drg. Carissa Grani: Dunia Medis Mengungkap Mukjizat Shalat bagi Tubuh
Tampil sebagai pembicara di hari kedua penyelenggaraan Mualaf Festival di Masjid Darussalam, Kota Wisata, Kabupaten Bogor, drg. Carissa Grani, MM membawakan materi bertajuk “Mukjizat Gerakan Shalat Secara Medis”. Ini adalah bagian dari acara Mualaf Festival bertema "Mensyukuri Nikmatnya Hidayah dan Kemerdekaan untuk Memperkokoh Persatuan” yang digelar Masjid Darussalam, Kota Wisata, Kabupaten Bogor, pada 19-20 Agustus 2023. Acara dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 itu didukung oleh Muallaf Centre Masjid Darussalam Kota Wisata, Forum Arimatea (Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah yang Terpadu Efektif dan Aktual), Dompet Dhuafa, dan Corps Da’i Dompet Dhuafa (Cordofa).
Di depan jamaah yang hadir pada 20 Agustus 2023 itu, wanita yang sehari-hari kini bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Jakarta Barat itu mengawali kajian dengan rasa syukur atas keislaman tiga anaknya tanggal 23 Maret 2023 lalu.
“Nggak pernah terbayangkan oleh saya, anak saya, Aile, bisa seperti sekarang. Memakai kerudung. Ini suatu anugerah yang luar biasa. Mohon doanya, semoga bisa istiqomah,” ucapnya.
Carissa lantas bertutur tentang perjalanan hidupnya memeluk agama Islam. Kisahnya bermula ketika wabah pandemi Covid-19 melanda. Di tengah wabah pandemi terjadi, alumni Fakultas Kedokteran Gigi dari Universitas Indonesia (UI) itu mendapatkan hidayah dan masuk islam, tepatnya tanggal 15 Maret 2020.
Mualafnya Carissa berawal saat ia melihat kemiripan antara protokol kesehatan yang diterapkan ketika itu dengan aktivitas seorang muslim. Selalu mengenakan masker di tempat umum yang menjadi bagian utama Protokol Kesehatan, menurut dia, seperti seorang muslimah yang mengenakan cadar atau niqab. Sedangkan aktivitas cuci tangan ia pandang seperti muslim yang selalu wudhu, dan tidak boleh bersentuhan dengan lawab jenis yang bukan mahram.
Usai memperhatikan wudhu, Carissa merasa tertarik untuk mendalami agama Islam. Ia merasa, ajaran-ajaran dalam Islam bisa dibuktikan secara ilmiah. Tentu ada proses yang ia lalui ketika mendalami agama Islam. Namun, setiap kali menemui keraguan, Carissa Grani selalu berusaha mencari jawaban dan terus memantapkan hatinya. Hingga akhirnya ia mendatangi Mualaf Center di Jakarta Barat untuk melantunkan kalimat syahadat.
Wanita yang menuntaskan pendidikan pasca sarjana Magister Manajemen di Universitas Indonusa Esa Unggul itu lantas melihat banyak manfaat yang terdapat dalam Islam bagi kemaslahatan manusia. Khususnya di dalam gerakan shalat. Sebagai dokter, Carissa melihat mukjizat gerakan shalat, ditinjau dari sisi medis. Ada tiga poin yang disampaikan Carissa Grani terkait mukjizat shalat secara medis.
Baca Juga : Bergesernya Pilar Ibadah Kita
Pertama, manfaat dari menyempurnakan wudhu dan ketetapan waktu shalat. Menurut dia, setidaknya ada 493 titik akupunktur di dalam tubuh yang terpengaruh ketika berwudhu. Misalnya, aktivitas berkumur-kumur dapat membersihkan mulut kita.
“Bapak-bapak pulang dari kantor, belum sampai di rumah, minggir ke masjid, (melaksanakan) shalat maghrib dulu. Anak-anak juga disuruh, ‘masuk-masuk (ke rumah), udah maghrib. Kalau maghrib katanya banyak kecelakaan’. Sebenarnya, kalau dikaitkan dengan sains (hal itu) ada (kaitannya). Sebab, saat (magrib) itu terjadi, karena tumpang tindih frekuensi, makanya akan mempengaruhi penglihatan kita,” kata Carissa menjelaskan.
Kedua, manfaat shalat bagi anggota tubuh. Di dalam satu rakaat shalat, tentunya kita melakukan 7-9 gerakan. Tidak dapat disangkal bahwa gerakan shalat mampu memberikan dampak positif seperti manfaat yang didapat orang dengan berolah raga. Takbiratul ihram dapat melatih sekat diafragma, sujud dapat memberikan rasa rileks karena memudahkan jantung memompa darah, dan seterusnya. Bahkan, salam yang mungkin hanya kita anggap sekadar menoleh, dapat mengencangkan otot wajah.
“Di dalam praktik gerakan shalat itu, 80 kalori terbakar. Ada penelitiannya…,” tambah Carissa Grani.
Ketiga, kesatuan gerakan shalat. Setiap gerakan shalat telah tersusun secara sistematis. Saling berkaitan antara satu gerakan dengan yang lain. Jika seseorang dalam shalat cara berdirinya salah, dapat dipastikan ia tidak akan bisa sempurna ketika ruku’. Begitu seterusnya.
Baca Juga : Mantan Misionaris : Bohongnya Kebahagiaan dari Pernikahan Beda Agama
Setiap gerakan memiliki dampak positif bagi tubuh. Sehingga, tak ayal, shalat dapat menjaga kelenturan tubuh. Carissa pun mengatakan, semua manfaat itu bisa didapatkan dengan selalu tuma’ninah, istiqomah, dan tertib dalam melaksanakan shalat. Pun dengan waktu shalat, jika dihubungkan dengan sains akan ada penjelasan logisnya.
“Semua penelitian itu, banyak yang bukan orang islam yang melakukan penelitian. Kalau orang Islam yang melakukan, mungkin bisa aja orang lain menilai, ‘nggak objektif’,” pungkasnya.
Wallahu a’lam bisshowab.