Perdana Menteri penjajah Israel, Benjamin Netanyahu, dalam sebuah pernyataan pada Ahad (27/4/2024) mengungkapkan ketakutannya kala ia merencanakan pembunuhan pemimpin Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah. Di dalam pengakuannya, Netanyahu menyampaikan bahwa keputusan itu diawali setelah ia menerima dan memelajari laporan intelijen penting.
"Aku menerima sebuah laporan intelijen besar, dan aku membacanya. Isinya tentang Hassan Nasrallah. Aku membacanya lagi, dan aku berkata, 'Dia harus disingkirkan'," ucap Netanyahu.
Netanyahu mengaku sangat terkesan dengan sosok Nasrallah, yang menurut dia merupakan pemimpin kuat dengan pengaruh besar, bahkan terhadap Iran. Ia menilai bahwa Nasrallah memiliki kendali lebih besar atas Iran.

“Aku sangat terkesan, memang, dia adalah seorang pemimpin yang kuat. Namun hubungannya dengan Iran sedikit aneh. Justru dia yang mengendalikan Iran,” ungkapnya.
"Dia adalah poros dari poros militan. Jika kita menyingkirkan dia, maka poros itu akan runtuh," tegasnya.
Rencana ini sempat menjadi bahan diskusi serius dalam lingkaran kabinet penjajah Israel. Dua pertimbangan utama yang muncul saat itu adalah: Apakah perlu memberitahu Amerika Serikat, dan apa konsekuensi strategis dari serangan tersebut.
"Tentang Amerika? Aku bilang tidak, tidak, tidak. Kita tidak akan memberitahu mereka," ungkap Netanyahu.
Namun, ketakutan terbesar datang dari kemungkinan balasan Iran. Netanyahu mengingatkan bahwa Iran memiliki ratusan rudal balistik dengan daya hancur besar yang bisa menghancurkan wilayahnya.
"Rudal-rudal itu seperti bus penuh dengan bahan peledak. Dan mereka memiliki ratusan rudal seperti itu. Itu bisa menghujani Israel dan menyebabkan kehancuran besar," pungkasnya.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!