Hamas menolak usul Israel pada Ahad (2/3/2025) untuk memerpanjang gencatan senjata tahap pertama. Sebab, hal itu berarti tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
Berdasarkan kesepakatan, gencatan senjata tahap pertama semestinya hanya berlangsung selama 42 hari, dimulai sejak tanggal 19 Januari sampai 2 Maret 2025. Di dalam tahap pertama tersebut, Hamas dan penjajah Israel bersepakat untuk saling bertukar tawanan, kemudian Israel harus menarik pasukannya dari wilayah Gaza.
Akan tetapi, penjajah Israel rupanya hendak mengkhianati kesepakatan tersebut dengan terus menunda pelaksanaan kesepakatan tahap kedua. Bahkan, sampai saat ini penjajah Israel belum juga menarik pasukannya dari kawasan Philadephi, yang merupakan perbatasan antara Gaza dan Mesir.
Lalu, pada hari Ahad (2/3/2025), Israel mengadopsi usulan Steve Wittkof untuk memerpanjang gencatan senjata tahap pertama. Tentu saja Hamas menolak usulan tersebut, karena tidak sesuai dengan yang sudah disepakati sebelumnya.
“Penjajah Israel dan Washington sengaja menghalangi berjalannya kesepakatan gencatan senjata dengan memberikan usulan yang merugikan Hamas,” tegas Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem.
Israel memaksa Hamas untuk menyetujui usulan tersebut dengan cara memblokade masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Qassem mengatakan bahwa hal itu merupakan sebuah pelanggaran dan tindakan pemerasan.
Ia juga menambahkan, “Menghentikan masuknya bantuan hari ini adalah kejahatan baru yang menambah pelanggaran yang dilakukan para penjajah.”
Sumber: Situs web resmi - Hamas

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!