Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menampik dan mengecam klaim pemerintah Amerika Serikat yang mengatakan, “Penjajah Israel telah mengambil tindakan guna memerbaiki situasi kemanusiaan di Gaza”. Melalui pernyataannya pada Selasa (12/11/2024) malam, Hamas menyebut klaim itu mengindikasikan adanya persekutuan penuh dari pemerintahan Joe Biden dalam tragedi genosida brutal terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Operasi pembersihan etnis, pembantaian, dan kelaparan masih berlanjut di Jalur Gaza Utara sejak tiga puluh lima hari lalu.
Hamas mengatakan, “Tuduhan ini terbantahkan oleh fakta di lapangan, laporan dari lembaga-lembaga PBB, serta organisasi hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional. Mereka mengonfirmasi bahwa wilayah di Jalur Gaza, khususnya Bagian Utara, telah mencapai ambang kehancuran akibat kelaparan. Sebab, kebijakan yang dilakukan oleh tentara penjajah fasis dan pembantaian yang masih terjadi terhadap warga sipil”.
Beri Penjajah Lebih Banyak Waktu
“Pemerintahan Amerika gagal setelah bersikeras untuk memberikan lebih banyak kesempatan dan waktu kepada pemerintah Penjajah Israel. Mereka terus melanjutkan agresi, kejahatan, dan pelanggaran terhadap semua hukum dan undang-undang. Pemerintah AS terus memberikan perlindungan politik dan militer dari segi akuntabilitas dengan melumpuhkan perangkat hukum internasional,” demikian laporan dari Hamas.
Pernyataan tersebut menyingkap dan menegaskan pemerintahan Biden sebagai “sponsor utama” dalam aksi terorisme entitas penjajah fasis terhadap rakyat dan masyarakat Palestina di berbagai wilayah. Sebuah kritik atas apa yang digambarkan oleh Amerika terhadap kejahatan perang Zionis.
Laporan tersebut mengisyaratkan, dukungan Amerika yang berkelanjutan terhadap tindakan penjajah hanya akan meningkatkan sikap kepahlawanan rakyat dan perlawanan mereka yang gagah berani dalam keteguhan dan ketabahan. Mereka akan terus melanjutkan perlawanan hingga mengembalikan hak sah mereka atas kebebasan dan kemerdekaan.
Kesaksian dari Organisasi Bantuan Kemanusiaan
Pada Selasa (12/11/2024), Surat kabar Amerika The Washington Post mengatakan melalui sebuah laporan, mereka melakukan wawancara kepada lebih dari selusin para pekerja dan pejabat di organisasi bantuan kemanusiaan. Wawancara itu memerjelas bahwa Penjajah Israel sebagian besar telah gagal untuk mematuhi tuntutan Amerika sebelumnya, untuk meningkatkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Sejumlah pekerja di organisasi kemanusiaan PBB menegaskan kepada surat kabar tersebut, seluruh penduduk Jalur Gaza menderita kerawanan pangan. Dari ribuan warga sipil yang masih hidup, setengahnya adalah anak-anak.
Agresi Israel yang telah berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah memaksa sebagian besar penduduk Jalur Gaza – yang berjumlah 2,2 juta orang – meninggalkan rumah mereka dan beranjak ke kamp pengungsian. Mereka hidup dalam kondisi yang sulit, menderita kelangkaan makanan, obat-obatan, dan air minum.
(Sumber: Al Jazeera Mubasher)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!