Grand Syekh Al Azhar Mesir Sebut Umat Islam Sangat Berutang Jasa kepada Muhammadiyah

Grand Syekh Al Azhar Mesir Sebut Umat Islam Sangat Berutang Jasa kepada Muhammadiyah
Grand Syekh Al Azhar Mesir Sebut Umat Islam Sangat Berutang Jasa kepada Muhammadiyah. / Foto Istimewa

Grand Syekh Al Azhar Mesir, Ahmad Al Thayyeb, pada Kamis (11/7/2024), mengunjungi Pengurus Pusat Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta. Di dalam kunjungan itu, Grand Syekh Al Azhar Mesir juga mengadakan dialog bersama jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, serta para tokoh agama lainnya. Dialog bertajuk “Peran Al Azhar dan Muhammadiyah dalam Penyebaran Wasatiyah Islam dan Mewujudkan Perdamaian Dunia” itu berlangsung di Masjid At-Tanwir lantai 6, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat.

Pertemuan di Aula lantai 6 Masjid At-Tanwir tersebut dilaksanakan secara sederhana. Sejumlah tokoh lintas agama, tokoh-tokoh dari berbagai ormas Islam, jajaran pimpinan perguruan tinggi, perwakilan majelis dan lembaga tingkat pusat, dan pimpinan Muhammadiyah Boarding School, hadir dalam kesempatan itu. Di antaranya, tampak hadir Prof. Dr. M Quraish Shihab, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi, Ketua Alumni Al Azhar di Indonesia, Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), serta Perwakilan Persatuan Gereja Indonesia (PGI).

Di dalam dialog tersebut, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syafiq Mughni, menyampaikan bahwa Muhamadiyah telah menerima Zayed Award Human Fraternity (ZAHF) di bidang persaudaraan kemanusiaan. Terhadap penghargaan tersebut, Grand Syekh Al Azhar menyatakan, turut bangga. Ia lalu menyampaikan bahwa Muhammadiyah layak mendapatkan penghargaan itu.

Umat Islam sangat berutang jasa kepada Muhammadiyah, sehingga Muhammadiyah berhak atas penghargaan internasional Zayed Award Human Fraternity,” tegasnya.

Menurut Syekh Ahmad Al Thayyeb, penghargaan itu bahkan lebih kecil daripada yang seharusnya didapatkan oleh Muhammadiyah. “Mengingat kontribusi Muhammadiyah dalam hal pendidikan, sosial, dakwah, dan mempromosikan perdamaian dunia,” ucapnya.

Menanggapi pernyataan Syekh Ahmad Al Thayyeb, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih kepada keluarga besar Al Azhar yang telah menjadi role model bagi Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan dan penyebaran Islam. Agama yang membawa nilai-nilai kemajuan dan peradaban. Juga role model yang membawa inspirasi tentang Islam sebagai dinul hadharah.

Baca juga: Festival Kuliner Non Halal di Solo Paragon, Seharusnya Penyelenggara Adakan Dialog Lebih Dulu

Al Azhar bagi kami dan bahkan bagi umat Islam bangsa Indonesia sudah lekat dalam sejarah perjalanan dunia, karena kami yakin dan kami tahu belajar dari sejarah bahwa Al Azhar adalah salah satu dari tonggak peradaban Islam,” paparnya.

Haedar Nashir lalu menyampaikan kelekatan Muhammadiyah dengan Al Azhar. Menurut dia, pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan, belajar dan menyerap ide-ide dari Muhammad Abduh Al Azhar. Ketua Muhammadiyah tahun 1937-1942, Kiai Haji Mas Mansur, adalah lulusan Al Azhar. Prof Kahar Muzakir, Ketua Muhammadiyah dan pahlawan nasional, juga mendapat pendidikan Al Azhar dan menjadi diplomat setelah Indonesia Merdeka. Buya Hamka bahkan di tahun 1958 mendapat gelar setingkat doktor Honoris Causa dari Al Azhar.

Ini menunjukan betapa rekat dan lekatnya Muhammadiyah dengan Al Azhar,” katanya.

Oleh karena itu, menurut Haedar, kunjungan Grand Syekh Al Azhar kali ini memberikan muatan bagi Muhammadiyah dan Al Azhar, khususnya untuk terus menyebarluaskan ide-ide wasatiyatul Islam. “Bagi kami bahwa ayat wa kazalika jaalnakum ummataw wasatal terkait dengan litakunu syuhada'a alan-nasi.  Yakni umat yang wasatiyah, yang tengahan itu, bukan hanya adil, baik, unggul, tetapi juga maju dan menjadi syahid bagi peradaban manusia di berbagai bidang,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015, Din Syamsuddin, menyampaikan bahwa Muhammadiyah berdiri mendapat pengaruh sangat kuat dari pemikiran islah dan tajdid dari Syeikh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Itulah mengapa Gerakan Muhammadiyah mewarisi sanad keilmuan dari Al Azhar.

Mewujudkan Palestina Merdeka

Haedar pun menyatakan, ia memberi penghargaan tinggi atas kiprah Grand Syekh Al Azhar yang telah mempelopori wasatiyatul Islam di tingkat dunia, yang telah bersama Paus Fransiskus terus bergerak untuk menjaga bandul wasatiyah di tengah dunia global yang penuh dengan ekstremitas. Lebih lanjut, Haedar berharap agar di tingkat dunia, Grand Syekh Al Azhar bersama tokoh-tokoh dunia dan Islam terus mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan tata dunia baru yang damai di Timur Tengah. Hal itu sebagai bukti bahwa Islam atau dunia Islam adalah sebagai pelopor yang berdiri di garda depan untuk memberi solusi.

Kalau Palestina belum menemukan solusi yang terbaik, sampai kapan pun akan menumbuhkan benih benih ekstremitas dalam berbagai dimensi kehidupan,” demikian Haedar mengingatkan.

Baca juga: Wapres Minta Kasus Asusila Ketua KPU Jadi Pelajaran Penting bagi Pemegang Kekuasaan

Titik temu antara Al Azhar dan Muhammadiyah, menurut Haedar, adalah terus menyuarakan pesan Islam yang membawa kemajuan. Islam sebagai dinul hadharah, di mana Muhammadiyah terus bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan dakwah yang mencerdaskan serta dakwah yang mencerahkan.

Ketertinggalan ekonomi juga menjadi sorotan dalam dialog tersebut. Menurut dia, problem umat Islam Indonesia adalah ketertinggalan di bidang ekonomi yang menyebabkan belum menjadi khoirul ummah. “Kita belum menjadi umat terbaik,” tegasnya.

Ekonomi tertinggal menyebabkan secara politik menjadi marjinal. Akibat lebih jauhnya membawa pada rusaknya tatanan kehidupan di bidang etika dan moral akibat begitu dahsyatnya gelombang perubahan sosial. Muhammadiyah dan Al Azhar pun lantas berkomitmen untuk membangun Islam yang berkemajuan dengan kemajuan ekonomi dan pendidikan.

Waspadai Gerakan Inkar Sunnah

Di kesempatan itu pula, Grand Syekh Al Azhar menyampaikan sebuah orasi ilmiah. Orasi singkat dan padat itu tentang hubungan Al Qur’an dengan sunnah Nabi. Menurut dia, organisasi Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang tajdid, menghidupkan sunnah dan memberantas bid’ah.

Grand Syekh Al Azhar menyampaikan bahwa tidak mungkin menerapkan kandungan Al Qur’an tanpa mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw. Hampir semua Rukun Islam itu tidak bisa dioperasionalkan kalau mengandalkan Al Qur’an semata. Harus juga berdasarkan contoh dari Rasulullah saw.

Tidak mungkin hanya mengandalkan teks-teks Al Qur’an lantas begitu saja dapat menjalankan ajaran Al Qur’an dalam kehidupan nyata,” katanya.

Grand Syekh Al Azhar berharap kepada organisasi Muhammadiyah untuk terus memberikan pencerahan kepada dunia, khususnya umat Islam, untuk menegakkan sunnah dengan sebaik-baiknya. Yaitu bagaimana mewujudkan masyarakat Islam yang rahmatan lil’alamin merujuk kepada Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad saw.

Baca juga: Ketua Umum Persis: “Daya Rusak Judi Sama dengan Narkoba”

Ia juga meminta untuk terus mewaspadai Gerakan-gerakan inkar sunnah. Ia juga minta untuk mewaspadai apa yang disebut alqur’aniun, yang mencukupkan diri kepada Al Qur’an saja tanpa berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad saw.

Secara terpisah, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, berterima kasih atas kehormatan yang diberikan kepada Muhammadiyah dengan mendapat kunjungan dari Grand Syekh Al Azhar. Abdul Mu’ti pun melihat banyak kesamaan di antara Muhammadiyah dan Al Azhar, selain banyak tokoh Muhammadiyah yang merupakan lulusan Al Azhar.

Sementara itu, Ketua Divisi Tabligh Global Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fahmi Salim, menyatakan bangga dan bersyukur atas kunjungan Grand Syekh Al Azhar ke PP Muhammadiyah. Harapannya, perhatian Pimpinan Pusat Muhammadiyah terhadap kader-kader Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kairo juga PCIM lainnya di seluruh dunia pun meningkat. Jadi, kader-kader Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kairo dan PCIM lainnya mendapat perhatian yang lebih baik untuk perkembangan persyarikatan.

Sebagai alumni, saya bersyukur Grand Syekh Al Azhar disambut secara resmi dengan suasana kekeluargaan, dihadiri oleh Pimpinan Muhammadiyah, ‘Aisyiyah, Rektor PTM, juga dihadiri tokoh lintas agama, dan para alumni Al Azhar,” ucapnya.

Ia juga menyatakan, gembira karena Grand Syekh Al Azhar memberikan dengan cara menyampaikan langsung 10 beasiswa untuk pelajar-pelajar lulusan pesantren dan sekolah Muhammadiyah. “Mudah mudahan bisa ditingkatkan jumlah beasiswanya,” harapnya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.