitar kita sesuai dengan keinginannya. Dan di saat itu, manusia tidak lagi membutuhkan teknologi komunikasi semisal ponsel. Wallahu A'lam.
*Diolah dari berbagai sumber
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!