Pada Rabu (18/7/2024), Brigade Al-Qassam mengunggah video berisi adegan penyergapan gabungan para pejuangnya terhadap Penjajah Israel yang terjadi pekan lalu. Peristiwa itu berlokasi di dekat bundaran al-Amin Muhammad, di lingkungan Tal al-Hawa, selatan Kota Gaza.
Pakar militer dan strategi, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, menggambarkan penyergapan yang dilakukan oleh sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) itu, sebagai tindakan kualitatif dan mengagumkan. Penyergapan itu menandakan kuatnya sistem pengintaian milik Hamas.
Penyergapan terstruktur ini dilakukan dengan alat peledak. Daya ledaknya mengenai Tank dan pasukan Tentara Penjajah. Para pejuang Al-Qassam pun lantas dengan cepat menarik diri dari daerah tersebut, setelah berhasil menuntaskan misinya dengan aman.
“Tingkat kerusakan dari penyergapan ini berat. Sama halnya dengan penyergapan-penyergapan sebelumnya, di Beit Hanoun (Jalur Gaza utara), Al-Maghazi (Jalur Gaza tengah), dan Tal Al-Sultan (sebelah barat Rafah, sebelah selatan Jalur Gaza). Semuanya menimbulkan kerugian besar bagi tentara Penjajah Israel,” jelas Al-Duwairi.
Ada perkembangan penyergapan pejuang Hamas dalam menghadapi pasukan Penjajah di berbagai wilayah Gaza. Metode penyergapan di lingkungan Al-Zaytoun berbeda dengan penyergapan di lingkungan Al-Shujaiya, sebelah timur Kota Gaza.
Menurut Al-Duwairi, pengembangan aspek-aspek dalam metode penyergapan adalah rahasia ketahanan Brigade Izz al-Din al-Qassam dalam pertempuran selama 10 bulan ini.
Hamas menggunakan peralatan yang tersedia untuk memproduksi senjata Anti-Armor, Anti-Personel dan Anti-Tank. Dan tidak dapat dibandingkan dengan versi aslinya. Peluru “Al-Yassin 105” dengan hulu ledak tandem heat tidak dapat dibandingkan dengan peluru “RPG 7”.
“Jika senjata Hamas tidak efektif, tidak akan ada cuplikan video-video tank yang hancur dan rusak. Laporan penjajah menunjukkan adanya kehancuran dan kerusakan mencapai 1.500 kendaraan perang, terdiri dari tank ‘Merkava’, IDF Caterpillar D9, pengangkut personel, dan berbagai jenis lainnya,” tutur Al-Duwairi.
Beberapa kejadian serangan yang telah dilakukan para pejuang Hamas sulit untuk dipercaya dan diulang. Mereka mampu menempatkan alat peledak di bawah tank Israel dari jarak nol. Padahal, kondisi di sana penjajah mengepung Hamas dari segala arah. Langit-langit dipenuhi dengan pesawat pengintaian Israel, Amerika, Inggris, dan Barat. Sehingga menyebabkan peningkatan kompleksitas lokasi para pejuang.
Strategi penyerangan Hamas terhadap Penjajah Israel sudah next level, dibandingkan ketika awal masa pasca Taufan Al-Aqsha. Serangan secara langsung dengan konfrontasi sudah berkurang. Mereka lebih banyak menyerang dalam senyap. Mereka lancarkan kombinasi pengintaian dan serangan tak terduga, melalui kompleksitas terowongan-terowongan di bawah tanah.
Selain itu, Pejuang Hamas menyerang secara tiba-tiba dengan cara berbaur dengan warga sipil di pengungsian. Memakai pakaian dan tinggal di kamp yang sama, mereka lantas menyerang Penjajah Israel secara tidak terduga. Tentu hal ini sangat merugikan Para Penjajah. Sebab, mereka melawan musuh yang tidak terlihat.
Hamas juga diuntungkan dengan pengetahuan medan. Seluk beluk daerah yang akrab dengan mereka, memudahkan penyergapan. Beberapa jebakan dan isyarat-isyarat yang hanya diketahui antar pejuang Hamas, membuat Penjajah Israel hanya bisa ‘gigit jari’. Lawan mereka bagaikan hantu yang tidak terlihat, serangan maut bisa datang kapan saja.
(Dari Berbagai Sumber)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!