Armada Global Sumud resmi tiba di Pelabuhan Sidi Bousaid, Tunisia, pada Ahad malam (7/9/2025). Rombongan kapal tersebut berangkat dari Spanyol dan singgah di Tunisia untuk melakukan persiapan menuju Jalur Gaza. Tujuan utama mereka menembus blokade laut penjajah Israel yang telah menjerat lebih dari dua juta warga Palestina selama hampir 18 tahun.
Kedatangan armada tersebut disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat lokal. Ratusan warga Tunisia — termasuk aktivis, pegiat hak asasi manusia, serta keluarga — memadati pelabuhan untuk menyambut para peserta. Di antara rombongan itu terdapat aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg; aktivis sosial asal Brasil, Thiago Ávila; serta delegasi dari Turki, Pakistan, Afrika Selatan, negara-negara Teluk, dan dunia Arab.
Sesi penyambutan diwarnai dengan yel-yel dukungan untuk warga Gaza dan kecaman terhadap blokade penjajah Israel. Bendera Palestina dan Tunisia berkibar berdampingan, menegaskan kesatuan sikap rakyat Arab dan dunia internasional dalam membela Palestina.
Seorang warga Tunisia yang hadir mengatakan kepada Al Jazeera Mubasher, “Kami bangga Tunisia menjadi tuan rumah bagi peristiwa global ini. Kehadiran kami di sini adalah bentuk dukungan untuk rakyat Gaza yang tengah terkepung. Kami berharap, semoga armada ini tiba dengan selamat di pesisir Gaza”.

Hal yang Paling Kami Takuti
Salah satu peserta, Faruk Dinç, Wakil Ketua Partai HÜDA-PAR asal Turki, mengungkapkan, keputusan peserta untuk ikut dalam misi ini penuh risiko. Namun, berbagai ancaman, penangkapan, tekanan, dan kehilangan nyawa, bukanlah hal yang paling ditakuti oleh para peserta armada.
“Yang paling kami khawatirkan justru bila gagal mencapai Gaza. Satu-satunya tujuan kami adalah sampai kepada anak-anak Gaza, memeluk mereka, dan meminta maaf karena bantuan terlambat datang. Api di dada kami menyala karena keterlambatan itu, dan melalui gerakan ini kami ingin mematahkan rantai penjara batin kami serta merebut kembali kebebasan,” ungkap Dinç.
Seorang aktivis asal Bosnia, Boris Vitlatsil, memeringatkan adanya kemungkinan penjajah Israel akan berusaha menghalangi perjalanan armada, termasuk dengan menembak atau menahan kapal. Namun, hal itu sulit bagi militer penjajah Israel, karena harus menahan ribuan aktivis dari berbagai negara dalam satu waktu.
Sebelumnya, sekitar 20 kapal telah lebih dahulu berangkat dari Pelabuhan Barcelona pada akhir Agustus 2025. Kemudian, disusul rombongan lain dari Pelabuhan Genoa, Italia. Konvoi ketiga dari Tunisia tertunda akibat kendala logistik, dan akan melaju pada Rabu (10/9/2025).
Gerakan internasional menembus blokade Gaza melalui laut bukanlah hal baru. Pada tahun 2010, dunia menyaksikan tragedi berdarah, Armada Kebebasan kapal Mavi Marmara diserang pasukan penjajah Israel di perairan internasional, mengakibatkan sepuluh aktivis tewas. Sejak itu, sejumlah konvoi laut lain digelar antara 2011–2018, tetapi sebagian besar dihadang dan gagal mencapai Gaza.
(Diolah dari berbagai sumber)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!