Hama 1982, Ketika Rezim Assad Bantai Ribuan Rakyat yang Mengritik Dia

Hama 1982, Ketika Rezim Assad Bantai Ribuan Rakyat yang Mengritik Dia
Hama 1982, Ketika Rezim Assad Bantai Ribuan Rakyat yang Mengritik Dia / Foto Al Jazeera

Pembantaian di Kota Hama, Suriah, terjadi pada 43 tahun lalu. Berlangsung selama 27 hari, peristiwa itu mengakibatkan sekitar 40.000 warga Suriah terbunuh oleh pasukan militer Hafez al-Assad, dan lebih dari 17.000 orang hilang.

Sebelum Pembantaian

Peristiwa di tahun 1982 itu tidak terpisahkan dari kejadian dua dekade terakhir sebelum pembantaian tersebut, serta apa yang terjadi selama periode itu di Suriah secara umum dan di kota Hama secara khusus. Masa itu penuh dengan bentrokan, pembunuhan, dan penangkapan. Dimulai ketika kudeta Partai Ba'ath.

Pada 13 November 1970, Hafez al-Assad yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan, melakukan sebuah kudeta internal di dalam Partai Ba'ath. Dia menggulingkan Salah Jadid, yang menjabat Ketua Dewan Komando Revolusi (badan eksekutif terkuat), dan Presiden Suriah Nur al-Din al-Atassi. Dengan keberhasilan kudeta tersebut, Hafez al-Assad mengambil alih kekuasaan dan menjadi Presiden Suriah.

Saat Hafez al-Assad berkuasa, salah satu bentrokan paling besar adalah peristiwa tahun 1964, yang dikenal di Hama dengan nama 'Peristiwa Masjid Sultan’, ketika terjadi gelombang protes rakyat di kota Hama dan kota-kota Suriah lainnya sebagai penolakan terhadap pemerintahan Ba'ath. Tentara Suriah menanggapi dengan kekuatan militer, mengepung masjid, dan menghancurkannya, menyebabkan puluhan warga sipil tewas. Kerusuhan ini terjadi pada bulan April 1964.

Kemudian, ia mengesahkan sebuah konstitusi baru pada tahun 1973, yang memberinya kekuasaan luas, dan menjadikan kekuasaan eksekutif, yudikatif, serta legislatif berada di tangannya. Hal ini memicu demonstrasi dan protes di kota tersebut yang mengarah pada penangkapan massal di kalangan oposisi.

Baca Juga :

Pesan Persaudaraan Afghanistan untuk Suriah Pasca Tumbangnya Rezim Assad
Lewat pesan yang diberi nama “Pesan Persaudaraan” itu, Taliban berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka berhasil membangun negara yang stabil setelah penjajahan.

Pada 16 Juni 1979, kelompok bersenjata menyerang markas artileri di Aleppo dan membunuh puluhan perwira. Rezim kemudian menuduh kelompok Ikhwanul Muslimin bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.

Setelah itu, pada 7 Juli 1980, diterbitkan Dekrit Legislatif Nomor 49 Tahun 1980 yang melarang keanggotaan dalam kelompok Ikhwanul Muslimin. Di dalam teksnya disebutkan, “Setiap individu yang tergabung dalam organisasi Ikhwanul Muslimin dianggap sebagai kriminal dan akan dihukum mati”. Dengan demikian, pembantaian-pembantaian kepada rakyat dibenarkan dengan alasan untuk memberantas organisasi Ikhwanul Muslimin.

Mulai Pembantaian

Pasukan keamanan dan militer rezim mulai mengepung Kota Hama pada akhir Januari 1982. Mereka memutus pasokan air, listrik, serta sarana komunikasi, memberlakukan larangan bepergian (warga) untuk mengisolasi kota dan mencegah pergerakan di dalamnya, sebelum akhirnya memulai operasi militer.

Pada 2 Februari 1982, pasukan rezim Hafez Al Assad mencoba menyerbu kota, namun menghadapi perlawanan sengit dari kelompok bersenjata. Pertempuran berlangsung selama berjam-jam di beberapa wilayah, memaksa pasukan rezim mundur ke luar kota. Setelah itu, mereka mulai menembaki secara acak dengan senjata berat, antara lain meriam dan senapan mesin, serta melancarkan serangan udara.

Serangan tersebut menghantam seluruh penjuru kota tanpa membedakan antara warga sipil, militan, rumah, dan tempat ibadah. Di dalam waktu kurang dari dua hari, puluhan masjid, fasilitas kesehatan, serta kawasan permukiman, mengalami kehancuran serta mengakibatkan banyak korban jiwa dan luka-luka.

Di pagi hari, tanggal 4 Februari 1982, pasukan rezim mulai melancarkan invasi darat dengan mengerahkan tank-tank. Beberapa tank ditempatkan di titik-titik strategis, sementara yang lainnya bergerak di sepanjang jalan kota, menembaki permukiman dan rumah-rumah warga. Pasukan yang menyerbu juga memasang peluncur roket dan mortir di beberapa gedung untuk membombardir berbagai wilayah.

Penemuan Kuburan Massal di Aleppo: Ribuan Korban Penyiksaan Dimakamkan
Hingga saat ini telah ditemukan 16 kuburan massal di berbagai wilayah Suriah. Ini kian menguatkan bukti bahwa terjadi kekejaman sistematis selama rezim sebelumnya berkuasa.

Setelah itu, pasukan rezim mulai menggeledah pemukiman secara tiga tahap. Pada penggeledahan pertama dan kedua, warga sipil laki-laki bersembunyi karena takut ditangkap, mengingat sebelumnya beberapa pria pernah ditahan di pos pemeriksaan tanpa alasan apa pun. Namun, penggeledahan tersebut berlangsung damai tanpa ada warga sipil yang menjadi sasaran penganiayaan. Pihak rezim berdalih bahwa tindakan itu dilakukan untuk mencari orang-orang yang dicurigai serta menanyakan kondisi anggota keluarga secara umum.

Pada penggeledahan ketiga, menurut kesaksian saksi mata, warga sipil laki-laki tidak lagi bersembunyi karena merasa tenang setelah dua penggeledahan sebelumnya. Namun, penggeledahan kali ini berlangsung brutal, di mana semua pria di rumah-rumah yang digeledah ditangkap. Selain itu, terjadi pemerkosaan, pembunuhan, penjarahan, dan perusakan rumah.

Pasukan rezim mengumpulkan para pria di satu titik, lalu mengeksekusi mereka dengan tembakan. Pada saat itu, penduduk tidak dapat memberikan pertolongan kepada korban yang terluka akibat larangan bepergian dan pengepungan yang mengisolasi lingkungan mereka.

Tidak hanya membunuh warga sipil, para tentara rezim juga menyiksa sejumlah korban yang terluka. Selain itu, menurut kesaksian saksi mata, ada satu keluarga dibantai hanya karena salah satu atau beberapa anggotanya terkait dengan organisasi Ikhwanul Muslimin.

Seorang perawat menceritakan bahwa pasukan rezim memasuki kamar-kamar rumah sakit dan membunuh para pasien di dalamnya. Mereka juga melakukan penyiksaan, menggunakan senjata tajam. Rumah sakit dikepung, dan setiap korban luka yang dibawa ke sana dibunuh. Sementara itu, tim medis dipaksa untuk merawat hanya para prajurit rezim yang terluka.

Pembantaian yang terjadi pada Februari 1982 di Kota Hama, Suriah, berlangsung selama 27 hari. Dengan tujuan melenyapkan oposisi, peristiwa ini mengakibatkan sekitar 40.000 orang tewas dan lebih dari 17.000 orang hilang.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.