Mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, M. Jusuf Kalla (JK) bertemu dengan Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh, Jumat (12/7/2024), di ibukota Qatar, Doha. JK dilaporkan bertemu selama 2 jam dengan Ismail Haniyeh bersama beberapa petinggi gerakan itu. Secara intensif, kedua tokoh itu membicarakan hal-hal terkait peluang gencatan senjata atau menghentikan perang dengan Israel.
Sejumlah tokoh turut mendampingi JK dalam pertemuan itu. Antara lain Duta Besar RI untuk Qatar, Ridwan Hassan; serta mantan Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaludin. Sebelumnya, pada 6 Mei 2024, Hamid menjelaskan bahwa Hamas meminta JK untuk memediasi upaya mengakhiri konflik di Palestina.
Di kesempatan itu, JK menyampaikan belasungkawa atas syahidnya sejumlah putra, cucu, dan saudara perempuan Ismail Haniyeh. Juga seluruh rakyat Palestina yang menjadi korban sejak peristiwa Thufan Al-Aqsa lalu. Dia mewakili Indonesia menyatakan rasa solidaritas terhadap warga sipil rakyat Palestina, yang tengah menghadapi pembantaian tanpa pandang bulu.
“Rakyat Indonesia mempunyai posisi yang tegas dan jelas terhadap Palestina dan perjuangannya,” ujar Ketua Dewan Masjid Indonesia itu.
Bukan perkara mudah bagi Jusuf Kalla menemui pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh. Terlebih, di tengah agresi militer Israel ke Gaza, Ismail Haniyeh adalah sosok paling dicari militer Israel. Maka, keamanannya menjadi pertimbangan utama.
Baca juga: Beredar Foto “Lima Tokoh Muda NU” Bertemu Presiden Israel
“Upaya perdamaian memang kerap mengandung risiko,” ujar Juru Bicara Jusuf Kalla, Husain Abdullah, pada Sabtu (13/7/2024).
Husein mengatakan, untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah dibutuhkan keberanian, pengetahuan, dan pengalaman. “Dan JK tentu memiliki unsur-unsur itu,” ujar Uceng, sapaan akrab Husain Abdullah.
Apalagi, menurut Uceng, posisi Jusuf Kalla sebagai mediator membuat dia netral tidak memihak di antara kelompok-kelompok yang bertikai. Menurut Uceng pula, JK selaku mediator harus bisa berkomunikasi dengan semua pihak, baik Hamas, Fatah, maupun Israel.
“Karena hanya dengan hubungan semua pihak, pembicaraan dapat dibuka atau dilakukan. Tanpa hubungan dengan semua pihak, pembicaraan atau penyelesaian lewat diplomasi mustahil dilakukan,” ujar Uceng.
Di dalam pertemuan tersebut, Ismail Haniyeh memaparkan kondisi medan, kemanusiaan, dan politik di Gaza. Juga memberikan laporan terkait kondisi tahanan di penjara Israel kepada delegasi tamu. Di sisi lain, Ismail Haniyeh selaku Pemimpin Hamas itu, memuji posisi dan peran diplomatik Indonesia. Mulai dari pengiriman bantuan kemanusiaan kepada masyarakat di Gaza, kontribusi dalam merawat korban luka, gerakan kerakyatan dalam demonstrasi, hingga masifnya solidaritas bangsa Indonesia terhadap rakyat Palestina.
Sedangkan JK menyampaikan harapannya agar Hamas bersatu dengan kelompok Fatah. “JK meminta kepada Ismail Haniye untuk segera melakukan rekonsiliasi dengan kelompok Fatah agar mereka bersatu,” demikian laporan dari tim media JK.
(Sumber: Dari Berbagai Sumber)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!