Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Kamis (20/6/2024), mengatakan, dirinya bersedia menanggung serangan-serangan pribadi dengan imbalan Tel Aviv menerima senjata yang cukup dari Amerika Serikat. Menurut postingan Netanyahu di platform “X”, hal ini terjadi sebagai tanggapan atas kritik pemerintah Washington terhadap klaimnya. Isi postingan itu menyatakan bahwa pihaknya terlambat memasok pengiriman senjata ke Tel Aviv.
Pada Selasa (18/6/2024), dalam klip video yang diposting melalui platform X, Netanyahu mengeluh, “Tindakan pemerintah (Amerika) dalam beberapa bulan terakhir untuk menahan senjata dan amunisi dari Israel merupakan hal yang tidak masuk akal.”
Mengomentari hal itu, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, dalam konferensi pers pada hari Kamis, mengatakan bahwa tuduhan Netanyahu sangat mengecewakan dan tentu saja meresahkan pihaknya, mengingat besarnya dukungan yang telah mereka berikan dan akan terus mereka berikan kepada Netanyahu.
“Itu mengganggu dan mengecewakan bagi kami, karena juga tidak benar, dan sangat sulit untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran (Netanyahu)," ucap John.
Sebaliknya, Netanyahu mengatakan dalam postingannya, “Saya siap menanggung serangan pribadi, dengan syarat Israel menerima amunisi yang dibutuhkan Israel dalam perang demi eksistensinya Amerika.”
Baca juga: Serangan El Fasher dan Khartoum di Sudan, Negara-Negara Arab Buka Suara
Sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, Amerika Serikat telah mengirimkan sejumlah besar senjata dan bahan peledak ke Israel, demikian menurut laporan dari Israel dan Amerika.
Presiden AS Joe Biden pun sebelumnya menangguhkan perjanjian senjata dengan Israel karena “pelanggarannya terhadap perlindungan warga sipil.”
April 2024, Biden menanda tangani paket bantuan untuk Israel sebesar $ 26,4 miliar, termasuk $ 14 miliar bantuan militer.
Pada tanggal 9 Mei 2024, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan, Washington telah membekukan satu pengiriman senjata ke Israel dan sedang meninjau pengiriman lainnya sehubungan dengan operasi militer.
Washington memperingatkan pada saat itu untuk menangguhkan sejumlah pasokan senjata ke Israel jika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota padat penduduk Rafah, di selatan Jalur Gaza.
Baca juga: Under Secretary General PBB: Pertengahan Juli, Setengah Penduduk Jalur Gaza Mati Kelaparan
Setelah itu, pada awal Juni 2024, Tel Aviv menanda tangani kesepakatan untuk membeli 25 jet tempur F-35 Amerika senilai $ 3 miliar, menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Israel yang dilaporkan oleh surat kabar Ibrani, Haretz.
Akibat dukungan mutlak militer Amerika terhadap Tel Aviv, Palestina menganggap Washington bertanggung jawab atas perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza selama sekitar 9 bulan, yang menyebabkan sekitar 123.000 warga Palestina tewas dan terluka, yang menempatkan Tel Aviv dalam isolasi internasional dan menyebabkan ia terpuruk. Dituntut untuk diadili di hadapan Mahkamah Internasional.
Israel terus melanjutkan perangnya meskipun ada keputusan Dewan Keamanan PBB agar segera menghentikannya, dan perintah dari Mahkamah Internasional untuk mengakhiri invasi ke Rafah, mengambil tindakan untuk mencegah tindakan “genosida”, dan memperbaiki situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.
(Sumber: Anadolu Agency)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!