Lebih dari 493 jiwa telah syahid di Palestina dan angkanya diperkirakan akan terus meningkat. Mereka gugur sebagai martir setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara resmi mendeklarasikan kondisi “perang” untuk negaranya. Tentara Israel pun telah menyiapkan 100.000 tentara cadangan di dekat Gaza, di mana para pejuang Palestina menyatakan bahwa mereka telah menahan 130 orang.
Netanyahu juga mengatakan, pasukannya memegang penuh kendali atas wilayah selatan dekat Gaza. Dilansir dari laman Aljazeera.com, Israel mengatakan, pihaknya menyerang lebih dari 500 titik sasaran di Jalur Gaza. Sedangkan pertempuran sengit antara tentara Zionis dengan pejuang Hamas terus berlanjut di beberapa wilayah di Israel selatan.
Benjamin Netanyahu juga menegaskan kepada warganya sebuah kalimat, “Warga Israel, kita sedang berperang!”. Penegasan itu menyusul serangan di beberapa titik oleh Hamas yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Operasi militer Hamas yang dijuluki “Operasi Badai al-Aqsa” itu secara dramatis telah meningkatkan kondisi ketegangan antara kedua belah pihak. Menurut angka Kementerian Kesehatan Palestina, sejumlah 493 orang tewas, 2.700 orang terluka, dan 120.000 orang mengungsi di wilayah Palestina yang terkepung.
Serangan mendadak Hamas terjadi setelah penduduk Israel menyerbu kompleks Masjid Al Aqsa dalam beberapa hari terakhir dan sejumlah warga Palestina dibunuh oleh Israel dalam beberapa bulan terakhir. Sebagai balasan, Israel memulai “Operasi Pedang Besi” yang melibatkan serangan udara dan pertempuran darat.
Situasi ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran internasional. Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, mengutuk keras hal tersebut dan menyerukan agar para pihak segera menahan diri demi melindungi warga sipil.
Sementara itu, Hamas dan kelompok perlawanan lainnya telah meminta para pendukungnya untuk bergabung dalam perlawanan, dengan menyatakan bahwa mereka berada di ambang “kemenangan besar”. Hal itu ditegaskan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyya.
“Kami berada di ambang kemenangan besar dan penaklukan yang jelas di front Gaza. Sudah cukup, siklus intifada dan revolusi dalam pertempuran untuk membebaskan tanah kami dan tahanan kami yang mendekam di penjara-penjara Israel harus diselesaikan,” kata Ismail Haniyya dalam pidatonya yang disiarkan di televisi Al Aqsa.
Ismail Haniyya juga mengatakan kepada negara-negara Arab lainnya bahwa Israel tidak dapat memberikan perlindungan meskipun ada pemulihan hubungan diplomatik baru-baru ini.
(Sumber: Aljazeera.com)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!