Bismillahirrahmanirrahim
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” [Ali Imran: 169]
Wahai rakyat Palestina yang selalu berjuang. Wahai seluruh bangsa Arab dan umat Islam.
Brigade Izzuddin al-Qassam mengantarkan asy-syahid Yahya Sinwar, “Abu Ibrahim” pemimpin Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), yang ditakdirkan syahid dalam pertempuran paling terhormat, membela Masjid Al-Aqsa yang diberkahi dan membela hak-hak rakyat Palestina.
Merupakan suatu kebanggaan bagi gerakan (Hamas-red) bisa mempersembahkan para pemimpin dan prajuritnya yang telah menyerahkan nyawa dan darah di jalan Allah demi membebaskan Palestina. Para pemimpin Hamas memilih syahid bersama saudara-saudara mujahidin lainnya karena bertempur melawan pihak-pihak yang mengira bahwa Gaza adalah sasaran empuk bagi tentara pengecut.
Jalan yang ditempuh pemimpin kita, Abu Ibrahim adalah jalan jihad yang terhormat. Sinwar merupakan salah satu pendiri Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) serta unit militer dan keamanan (brigade Izzudin al-Qassam-red). Ia mengorbankan kenyamanan masa mudanya, dan menjadi seorang tawanan di penjara penjajah selama lebih dari dua puluh tahun. Peristiwa ini terjadi sebelum ia muncul dengan kepala tegak dalam kesepakatan pembebasan tahanan, “Wafaa al-ahraar”.
Ketika dibebaskan dari penjara, ia menolak berhenti dari jalan jihad atau beristirahat. Yahya lebih memilih untuk mengawasi operasi militer di tiga wilayah, dan memainkan peran penting dalam proses menyatukan front pejuang untuk pembebasan Al-Quds. Kemudian, ia memimpin gerakan di Gaza sehingga periode kepemimpinannya meningkat secara kualitatif dari segi politik dan militer. Dia memegang peranan penting terhadap operasi “Thufan Al-Aqsa” dan rekonsiliasi nasional serta dalam mengkonsolidasi para pejuang. Peristiwa ini terjadi sebelum Yahya memimpin gerakan di dalam dan luar negeri pasca syahidnya kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyya.
Ketika para pejuang Palestina dengan Hamas -sebagai jantungnya- memutuskan untuk memasuki pertempuran besar, mereka tahu bahwa harga sebuah kemerdekaan sangatlah mahal. Kemuliaan itu harus dibayar oleh semua bangsa untuk membebaskan dari penjajahan. Tindakan ini akan menorehkan sejarah jihad rakyat Palestina.
Bangsa kami siap mempersembahkan deretan pengorbanan, dari mulai jendral hingga tentara menolak untuk tunduk kepada penjajah, atau tetap diam mengenai ketidakadilan dan penjarahan hak-hak sah rakyat kami. Gerakan jihad kami tidak akan berhenti sampai Palestina merdeka, Zionis terusir, dan pulihnya seluruh hak-hak sah yang kami miliki.
Sebaik-baik bukti dari hal ini adalah, rakyat kami tidak rapuh atau menyerah sejak setahun lamanya pasca peristiwa “Thufan Al-Aqsa.” Meskipun, mereka harus membayar mahal dan menghadapi kejahatan genosida yang brutal oleh Zionis.
Adalah sebuah kesalahan jika penjajah kriminal itu berpikir bahwa dengan membunuh para pemimpin perlawanan besar seperti Sinwar, Haniyya, Nasrallah, Al-Arouri dan lainnya, mereka dapat memadamkan api perlawanan atau membuat mundur rakyat kami. Tindakan mereka hanya akan memantik kami untuk melanjutkan dan berusaha mencapai tujuan rakyat kami.
Syahid adalah cita-cita tertinggi para pemimpin kami, dan darah mereka akan menjadi mercusuar yang menerangi jalan menuju pembebasan dan api yang membakar musuh. Para pemimpin kami meninggalkan ratusan ribu mujahidin dari rakyat dan bangsa kami, yang bertekad melawan penjajah Zionis hingga Palestina dan Masjid Al-Aqsa bersih dari kotoran dan noda, insya Allah.
“Sesungguhnya ini adalah jihad, kemenangan atau mati syahid”
Brigade Izzuddin al-Qassam - Palestina
Jum’at, 15 Rabi’ul Akhir 1446 H
Bertepatan dengan 18 Oktober 2024 M
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!