Tentang banyaknya syubhat dan narasi negatif di seputar mujahid Palestina itu diungkapkan Ketua Bidgar (Bidang Garapan) Hubungan Luar Negeri PP PERSIS, Dr. Arief Rahman, Lc, MA, dalam kajian Sabtu (JITU) yang diselenggarakan di Islamic Center Persis, Jakarta, Sabtu, 18 November 2023. Ia memaparkan, setidaknya ada delapan hal negatif itu.
Yang pertama, bahwa perang yang terjadi sekarang adalah peperangan antara Israel dan Hamas. Arief menegaskan, hal ini adalah narasi yang salah. Perang yang saat ini sedang berlangsung bukan antara Israel dengan Hamas, tetapi perang sesungguhnya antara Israel dan kaum muslimin, khususnya kaum muslimin Palestina.
“Buktinya, sekarang yang melawan Israel itu bukan hanya dari Izzudin Al Qassam saja yaitu sayap militernya Hamas, tetapi semua faksi. Semua kelompok pejuang Palestina, mulai dari Hamas, Fatah, Jihad Islami, Syuhada Al Aqsa, semuanya berperang melawan Israel. Jadi, Ini bukan perang antara Hamas dan Israel Zionisme, tetapi ini adalah perang antara kaum muslimin – khususnya kaum muslimin Palestina – melawan Israel. Buktinya, mereka semua sekarang sepakat melawan penjajah di bumi Palestina,” katanya.
Yang kedua, saat ini ada tuduhan bahwa Hamas dianggap ceroboh karena tidak memiliki senjata yang memadai tetapi berani melawan pasukan Israel yang notabene memiliki senjata yang lebih lengkap dan banyak. Itu dinilai sebagai kecerobohan yang dilakukan oleh Hamas.
“Antum harus mengetahui, mengapa terjadi Taufan Al Aqsa. Taufan Al Aqsa yang terjadi tanggal 7 Oktober (2023) itu karena kesucian kaum muslimin – terutama Masjidil Aqsa – sudah tidak ada gunanya, darahnya umat Islam sudah tidak ada gunanya, karena setiap hari darah kaum muslimin bercucuran di sana. Bagaimana perasaannya? Dan pada saat ada kesempatan, ada surprise kesempatan yang besar, ketika menjelang tanggal 8 yaitu Hari Kemerdekaan Israel, mereka (Israel) terlena dan mereka tidak mengetahui kekuatan Hamas yang siap menyerang, subhanallah (Hamas) bisa menyerang dan menang. Itu bukti bahwa ini bukan kecerobohan. Ini adalah kemenangan sehingga sampai hari ke-43 dan insya Allah hari-hari berikutnya, para pejuang Palestina bisa mengalahkan Zionis Israel,” paparnya.
Arief menegaskan pula, tentara Palestina adalah orang-orang hebat. “Mereka, para pasukan Izzudin Qassam, Suraya Al Quds, Syuhada Al Aqsa, dan seterusnya, mereka semua adalah orang-orang yang luar biasa, yang sangat taat dalam urusan ibadahnya,” tegasnya.
Baca Juga : Menjawab Syubhat di Gaza Tanpa Waliyyul Amri
Yang ketiga, ada fatwa yang menjelaskan bahwa sebaiknya kaum muslimin di Gaza hijrah meninggalkan Gaza. Sebab, setelah kaum muslimin hijrah meninggalkan Gaza, pasukan Israel akan masuk ke Gaza, dan setelah Israel masuk ke Gaza kita mudah menyerangnya. Demikian fatwa tersebut.
“Saya tidak setuju dengan fatwa tersebut. Mengapa? Karena kita punya pengalaman nakbah tahun 1948 pernah dijanjikan, keluar saja bangsa Palestina di sekitar Palestina sehingga sekarang dikuasai oleh 55 pemukiman Zionis. (mereka pimpinan Arab berkata) ‘Nanti kita serang, kita lawan mereka’. Semua masyarakat Arab sepakat akan menyerang Israel, ‘karena sekarang jelas Israel semuanya’. Singkat cerita, keluarlah kaum muslimin dari sebagian kawasan Palestina pada saat itu. (Tetapi faktanya) Pada tahun 1948 umat Islam khususnya pemimpin Arab dulu, sampai saat ini tidak Bersatu. Apa kita mau dikelabui? Kalau kita meninggalkan Gaza, mereka (Israel) yang menguasai,” tuturnya.
Arief pun mengatakan, ia tidak setuju terhadap fatwa bahwa bangsa Palestina perlu meninggalkan posisinya di Gaza. “Tanpa mengurangi rasa hormat, khususnya kepada ulama Arab Saudi, ini adalah fatwa yang tidak sesuai dengan kenyataan. Maka, saya tidak setuju bangsa Palestina meninggalkan posisinya di Gaza,” ucap Arief Rahman.
Yang keempat, narasi negatif yang mengatakan pimpinan Hamas tinggal di tempat yang enak di hotel berbintang di Qatar dan berbagai negara lainnya, sedangkan pasukannya berperang melawan Israel dan penduduknya banyak yang meninggal dibunuh serta dibantai. “Saya ingin menyampaikan, dalam perjuangan ini tidak hanya dengan mengangkat senjata. Ada yang namanya diplomasi. Kalau semua pemimpin Hamas atau pemimpin kaum muslimin tinggal di Gaza, mereka sudah meninggal dunia. Kalau sosok pemimpin sebagai simbol perjuangan meninggal, hal itu pasti akan melemahkan perjuangan secara ruhiyah. Maka, mereka tinggal di beberapa negara untuk berjuang secara diplomasi. Jadi, perang itu bisa perang di lapangan yang dilakukan oleh kaum muslimin di Gaza, bisa secara diplomasi, bisa perang dengan doa, bisa juga jihad dengan bil amwal (harta),” paparnya.
Yang kelima, ada narasi negatif yang salah bahwa kaum muslim di Palestina adalah Syiah. Itu hanya tuduhan. Arief mengatakan, sekarang kita sedang sibuk menghadapi penjajah, maka hadapi dulu itu.
“Karena kalau sekarang kaum muslimin dijajah, dibantai, dibunuh, dihancurkan rumah dan rumah sakit dan seterusnya, apakah kita akan berbicara tentang syiah atau sunnah? Kemudian, ada yang memberi bantuan dari Korea Utara, dari China, dan sebagainya, dan kita menanyakan agamanya? Ini yang harus diselamatkan adalah anak kita, istri kita. Yang harus diselesaikan bukan masalah itunya. Saya tidak membicarakan aqidah Syiah atau Sunnah, tetapi ada awwaliyah, ada prioritas, ini ada senjata dari Korea Utara diterima saja, dari China terima saja, dari Iran terima saja, dari Suriah terima saja. Habis, dari Saudi tidak pernah datang. Nanti, setelah itu, kita bereskan aqidahnya. Jadi, yang utamanya sekarang adalah mempertahankan diri dulu,” katanya.
Yang keenam, narasi bahwa demonstrasi itu tidak ada manfaatnya. “Termasuk tanggal 5 November lalu tidak ada manfaatnya. Bahkan orang ini berfatwa, demo yang membela kaum muslimin itu harus dibubarkan, satu kali diberi peringatan, dua kali diberi peringatan, tiga kali diperingatkan, tetapi mereka tidak mau bubar, hancurkan bunuh. Ada begitu di sini, tetapi saya tidak akan menyebutkan namanya. Itu adalah syubhat. Itu adalah narasi negatif. Narasi itu berasal dari Zionis tetapi yang mempropagandakan (oknum orang Indonesia) kita,” katanya.
Yang ketujuh, “Sumbangan yang disalurkan oleh Persis tidak sampai, sumbangan yang diberikan oleh kaum muslimin tidak sampai. Ini adalah tuduhan syubhat, syubhat yang tidak benar.”
“Alhamdulillah, ada informasi dari sekum Persis, bahwa sumbangan yang kita kumpulkan sudah sampai ke Palestina. Mereka mengatakan, jangan menyumbang kepada Palestina karena tidak akan sampai. Memang setiap sesuatu itu pasti ada oknumnya. Ada oknum yang mengumpulkan dana untuk Palestina tetapi untuk kepentingan pribadinya. Itu adalah oknum. Itu betul ada, tetapi hanya satu-dua. Tetapi kita ini adil, kita itu berakal, bisa mengetahui mana yang tsiqah (jujur dapat dipercaya, red) mana yang tidak. Insya Allah sumbangan yang disalurkan lewat Jam'iyyah Persatuan Islam sampai ke Palestina, sampai ke saudara-saudara kita. (Oknum) Itu memang ada, tetapi hanya sebagian kecil saja, seperti kita melihat Polisi saja ada oknum. Tetapi mayoritas insya Allah kaum muslimin tsiqah,” tuturnya.
Baca Juga : Tha'ifah Manshurah di Pojok Baitul Maqdis
Yang kedelapan, tanah Palestina adalah tanah yang tidak diberkahi. Kalau kita baca surat Al Isra, surat ke 17 ayat ke 1
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya”.
“Berdasarkan ayat ini, Masjidil Aqsa dan sekitarnya diberkahi oleh Allah SWT, (tetapi) ada sebagian umat muslim Indonesia yang mengatakan, ‘Keberkahan bumi Palestina sudah berakhir. Buktinya apa? Kaum muslimin Palestina saat ini dijajah.’ Padahal ayat Al Qur’an itu berlaku sampai hari kiamat. Al Qur’an mengatakan بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ berkahi sekelilingnya. Salah satu keberkahan adalah kemampuan mujahidin yang mampu membuat terowongan yang dalam dan panjangnya sampai 200 kilometer. Dan banyak ulama yang lahir di Palestina, termasuk dari Gaza, salah satunya adalah Imam Syafi’i,” katanya.
Maka, Arief Rahman mengatakan, berkembangnya narasi-narasi negatif tersebut perlu di-counter. “Bahwa syubhat-syubhat, narasi-narasi negatif terus berkembang, maka (kajian) ini adalah salah satu cara untuk meng-counter narasi-narasi negatif perjuangan Palestina,” tutup Dr. Arief Rahman.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!