Cerita kali ini adalah tentang Si pengajar Dakwah Marginal, Namanya Wahyu Santoso. Beliau adalah santri Pesantren Bina Insan Kamil angkatan tahun 2021 yang aktif mengajar di titik dakwah marginal (DM) Rawamangun.
Mas Wahyu, demikian sapaan sosok kita ini. Selain aktif belajar dan mengajar, dalam kesehariannya beliau juga berprofesi sebagai mekanik service kendaraan sepeda motor rumahan. Beliau buka praktik sendiri setelah memutuskan untuk resign dari bengkel tempat dahulu bekerja.
Kami biasa menggunakan jasa sercive Mas Wahyu, untuk kendaraan sepeda motor kami. Termasuk kendaraan operasional pesantren dan juga beberapa kendaraan staff Yayasan Bina Insan Kamil.
Tak hanya jago service sepeda motor, ternyata Mas Wahyu, juga bisa service badan, untuk membuktikannya hari ini saya menjadi pasien bekam Mas Wahyu.
“Sejak kapan bisa membekam Mas ?” pertanyaan pertama saya kepada Mas Wahyu ketika sedang dibekam.
Mas Wahyu menjawab singkat “sejak tahun 2017”
“Wah sudah lumayan lama ya, bagaimana tuh ceritanya Mas?” sambung saya penasaran.
“Awalnya dulu saya hanya ikut bantu teman, di Solo. Teman saya buka praktik bekam di rumah, kebetulan beliau sudah bersertifikasi PBI (Pelatihan Bekam Indonesia) Jelas Mas Wahyu.
“Kenapa jadi tertarik membekam Mas?” tanya saya selanjutnya.
“Bekam itu kan dianjurkan oleh Rasulullah Saw, dan saya juga berharap bisa membantu teman-teman yang masih mau mencoba pengobatan tradisional ini, semoga ada manfaatnya.” tutur Mas Wahyu.
“Maa sya Allah… semoga dari wasilah bekam ini jadi amal soleh antum ya Mas, insyaAllah terasa manfaatnya”. Sahut saya.
“Aamiin… terimakasih do’anya Mas” sambut Mas Wahyu.
“Gimana Mas, analisa hasil bekam saya?” pertanyaan lanjutan saya saat masih proses bekam.
“Antum sepertinya masuk angin, soalnya di bagian punggung gak terlalu banyak darahnya, tapi ada gas membekas disekop bekamnya. Setelah ini saya sarankan jangan langsung mandi ya Mas, tunggu minimal 2-3 jam terlebih dahulu, karena pori-pori masih terbuka ketika ditusuki jarum bekam tadi.”
“Oke Mas, itu saran yang mudah dilaksanakan InsyaAllah, karena kebetulan saya jarang mandi juga Mas, biar hemat air…hehe” sahut saya sambil bercanda.
Begitulah sisi lain dari kegiatan Dakwah Marginal kali ini. Bukan sekedar kisah para binaan saja yang menarik, para aktivis dakwahnya pun memiliki ragam kiprah yang perlu kita simak.
Mas Wahyu adalah salah satu sosok da'i atau aktivis dakwah marginal yang istiqomah dalam menunaikan amanah dakwah. Di balik kesederhanaan hidup beliau, ada sisi kehidupannya yang layak kita teladani.
Pertama, Mas Wahyu sangat sadar untuk terjun dalam dunia dakwah. Ia menyadari sepenuhnya bahwa dakwah adalah kewajiban setiap muslim, beliau siap berkonstribusi dalam kegiatan dakwah, dengan apapun kemampuan yang ia miliki. Untuk kepentingan ini, Mas Wahyu tak sungkan untuk terus belajar mendalami ajaran Islam.
Ini bentuk kesadaran yang langka. Betapa banyak di antara kita yang dianugerahi oleh Allah kelapangan waktu, ilmu dan rezeki, namun berat untuk mendalami ajaran Islam, apalagi berkiprah dalam dakwah.
Kedua, Mas Wahyu adalah tipikal manusia yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Berbasis ketrampilan, Mas Wahyu tak pernah ragu bahwa rezeki setiap hamba sudah dijamin oleh Allah azza wa jalla. Betapa banyak diantara kita yang tak berani hidup, jika tidak menjadi pegawai atau karyawan. Seakan rezeki berasal dari perusahaan atau kantor!
Celakanya, setelah menjadi karyawan atau pegawai kantoran, banyak di antara kita yang ogah berkiprah dalam dunia dakwah. Alasannya, sibuk dengan pekerjaan. Padahal dakwah adalah kewajiban setiap muslim.
Disela-sela terapi bekam itu, Mas Wahyu juga kerap menyelipkan pesan dakwahnya. Uraiannya tentang bekam layak untuk kita simak bersama. diantara penuturan beliau adalah:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda
Sesungguhnya metode pengobatan yang paling ideal bagi kalian adalah hijamah (bekam) dan fashdu (venesection). (HR Bukhari – Muslim).
Penumpukan darah kotor banyak terjadi dibawah kulit. Jika darah kotor tersebut tidak segera dikeluarkan, maka tubuh akan melemah dan mudah diserang penyakit. Dan untuk menyembuhkan penyakitnya, tidak ada cara yang lebih efektif kecuali dengan mengeluarkan darah kotor tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa bekam adalah sebuah teknik detoksifikasi (pengeluaran racun dari dalam tubuh) yang efektif menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan menghilangkan sumber penyakitnya dan tidak memiliki efek samping.
Demikian kisah Mas Wahyu, aktivis dakwah marginal binaan Pesantren Bina Insan Kamil. Semoga dapat kita petik pelajaran dari kiprah pria asal Klaten ini. Moggo, bagi pembaca Sabili.id yang mau menjajal service motor atau badan kepada Mas Wahyu.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!