Bupati Limapuluh Kota, Safaruddin Dt. Bandaro Rajo, turun tangan atas kejadian yang menimpa seorang guru di SD Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Hal itu menyusul video yang viral pada 17 Juli 2023, tentang seorang siswa di SD Akabiluru yang memaki gurunya. Video yang viral itu lantas memancing kemarahan publik. Sehari, sehari setelah kejadian murid memaki gurunya itu, sang guru yang bernama Fermini Wulansari tersebut justru meminta maaf dan memberikan klarifikasi melalui video. Padahal, posisi dia justru adalah korban.
Safaruddin Dt. Bandaro Rajo pun turun tangan menyikapi berita itu. Bupati Limapuluh Kota itu menyatakan, ia terluka menyimak video viral itu. Namun, ia lebih kecewa lagi, ketika mendengar sang guru justru yang meminta maaf. Safaruddin mengaku marah, mengapa justru sang guru yang disuruh minta maaf?
"Adat apa ini?" seru Safaruddin.
Bupati Limapuluh Kota itu pun lantas memanggil Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota dan Kepala Sekolah di SD yang bersangkutan. "Saya jarang marah, memang. Namun, bila sudah menyangkut harkat dan martabat guru, saya tak bisa main-main. Bagi saya, ini adalah sesuatu yang sangat serius," tegasnya.
Mengapa murid SD itu sampai berani memaki hingga mampacaruik (membuat berantakan, red) gurunya? Seperti beredar di media sosial menyangkut peristiwa itu, konon si anak yang “mampacaruik-kan” gurunya itu adalah anak pejabat dan memiliki backing-an. Namun, Safaruddin Dt. Bandaro Rajo membantah hal itu.
"Berkali-kali saya menyampaikan ke ruang publik, ‘Hormati gurumu.’ Bila kita kehilangan rasa hormat kepada guru, maka ilmu akan lenyap. Pengetahuan tak akan lekat di ruang kepala. Hilang karomah guru, maka hilang adab dan budi pekerti. Islam memberikan penghargaan tertinggi kepada guru kita. Guru tak boleh dilecehkan, apalagi ditekan-tekan!" katanya.
Atas kejadian itu, Safaruddin meminta maaf. "Hari ini, pada kesempatan ini, saya minta maaf kepada publik dan guru di tanah air dan khususnya di Sumatera Barat dan Kabupaten Limapuluh Kota, atas kefatalan peristiwa yang melukai hati kita bersama, ketika mana justru sang guru yang meminta maaf," katanya.
Safaruddin Dt. Bandaro Rajo pun mengutip buku “Konsep Pendidik KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Al Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’alim dan Relevansinya” oleh Zulfaizah Fitri, M.Pd. Menurut dia, bukti bahwa Islam menghargai guru terlihat ketika Islam menempatkan kedudukan guru yang setingkat di bawah nabi dan rasul. Sebab, guru berkaitan dengan ilmu dan Islam sangat menghargai ilmu.
“Betapa Islam sangat menghargai ilmu itu dijelaskan dalam surat Al Mujadilah ayat 11 yang sering saya sampaikan di berbagai kesempatan. Tidak itu saja. Di dalam Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al Baihaki juga ditegaskan tentang pentingnya ilmu yang diajarkan oleh guru, yang berbunyi, ‘Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau jadi orang kelima, maka engkau akan celaka’,” jelasnya.
Lansiran lain dari Bupati Limpuluh Kota, hadist tentang guru, “Barang siapa memuliakan orang alim (guru), maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku, maka ia memuliakan Allah. Dan barang siapa memuliakan Allah, maka tempat kembalinya adalah surga” (Kitab Lubabul Hadits).
Simak hadist ini, “Barang siapa memandang wajah orang alim (guru) dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya, maka Allah Ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat,” (Kitab Lubabul Hadits).
Begitu mulia pekerjaan seorang guru di mata Islam. Pahalanya akan terus mengalir di dunia dan akhirat! Maka, Safaruddin mengatakan, sulit menahan rasa kecewa ketika sang guru yang profesinya sangat mulia justru seperti ditekan untuk minta maaf. “Pada pertemuan tadi, saya ingatkan semua jajaran, guru jangan diintervensi,” ujarnya.
Bupati Limapuluh Kota ini tak hendak mencari siapa yang salah. Tetapi, apa yang dinamakan dengan klarifikasi guru minta maaf atas peristiwa yang lantas viral dan tersebar di berbagai platform media sosial itu adalah suatu kekeliruan yang sangat fatal. Bupati pun menegaskan, akan memberikan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak yang teridentifikasi memberikan “tekanan”.
"Saya telah meminta pertanggung jawaban Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah yang bersangkutan serta pihak-pihak yang ikut mendampingi sang guru sewaktu menyampaikan klarifikasi," papar Safaruddin.
"Bila hati guru dilukai, niscaya saya akan berada di depan. Saya akan kobarkan spirit “save guru”. Karena kita sangat tahu bahwa guru adalah orangtua kita setelah orangtua kandung di rumah. Para orangtua, saya mohonkan, beri kepercayaan mendidik kepada ibu dan bapak guru di sekolah. Bila anak dimarahi di sekolah, jangan serta merta dengan emosional membela sang anak dan ‘menyerang’ sang guru,” katanya.
Safaruddin juga mohon pengertian dan rasa paham para orangtua. Idealnya, justru si anak didampingi orangtua yang minta maaf kepada masyarakat. Bukan gurunya! Guru harus nyaman mengajar.
Bupati Limapuluh Kota pun berharap, kejadian serupa tak terulang kembali. Ini adalah “peringatan keras”. Terutama kepada Kadis Dikbud dan Kepala Sekolah yang bersangkutan.
"Si anak serta semua yang terkait dan terlibat dalam video viral itu, minta maaflah kepada sang guru di ruang publik."
Sekali waktu, jangan pernah melukai dan menyakiti hati guru-guru kita. Bila hati guru luka, lenyap segala ilmu.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!