Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memberikan penghargaan kepada seorang pilot Suriah yang dijebloskan ke dalam penjara selama 43 tahun oleh rezim Bashar al-Assad, pada Kamis (13/3/2025) di ibukota Turki, Ankara. Penghargaan terhadap pilot bernama Ragheed Al-Tatari itu diberikan dalam sebuah acara yang khusus digelar guna menyerahkan Penghargaan Amal Internasional. Acara tersebut dipersembahkan oleh Yayasan Urusan Agama Turki, yang berafiliasi dengan Presidensi Urusan Agama.
Ragheed Al-Tatari lahir pada 25 Desember 1954 di ibukota Suriah, Damaskus. Sejak tahun 1972, ia mengenyam pendidikan di Akademi Angkatan Udara dan lulus pada tahun 1975. Setelah itu, ia bertugas di berbagai skuadron Angkatan Udara.
Al-Tatari ditangkap oleh intelijen Suriah pada tahun 1981 setelah menolak perintah untuk melakukan pengeboman di Hama (Suriah tengah). Sejak saat itu, ia telah dipenjara di beberapa penjara di bawah kendali rezim Assad.
Pasca rezim Assad runtuh, pemerintahan baru Suriah yang dipimpin Al-Shara membebaskan Al-Tatari. Ia keluar dari penjara pada tanggal 8 Desember 2024 setelah menghabiskan sekitar 43 tahun di penjara.
Penghargaan yang diberikan kepada Al-Tatari menegaskan sikap Turki dalam mendukung setiap individu yang membela kebenaran dan perdamaian meski pun menghadapi berbagai tantangan.
Di kesempatan itu pula, Erdogan juga memberikan Penghargaan Loyalitas kepada khatib Masjid Al-Aqsa dan Ketua Dewan Tinggi Islam di Al-Quds, Syekh Ikrima Sabri, yang selalu menyuarakan perlawanan kepada penjajah sejak masa mudanya, sehingga dianggap sebagai simbol perjuangan Palestina.
Mengutip dari laman Faces of Palestine, Syekh Ikrima Sabri sempat menjabat sebagai Mufti Besar Yerusalem dan Palestina pada Oktober 1994 sampai Juli 2006. Ia merupakan salah satu sosok yang vokal menentang penjajah Israel.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!