Islam adalah sebuah agama yang dapat menerima dan mengintegrasi praktik-praktik kulturnya tanpa kehilangan kepentingan asasnya atau tauhid. Maka, pertemuan kultur di antara negara-negara muslim dapat menyebabkan beberapa model lokal dari dakwah yang juga dianggap secara global. Kulturnya bukan hanya sebuah alat, tetapi juga sebuah representasi dari seluruh dunia yang inklusif. Di dalam konteks ini, integrasi dari dakwah, ilmu pengetahuan, dan komunikasi, menjadi satu dari seluruh dunia.
Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Gun Gun Heryanto MSi, ketika menyampaikan keynote speech dalam seminar internasional di Auditorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (26/9/2024) siang. Seminar bertema “The Role of Da'wa and Modern Science in the Future of Islam: Lessons from Turkiye, Indonesia and Malaysia” itu dihadiri sekitar 600 orang dari 800 yang terdaftar untuk hadir.
“Saya sangat senang dapat menghadirkan perjumpaan ini. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkolaborasi dengan institusi kami untuk menghadirkan perjumpaan ini. Untuk memulai perjumpaan ini, saya ingin menunjukkan beberapa titik yang berkaitan dengan topik dan konteks seminar hari ini, yaitu peran dakwah dan ilmu pengetahuan modern dalam masa depan Islam. Dari Turki, Indonesia, dan Malaysia,” katanya dalam keynote speech berbahasa Inggris.
Yang pertama, kata Gun Gun, topik seminar tersebut sangat relevan dan strategis. Ini tidak hanya menghubungkan tiga negara dengan tradisi Islam yang berbeda, tetapi juga mempunyai konsep strategi dakwah dan modern sebagai kondisi kritikal untuk masa depan Islam. Yang kedua, topik seminar ini mengenai kondisi Islam yang penting yang menghubungkan dakwah dengan ilmu pengetahuan.
“Jadi, saatnya bagi negara-negara muslim seperti Turki, Indonesia, dan Malaysia, untuk mengadopsi pendekatan sekolah mengenai dakwah global. Pergerakan strategis ini penting untuk mempersembahkan bentuk Islam secara rasional, sains, dan manusia. Ini adalah bentuk Islam yang unik,” tuturnya.
Gun Gun menyebut, bentuk Islam yang unik itu berbanding dengan stigma negatif yang diperbuat oleh media media. Juga kolaborasi dakwa dalam bidang komunikasi interaktif. Seperti yang kita semua tahu, dalam era 5.0, komunitas global dapat berkolaborasi dan berinteraksi secara langsung. Secara nyata, tanpa dibatasi oleh geografis.
“Tentu saja, ini merupakan kesempatan utama bagi negara-negara muslim seperti Turki, Indonesia, dan Malaysia, untuk mempromosikan dakwah dan ilmu pengetahuan. Pembangunan teknologi komunikasi memungkinkan kita untuk membangun akademik dan dakwah dan ilmu pengetahuan di seluruh negara,” ujarnya.
Gun Gun juga menekankan pentingnya membagikan nilai-nilai Islam dengan pengetahuan modern ke seluruh dunia. Misalnya, dalam ucapan selamat yang sama-sama penting adalah kesempatan dalam konteks dakwah dan ilmu pengetahuan. Pertemuan Turki, Indonesia, dan Malaysia, dalam perjanjian ini menampilkan kepentingan dalam pertukaran kulturnya dalam mengartikulasi dakwah di dalam era modern saat ini.
“Saya ingin menekankan bahwa perbicaraan mengenai dakwah dan ilmu pengetahuan di masa depan dari Turki, Indonesia, dan Malaysia, bukan hanya akademik tetapi juga tanggung jawab yang harus kita selesaikan bersama. Kolaborasi ilmu pengetahuan seperti yang kita menemukan hari ini masih lebih dari itu,” katanya.
Di bagian akhir, Gun Gun menyebut seminar ini kiranya bukan langkah yang terakhir. Ia berharap akan ada tindak lanjut dari program tersebut.
“Saya berharap ada tindakan berikut dalam program Sustainable Collaborative dengan Turki, Indonesia dan Malaysia” ucapnya.
Selain Gun Gun Heryanto, seminar internasional itu juga menghadirkan dua keynote speaker lain. Yaitu Duta Besar Republik Turki untuk Indonesia, Prof. Dr. Talip Talip Küҫükcan, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan para pembicara dalam seminar itu antara lain Prof. Dr. Andi M. Faisal Bakti, MA (Guru Besar fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Dr. Celal AKAR (President Hayrat Foundation Indonesia), dan Mohammad Syafiq Md Shafii (Representative Hayrat Foundation Turkiye in Malaysia).
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!