DPP Hidayatullah: “Bangsa Cerdas dan Berdaulat Tak akan Gagap Tangani Pengungsi Rohingya”
Di dalam wawancara dengan Rafiqi Yahya dari Sabili.id, Ketua Departemen Hubungan Antar Bangsa DPP Hidayatullah, Dzikrullah W. Pramudya, menuturkan, Rohingya adalah sebuah suku bangsa yang diuji Allah SWT dengan tinggal di wilayah geografi yang serba salah. Etnis Rohingya dulu menempati wilayah Arakan. Secara historis, Arakan dulu berada di bawah Kerajaan Islam Moghul. Tetapi ketika tahun 1947 India merdeka dan Burma merdeka tahun 1948, Inggris memasukkan provinsi Arakan menjadi bagian dari Burma (kini bernama Myanmar).
“Itu akar masalahnya. Muslimin Rohingya secara etnis lebih dekat ke Bangla yang kemudian mendirikan Bangladesh, tetapi secara geografis masuk ke wilayah Burma yang sekarang menjadi Myanmar. Kalau mayoritas warga dan pemimpin Myanmar itu Muslim, seperti Indonesia misalnya, warga minoritas akan aman. (Tetapi) Allah tetapkan mayoritas warga dan penguasa Burma/Myanmar (beragama) Buddha plus Junta Militer — tidak seperti Buddha Thailand yang rajanya bijaksana dan pemerintahnya demokratis – sehingga terjadilah penindasan berkepanjangan ini,” tuturnya.
Junta militer Myanmar lantas kerap melakukan penekanan terhadap warga muslim Rohingya. Mereka pun merasa terancam di negaranya, sehingga terpaksa harus terusir secara paksa. Akhirnya, mereka harus mengungsi ke negara-negara lain.
“Indonesia secara geografis ada di persimpangan daratan Asia dan Australia, serta Samudera Hindia dan Pasifik. Secara alamiah, bukan cuma perdagangan dan keamanan tetapi lalu lintas kemanusiaan juga pasti akan singgah ke Indonesia,” kata Dzikrullah.
Baca juga: Rohingya, Saudara yang Terbuang
Menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya sikap masyarakat Indonesia, terutama di Aceh, terhadap pengungsi Rohingya, ia mengatakan, sebagai sesama muslim, seharusnya kita menolong mereka. Tentang hambatan secara hukum maupun kebijakan politik, ia menyebut seharusnya hal itu bisa dibuat luwes.
“Sebagai bangsa Muslim, di atas urusan politik dan hukum formal, kita harus dengan segala cara menolong orang yang kesusahan dan ditindas. Apalagi mereka Muslimin (juga). Politik dan hukumnya harus dibikin seluwes mungkin, untuk membuka pintu kebaikan ini: Menolong manusia yang sedang kesusahan,” tegasnya.
Di bagian lain, Dzikrullah menyoroti sikap pemerintah dalam menangani masalah pengungsi Rohingya sejauh ini. Menurut dia, seharusnya pemerintah bersama-sama DPR RI lebih cepat bergerak dalam menangani persoalan itu seraya membuat payung hukumnya.
“Pemerintah bersama DPR RI mesti bergerak lebih cepat membuat payung hukum dan sistem pelaksanaan yang seimbang. Yaitu semakin terbuka menolong manusia yang kesusahan, tetapi juga menjaga keamanan teritorial dengan baik. Bangsa yang cerdas dan berdaulat tidak akan gagap menangani masalah ini,” katanya.
Satu isu yang sangat menyita perhatian publik di media sosial dalam hal pengungsi Rohingya di Indonesia adalah terkait aksi mahasiswa beberapa waktu lalu, yang menggelar demonstrasi bahkan sampai melakukan pengusiran terhadap para pengungsi Rohingya. Bagaimana pandangan ustadz Dzikrullah?
“Mahasiswa secara alamiah selalu berpihak kepada pihak yang lemah. Maka, agak mengherankan jika mahasiswa sampai bertindak kasar kepada saudara-saudara kita yang sedang kesusahan seperti Muhajirin Rohingya itu,” katanya.
Tetapi, ia mengatakan tidak tahu apa dasar para mahasiswa itu melakukan hal tersebut. Menurut dia, hal itu harus ditanyakan kepada mereka yang melakukan aksi tersebut.