Israel terus melancarkan serangan intensif ke rumah sakit-rumah sakit di Gaza utara, meski pun hingga kini belum ada bukti adanya pejuang Hamas di dalam fasilitas kesehatan tersebut. Tiga rumah sakit utama di Gaza utara — Kamal Adwan, Al-Awda, dan Rumah Sakit Indonesia — menjadi sasaran pengepungan. Serangan itu menyulitkan warga sipil serta tenaga medis dalam upaya menyelamatkan nyawa.
Israel mengklaim serangan itu sebagai bagian dari operasi militer untuk menghancurkan Hamas, yang mereka tuduh memanfaatkan rumah sakit sebagai pusat komando, tempat berlindung para pejuang, serta lokasi penyembunyian tawanan. Namun, belum ada bukti nyata yang mendukung klaim itu. Dan komunitas internasional pun terus memertanyakan dasar hukum serangan tersebut.
Pengepungan yang Menghalangi Perawatan Medis
Rumah sakit di Gaza utara telah mengalami kekurangan pasokan medis, air, dan makanan, karena pengepungan militer yang ketat. Direktur Rumah Sakit Al-Awda, Dr. Muhammad Shaleh, melaporkan bahwa fasilitas medis di rumah sakitnya tidak dapat mengevakuasi enam pasien yang kondisinya kritis. Selain itu, para tenaga medis hanya mendapatkan satu kali makan setiap hari, yang sering kali hanya terdiri dari roti atau nasi secukupnya.
“Kami berjuang untuk memberikan perawatan yang memadai dengan sumber daya yang sangat terbatas,” ujar Dr. Shaleh.
Di dalam kondisi darurat, dokter-dokter di rumah sakit terpaksa melakukan amputasi pada korban yang terluka parah akibat pecahan peluru, karena tidak adanya dokter spesialis bedah vaskular atau saraf di Gaza utara.
Rumah Sakit Indonesia: "Pasien Meninggal di Depan Mata Kami"
Rumah Sakit Indonesia, salah satu fasilitas kesehatan terbesar di Gaza utara, berada dalam kondisi kritis. Pada 18 Oktober 2024, serangan artileri merusak lantai atas rumah sakit tersebut, memicu kepanikan dan memaksa banyak orang melarikan diri. Pasukan Israel telah mengepung rumah sakit itu, yang menyebabkan penurunan drastis ketersediaan makanan, air, dan suplai medis yang sangat dibutuhkan.
Dua pasien di rumah sakit ini dilaporkan meninggal dunia akibat kekurangan listrik dan persediaan medis. Seorang perawat, Tamer Al-Kurd, melaporkan bahwa kondisi pasien semakin memburuk sementara hanya ada dua dokter yang tersisa di rumah sakit untuk menangani 44 pasien yang masih bertahan. “Orang-orang datang meminta bantuan, tetapi saya tidak bisa melakukannya sendiri. Saya kelelahan,” ungkap Al-Kurd dalam pesan suara.
Rumah Sakit Kamal Adwan juga mengalami kerusakan serius akibat serangan udara Israel yang mengenai lantai ketiga rumah sakit, mengakibatkan kebakaran yang merusak stok medis yang baru saja disediakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Direktur rumah sakit, Dr. Hossam Abu Safiyeh, menyatakan bahwa serangan itu juga menghancurkan tanki air dan menyebabkan empat staf terluka saat berusaha memadamkan api.
Selama beberapa minggu terakhir, Dr. Abu Safiyeh sering terlihat dalam rekaman video yang berisi seruan untuk bantuan kemanusiaan. Di dalam satu tayangan, ia terlihat menangis ketika meminta pertolongan internasional, menggambarkan tekanan luar biasa yang dihadapi oleh para staf medis di tengah pengepungan militer Israel.
Kecaman terhadap Pelanggaran Hukum Internasional
Komunitas internasional mengecam serangan terhadap fasilitas kesehatan itu, mengingat rumah sakit seharusnya dilindungi secara khusus oleh hukum internasional. Meski pun Israel beralasan bahwa fasilitas medis di Gaza digunakan oleh Hamas untuk tujuan militer, banyak pihak menilai serangan itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum kemanusiaan internasional. Menurut laporan organisasi Médecins Sans Frontières (Doctors Without Borders), serangan Israel telah merenggut nyawa tiga tenaga medis di rumah sakit Al-Awda dalam serangan sebelumnya pada tahun lalu.
Israel telah lebih dari sepuluh kali menyerang dan mengepung rumah sakit di Gaza, menyebutnya sebagai bagian dari “kebutuhan militer”. Namun, alasan ini terus menuai kritik, terutama karena kurangnya bukti yang dapat membenarkan klaim bahwa fasilitas medis digunakan untuk operasi militer oleh Hamas. Organisasi HAM internasional mendesak agar Israel segera menghentikan serangan terhadap rumah sakit dan memastikan keselamatan staf medis serta pasien di Gaza.
(Sumber: Al Jazeera Mubasher)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!