Tuduhan miring, sematan, fitnah, dan suara-suara sumbang senyatanya tak hanya menyasar personel atau tokoh-tokoh Hamas, tetapi juga kepada Hamas itu sendiri. Banyak yang mengatakan bahwa Hamas berperang dan berjuang semata-mata demi mencapai kekuasaan. Benarkah demikian?
Lantas, mengapa pula negara-negara tetangga Palestina justru malah tak ingin ada Hamas di Palestina? Kenapa demikian?
Alhamdulillah, Sabili.id mendapatkan kesempatan untuk untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan melakukan wawancara langsung dengan Juru Bicara (Jubir) resmi Hamas, Usamah Hamdan, secara eksklusif.
Usamah Hamdan yang lahir tahun 1965 itu merupakan korban dari nakbah 1948. Keluarganya adalah orang yang menetap di Majdal Asqalan, wilayah yang dicaplok oleh penjajah Israel dan kini bernama Ashkelon. Sosok ahli kimia itu pula yang merupakan satu dari sedikit pemimpin Hamas yang masih tersisa dan hidup hingga kini, di mana yang lainnya telah syahid.
Lantas, apa jawaban Usamah Hamdan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut? Berikut ini kutipan wawancara Redaktur Pelaksana Sabili.id, Habli Robbi Waliyya, eksklusif bersama Juru Bicara resmi Hamas tersebut.

Bagaimana perkembangan terbaru pasca berakhirnya gencatan senjata?
Bismillahirrahmanirrahim. Tidak diragukan lagi bahwa kesepakatan gencatan senjata yang disepakati di awal tahun ini, tepatnya 19 Januari, menjadi momen untuk pertukaran tawanan, dibukanya blokade atas Gaza, serta gencatan senjata permanen. Akan tetapi, penjajah – khususnya pemimpin penjajah, Netanyahu – tak menginginkan dihentikannya perang dan genosida terhadap rakyat Palestina.
Dia (Netanyahu) sangat mengerti bahwa pejuang berhasil memberikan pukulan keras kepada pasukan penjajah dan menghancurkan sistem pertahanan penjajah. Di samping itu, perlawanan masih tetap eksis dan kuat. Dan Juga rakyat Palestina selalu bersama barisan perlawanan. Oleh karena itu, ia (Netanyahu) paham betul bahwa berakhirnya perang berarti berakhir juga kekuasaannya, sedangkan dirinya tidak menginginkan kekuasaannya runtuh. Maka, dia terus menerus menyerang rakyat Palestina.
Sikap kami jelas! Dan (sikap itu) sudah kami sampaikan kepada mediator, bahwa penjajah harus menghentikan agresi sebelum kita membicarakan hal lainnya, termasuk pertukaran tawanan.
Saya menemukan adanya informasi tentang tawaran negosiasi baru dari Hamas. Apa itu? Dan apakah itu mirip seperti sebelumnya?
Itu bukan tawaran baru, tetapi upaya untuk kembali kepada apa yang sudah disepakati sebelumnya.
Oh, iya. Yang sudah disepakati sebelumnya?
Kita telah menyepakati sesuatu. Maka, kita tak perlu mencari alternatif lain untuk mengubah isi kesepakatan. Karena hal itu tidak bisa kita terima.
Sepanjang kesepakatan telah disepakati, ditambah beberapa pihak telah menjaminnya, maka kita wajib kembali kepada kesepakatan tersebut.
Kita juga sangat siap untuk menyerahkan seluruh tawanan. Namun, dengan syarat dilakukannya gencatan senjata permanen dan penarikan seluruh pasukan musuh dari Jalur Gaza dan dibukanya jalur perbatasan tanpa intervensi dari penjajah. Kesepakatan inilah yang kita inginkan untuk kembali kepadanya.

Bagaimana pandangan Anda tentang usaha banyak negara yang ingin membantu Palestina, dengan syarat tanpa Hamas, Hamas harus disingkirkan, Hamas tidak boleh pegang kendali, bahkan baru-baru ini Mahmoud Abbad mengatakan “Hamas terkutuk”? Bagaimana pendapat Anda?
Pertama, saya tidak ingin merendahkan diri seperti Mahmoud Abbas. Tidak pantas bagi seorang yang berkedudukan tinggi untuk bersikap kasar dan berbicara kotor. Kemudian, soal eksistensi Hamas di Gaza, hal tersebut bergantung kepada keputusan rakyat Palestina.
Kami sangat yakin, rakyat kami punya hak untuk memilih pemimpin mereka. Maka dari itu, silakan mengadakan pemilihan. Tetapi di tengah agresi, tak mungkin dilakukan pemilihan.
Kami juga tidak menafikan kemungkinan terjadinya fase transisi. Buatlah sebuah badan, tanpa orang-orang Hamas maupun faksi lainnya, namun berisi para ahli dan teknokrat yang terbukti cinta tanah air, berintegritas, serta memiliki kapasitas. Orang-orang inilah yang akan mengelola urusan pemerintahan untuk jangka waktu yang disepakati. Entah 18 bulan atau 24 bulan. Mereka memersiapkan pemilihan di mana rakyat Palestina sebagai pemilik suara. Kami sangat menghormati keinginan dan pilihan rakyat Palestina.
Bukankah sebelumnya Hamas pernah menang pemilu, namun Amerika Serikat dan Barat tidak mengakuinya? Bersama dengan itu, Anda masih sangat yakin dengan suara rakyat? Jika – semisal – rakyat tidak memilih Hamas, apakah Hamas siap?
Pilihan rakyat adalah pijakan kami. Dan rakyat kami tidak akan mau tunduk atas kemauan dan pilihan Amerika. Jikalau ada dari rakyat yang rela tunduk atas intervensi pihak luar, sejatinya ia telah menghancurkan masa depan tanah airnya dengan tangannya sendiri.
Masyarakat yang tunduk kepada penjajah sudah tak ditemukan lagi. Kini, rakyat kami tidak akan tunduk terhadap kepentingan eksternal. Siapa pun yang dipilih oleh rakyat, hendaknya ia melaksanakan tanggung jawabnya. Adapun yang tidak terpilih, hendaknya ia introspeksi diri, mengapa rakyat tak memilihnya? Di mana letak salahnya? Dan juga baginya untuk tetap bekerja demi maslahat rakyat sehingga nantinya mungkin ia yang akan terpilih.
Saat ini banyak negara telah mengakui negara Palestina. Bagaimana sikap Hamas dan juga Anda atas kemajuan tersebut?
Pengakuan tersebut menjadi langkah yang tepat. Namun, hal itu bukan satu-satunya cara. Yang dibutuhkan saat ini adalah dihentikannya penjajahan supaya negara Palestina bisa berdiri, seperti yang mereka akui. Oleh karenanya, yang diminta adalah pengerahan segala upaya untuk mendukung keteguhan rakyat Palestina dan perjuangannya dengan diimplementasikannya berbagai konvensi dunia yang memutuskan untuk menghentikan penjajahan serta mengimplementasikan hukum internasional yang menolak dilanjutkannya penjajahan, inilah yang kami minta. Pengakuan terhadap kedaulatan Palestina adalah langkah yang penting dan tepat, tetapi kita harus mengiringinya dengan beberapa langkah tambahan.

Bagaimana pendapat Hamas tentang solusi dua negara?
Sikap kami jelas. Rakyat Palestina ingin satu negara yang merdeka dan berdaulat. Kami tidak akan mengakui Israel. Mengapa rakyat Palestina harus dituntut untuk mengakui Israel?!
Sedangkan mereka penjajah, ya?
Ya. Sedangkan mereka (Israel) adalah penjajah. Permintaan agar rakyat Palestina mengakui Israel adalah upaya untuk mendukung penjajahan, bukan mendukung keteguhan rakyat atau kemerdekaannya.
Pemerintahan Otoritas Palestina di Ramallah telah mengakui Israel, lantas apa yang terjadi saat ini? Diblokade, tanah dirampas, rumah-rumah dihancurkan, dan penduduk dibantai. Di Tepi Barat saat ini, 100.000 orang harus mengungsi dari rumahnya karena telah dihancurkan. Di Kamp Jenin, 3.250 rumah dihancurkan. Lebih dari 50.000 orang harus terusir dari Jenin. Tidak ada seorang pun yang membicarakannya, padahal mereka telah mengakui negara Israel dan melakukan normalisasi dengan penjajah.
Mengakui Israel bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah di Palestina. Cara yang tepat dan benar adalah dengan memenuhi hak-hak rakyat Palestina.
Akan tetapi, bukankah ini bisa menjadi sebuah titik tolak, yang setelahnya dilanjutkan dengan mendirikan negara Palestina merdeka sebagai satu kesatuan?
Tidak. Itu sama sekali tidak benar. Penjajah Israel menginginkan segalanya, bahkan mereka sendiri menolak solusi dua negara dan mengatakannya secara jelas.
Mungkin ini makar?
Saya katakan bahwa itu adalah tabiat penjajah Israel. Mereka berkata sesuatu lalu berbohong. Mereka berjanji lalu ingkar. Mereka bersepakat untuk khianat. Oleh karenanya, dibutuhkan tekanan dunia internasional untuk mencegahnya.
Lalu apa pendapat Anda tentang Presiden kami yang berencana mengevakuasi seribu orang luka-luka dari Gaza ke Indonesia? Apa pandangan Anda tentang ini?
Pertama, sikap Indonesia dalam skala pemerintahan maupun rakyat dalam mendukung rakyat kami adalah hal yang amat diapresiasi dan disyukuri. Indonesia juga memiliki berbagai peran penting dalam mendukung rakyat Palestina, di antaranya dengan berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Kini kami memiliki lebih dari 120.000 orang terluka akibat agresi Israel. Banyak di antaranya memiliki luka yang memerlukan perawatan khusus. Jikalau sebuah negara dan pemimpinnya berkenan memindahkan 1.000 warga kami yang terluka untuk diobati di Indonesia, kemudian kembali dipulangkan ke Palestina, tidak diragukan lagi hal itu adalah langkah yang baik. Hal itu juga menjadi bukti nyata kontribusi Presiden serta rakyat Indonesia dalam mendukung rakyat Palestina. Serta menjadi contoh bagi negara lainnya, yang setidaknya dapat turut serta mengobati rakyat kami yang luka-luka.

Bagaimana keadaan Hamas saat ini? Melihat banyaknya pimpinan yang syahid, apakah Hamas tetap solid?
Syahidnya para pemimpin, semakin menegaskan bahwa pemimpin itu hadir di medan perang. Mereka tidak bersembunyi di balik rakyat, tetapi justru hidup bersama rakyat dan berjuang di garis depan.
Kesyahidan pemimpin memang berpengaruh. Tetapi ketika Anda memiliki struktur yang terorganisasi dan sistem yang baik, maka jika satu pemimpin syahid, akan selalu ada yang menggantikan peran dan tanggung jawabnya. Perjuangan pun makin meluas, kami memiliki banyak pengalaman dalam hal ini di Palestina dan khususnya dalam gerakan Hamas.
Hal tersebut telah terjadi berulang kali. Syahidnya Syaikh Ahmad Yasin rahimahullah, kemudian disusul Dokter Abdul Aziz Al-Rantisi, juga beberapa pimpinan lainnya seperti Ismail Haniyyah, Yahya Sinwar. Meski begitu, gerakan Hamas – alhamdulillah – tetap eksis dengan segala aktivitasnya, perjuangannya, bahkan semakin bertambah peran dan kemampuannya.
Saudara kita di Jihad Islami pun memiliki syuhada. Di antaranya Doktor Fathi Asy-Syiqaqi, Sekretaris Umum sekaligus pendiri gerakan. Bahkan gerakan perlawanan Front Rakyat yang Sekretaris Jenderalnya, Abu Ali Mustofa, dibunuh oleh penjajah. Dan mereka tetap menjadi gerakan yang eksis dan aktif melawan penjajah. Gerakan Fatah pun mengalami hal yang sama sebelum menyepakati Perjanjian Oslo. Banyak pemimpin mereka yang gugur namun perjuangan tetap berlanjut. Seperti asyahid Yusuf Al-Najjar, Kamal Adwan, Abu Ali Iyad, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya yakin syahidnya para pemimpin di tangan penjajahan tidak akan mengakhiri perlawanan atau keinginan untuk terus melawan. Sebaliknya, hal ini menambah tekad rakyat Palestina untuk terus berjuang, karena mereka melihat para pemimpinnya memimpin jalan perjuangan sebagai pejuang dan syuhada.
Saya mendengar bahwa Anda saat ini jauh dari keluarga. Anak-anak dan istri Anda, apakah bersama Anda?
Ini masalah pribadi yang tidak ingin saya bicarakan.
Hal itu saya tanyakan karena banyak yang menuduh Hamas tega mengorbankan rakyatnya, sedangkan pemimpin Hamas dan keluarganya hidup glamor, bagaimana Anda menjawabnya?
Lihatlah, Abu Al-Abd Ismail Haniyyah. Banyak yang berbicara tentang keglamoran anak-anaknya. Tetapi sebelum ia syahid, empat orang anaknya telah syahid terlebih dahulu, enam orang cucunya pun syahid, hingga ia sendiri pun syahid. Yang menjadi ciri khas pemimpin Hamas adalah mereka hidup di tengah-tengah rakyatnya.

Di antara siapa?
Di antara rakyatnya. Anak-anak dari Haniyyah syahid di Kamp pengungsian Al-Shati. Abu Al-Abd (Ismail Haniyyah) syahid ketika menjalankan tugas melindungi kepentingan rakyatnya, demi Gaza, dan demi nasib negaranya. Hal yang sama juga dengan Yahya Sinwar. Di mana ia syahid? Ia syahid dalam keadaan bertempur di garis terdepan. Ia tidak lari atau bersembunyi seperti yang penjajah tuduhkan dan sebarkan. Kemudian, Abu Khalid Al-Dheif atau Muhammad Al-Dheif syahid di medan perang dan dalam pertempuran.
Semua pemimpin kita, dengan karunia Allah, telah syahid saat berada di garis depan. Keluarga mereka pun juga syahid. Namun, upaya orang-orang munafik, pengecut, dan buzzer penjajahan untuk menyebarkan berita tersebut bertujuan untuk memengaruhi moral rakyat Palestina. Padahal, mereka tahu bahwa pejuang tak mungkin melakukan hal itu. Akan tetapi penjajah ingin menciptakan dampak psikologis bagi rakyat Palestina. Namun, rakyat Palestina yang mengetahui faktanya tidak tertipu oleh hal ini.
Beberapa pengamat menilai, eskalasi Palestina saat ini bukan soal kemerdekaan Palestina saja, akan tetapi efeknya akan sangat meluas hingga bisa mengubah peta kekuatan dunia dari unipolar menjadi multipolar. Apa pendapat Anda tentang hal ini?
Selama penjajahan masih bercokol di tanah Palestina, tidak akan ada stabilitas di kawasan ini dan di dunia. Sebab, penjajah setiap harinya semakin radikal dan brutal. Dan setiap kali bertambah radikal, bertambah pula kejahatannya. Faktor utama kebrutalan penjajah adalah karena mereka mendapat proteksi dari Amerika Serikat. Apa yang terjadi ketika negara besar mendeklarasikan dukungannya terhadap negara kecil kriminal seperti Israel? Oleh karenanya, terus berlanjutnya penjajahan akan membawa perubahan negatif di dunia.
Jika dunia menginginkan stabilitas, keamanan, dan perdamaian, dunia harus mengakhiri penjajahan dan menghentikan kehadiran Israel di tanah Palestina.
Banyak netizen bertanya, apakah bahwa para pejuang tidak lelah dengan kondisi ini? Pernahkah tebersit dalam pikiran, “Ah, aku lelah dengan jalan ini, 20 atau 80 tahun sudah berjuang, sudah cukup, saya lelah”. Apakah pernah tebersit hal seperti itu?
Siapa saja yang memiliki tujuan meraih ridha Allah Swt, ia tak akan lelah meniti jalan ini. Jika orang itu bermaksud mendapatkan keuntungan materi, bisa jadi ia merasa lelah, umumnya seperti itu, ditambah lagi mungkin saja keinginannya tidak terpenuhi. Akan tetapi, jika tujuannya adalah untuk meraih ridha Allah dan demi memerjuangkan kepentingan rakyat, semata-mata dalam rangka ketaatan kepada Allah Swt, juga dasar keimanannya bahwa segala kesulitan, kesusahan, bahaya, dan rasa sakit yang ia hadapi dalam menapaki jalan ini, adalah demi ridha Allah Swt, maka ia tidak akan pernah merasa lelah dan bosan. Sebab, apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan kekal.
Bukan karena kekuasaan? Sebab, banyak yang menuding Hamas berjuang karena kekuasaan..
Mungkin saja Hamas bersama kekuasaan, mengapa tidak mungkin? Apakah mereka yang tidak melakukan apa pun berhak berkuasa dan mereka yang berjuang tidak berhak berkuasa? Tetapi jika ditanya "Apakah tujuan Hamas semata-mata demi kekuasaan?", dengan tegas kami katakan "tidak!". Tujuan Hamas adalah untuk kemerdekaan Palestina, kemerdekaan rakyat Palestina, Al-Quds, dan Al-Aqsa. Kemudian, ketika Palestina telah merdeka dan berdaulat, seperti yang saya katakan tadi, kita akan melaksanakan pemilihan. Mungkin saja mereka memilih Hamas atau yang lainnya, akan tetapi prinsip yang dipegang teguh Hamas adalah berlanjutnya perjuangan hingga merdekanya Palestina! Dan bukan sibuk mencari kekuasaan ke sana ke mari.
Pertanyaan selanjutnya, apa sikap Anda terhadap tetangga Palestina yang tidak menginginkan kalian? Sedangkan mereka adalah tetangga Palestina, bukan negara jauh.
Itu sebuah kekeliruan besar. Siapa pun yang menganggap tetangga kami akan aman dengan padamnya perlawanan adalah kesalahan. Penjajah Israel adalah sumber bahaya bagi negara tetangga. Gerakan perlawanan-lah yang melindungi mereka. Mereka melindungi kita, kami pun melindungi mereka.
Kenapa demikian?
Karena penjajah Israel berwatak ekspansionis. Jika menjajah sebuah lokasi, mereka akan memerluasnya.
Kenapa negara tetangga melindungi Israel?
Aku tidak mengatakan begitu, akan tetapi gerakan perlawanan-lah yang melindungi tetangga negara dari Israel. Oleh sebab itu, salah besar mereka yang menginginkan lenyapnya gerakan perlawanan di Palestina dan justru memudahkan Israel untuk membahayakan mereka. Perlawanan-lah yang melindungi rakyat Palestina dan tetangga-tetangganya.
Apa pesan khusus dari Anda untuk segenap saudara kita di Indonesia?
Aku terus mengikuti perjuangan rakyat Indonesia sejak 7 Oktober 2023. Kontribusi dan support mereka dalam mendukung rakyat Palestina. Kontribusi untuk terus bergerak melakukan aksi-aksi unjuk rasa, berdemonstrasi, dan menolak kejahatan yang dilakukan oleh penjajah dan para pendukung penjajahan. Tak ayal, kontribusi itu sangat berdampak di antaranya menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka dan menginginkan kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Dan saya berharap perjuangan ini terus berlanjut hingga terwujudnya Palestina merdeka – insya Allah – dan saudara-saudara kita di Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam merebut kemerdekaan dan dilanjut dengan membangun Negara Palestina.
Temukan wawancara selengkapnya di https://youtu.be/8Hwon3NYdPk?si=N6Tym4cpJQysCA3i

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!