Sebuah video mengejutkan tersebar di media sosial sejak 17 Maret 2024. Video itu memperlihatkan sekelompok warga India yang meneriakkan ungkapan-ungkapan Hindu sambil menyerang pelajar muslim luar negeri yang sedang melaksanakan shalat Tarawih. Kejadian yang direkam dalam video itu terjadi di dalam kampus Universitas Gujarat di kota Ahmedabad, yang terletak di negara bagian Gujarat, barat laut India.
Video tersebut memperlihatkan kamar-kamar mahasiswa penerima beasiswa dari Afrika, Uzbekistan, dan Afghanistan, yang kondisinya berantakan setelah diserbu oleh sekelompok orang bersenjata. Sekelompok orang itu memukuli para mahasiswa dengan kejam, menghancurkan ponsel dan perangkat komputer, serta melempari mereka dengan batu sambil meneriakkan ungkapan-ungkapan Hindu.
Seorang mahasiswa dari Afghanistan menceritakan rincian serangan tersebut ke sebuah surat kabar lokal. Ia mengatakan, mereka diserang ketika sedang shalat.
“Lima belas mahasiswa Muslim sedang shalat di dalam salah satu gedung kampus universitas, lalu datang tiga orang meneriakkan slogan-slogan Hindu dan meminta mahasiswa untuk tidak shalat, lalu mereka pergi,” ucapnya.
Namun, setelah beberapa saat mereka datang kembali dengan membawa lebih banyak orang. “Setelah beberapa saat, mereka kembali dengan membawa tidak kurang dari 200-250 orang, dan mereka melemparkan batu ke arah jamaah. Mereka membawa pisau dan tongkat. Mereka juga menghancurkan sepeda, laptop, telepon, AC, speaker, dan barang lainnya,” lanjutnya.
Baca juga: Ogah Dukung Israel, Kanada Setop Kirim Senjata
Ia mengatakan, banyak mahasiswa yang terluka akibat penyerangan itu. “Banyak mahasiswa yang terluka. Enam pelajar dirawat di rumah sakit. Dua dari Afrika, dan masing-masing satu dari Bangladesh, Sri Lanka, Uzbekistan, dan Afghanistan,” jelasnya.
Ketika ditanya apakah telah melaporkan kejadian ini ke polisi, mahasiswa tersebut menjawab tidak. Ia pun mengatakan, laporannya tidak akan berguna.
"Tidak, kami belum melaporkannya. Polisi sudah ada di sini, namun mereka mengizinkan para pelaku pergi dan tidak menahan mereka. Apa gunanya laporan kami?” jawab dia.
Para mahasiswa pun meminta agar mereka bisa dipindahkan ke tempat yang lebih aman. “Kami tidak aman di sini, dan kami meminta Universitas Gujarat untuk memindahkan kami ke tempat yang aman,” pungkasnya.
Sementara itu, Polisi kota wilayah Ahmedabad mengatakan, mahasiswa yang belajar di universitas tersebut diserang oleh penyerang tak dikenal, menyebabkan cedera, dan sudah dilakukan penangkapan terhadap dua tersangka.
Gujarat dan Pelenyapan Umat Islam
Gujarat merupakan negara bagian terbesar kelima di India berdasarkan luas, mencapai sekitar 196.000 kilometer persegi, dan negara bagian terbesar kesembilan berdasarkan jumlah penduduk, dengan populasi sekitar 60 juta orang.
Baca juga: India Terapkan UU Kewarga Negaraan yang Diskriminatifkan Umat Islam
Penduduk negara bagian ini mayoritas (sebanyak 89,1%) menganut agama Hindu, diikuti oleh Muslim dengan 9,1%; Jain 1,0%; Sikh 0,1%; dan Kristen 0,01%.
Negara bagian Gujarat, yang berbatasan dengan Pakistan, dikenal sebagai salah satu negara bagian yang paling fanatik terhadap agama Hindu. Gujarat telah menjadi tempat terjadinya pembantaian, pengusiran, dan penganiayaan sistematis terhadap penduduk Muslim selama beberapa dekade.
Pada September dan Oktober 1969, di Gujarat terjadi penyerangan besar pertama terhadap umat Islam sejak kemerdekaan India. Penyerangan tersebut menyebabkan kematian lebih dari 2000 orang.
Komite investigasi keadilan yang dibentuk oleh pemerintah ketika itu melaporkan bahwa Organisasi Nasionalis Hindu harus bertanggung jawab, karena telah terbukti melakukan penyerangan terhadap umat muslim. Namun mereka yang bersalah tidak dihukum. Dan tidak ada rekomendasi aturan yang dibuat oleh komite tersebut untuk mencegah terulangnya penyerangan.
Sejak saat itu, tingkat toleransi di Gujarat telah menurun, dan pembunuhan massal terus terjadi.
Tahun 2002, terjadi kerusuhan yang dikenal sebagai “Pembantaian Gujarat”, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, yang sebagian besar adalah Muslim.
Baca juga: Tim Medis MER-C Tiba di Jalur Gaza, Palestina
Organisasi relawan nasional Hindu memainkan peran penting dalam pembantaian tersebut. Pada saat itu, pemimpin ekstremis Hindu yang saat ini menjabat Perdana Menteri India, Narendra Modi, tengah memulai karirnya menjabat sebagai Gubernur Gujarat.
Umat Islam yang berjumlah lebih dari 200 juta orang telah mengalami penganiayaan dan diskriminasi sejak partai Perdana Menteri India, Narendra Modi, berkuasa sejak 26 Mei 2014.
Sekitar 10 tahun terakhir, Modi melakukan serangkaian tindakan dan menyetujui kebijakan menekan terhadap umat Islam, yang dimulai dengan menghapuskan status khusus untuk Kashmir India dan membatasi umat Islam.
Partai yang berkuasa kemudian melanjutkan dengan mengubah undang-undang kewarganegaraan dan mewajibkan umat Islam untuk memiliki dokumen yang membuktikan bahwa nenek moyang mereka ada di India sebelum tahun 1971. Partai tersebut kemudian mengesahkan undang-undang yang memberikan kewarga negaraan India kepada para imigran dengan syarat mereka bukan Muslim.
Lembaga asosiasi hak asasi manusia pada bulan Maret 2016 melaporkan bahwa sejak Modi mengambil alih kekuasaan, tercatat setidaknya terjadi 600 serangan, dimana 451 serangan dilakukan terhadap umat Islam yang dipicu oleh kelompok ekstremis organisasi relawan nasional Hindu.
Tahun 2019, situs investigasi fakta yang melacak kasus kejahatan di India melaporkan bahwa lebih dari 90% korban dalam 10 tahun terakhir adalah Muslim.
(Sumber: Aljazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!