Kapal Global Sumud Flotilla Kembali Diserang

Kapal Global Sumud Flotilla Kembali Diserang
Kapal Global Sumud Flotilla Kembali Diserang/ Foto Istimewa

Salah satu kapal yang merupakan bagian dari armada Global Sumud Flotilla (GSF), yaitu Kapal Alma, dihantam serangan drone penjajah Israel, saat sedang berlabuh di perairan Tunisia, Rabu (10/9/2025). Serangan ini berlangsung selang satu hari setelah serangan drone penjajah Israel menghantam kapal Family Boat, yang juga bagian dari armada GSF, di pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, pada Selasa (9/9/2025). Tidak ada korban jiwa tetapi terjadi kebakaran.

Peristiwa ini pertama kali kapal-kapal flotilla diserang di wilayah Tunisia selama dua malam berturut-turut. Namun, ini bukan kali pertama penjajah Israel menyerang GSF dan kapal-kapal yang berusaha menembus blokade Gaza untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan.

 

Berikut linimasa serangan penjajah ke armada kapal bantuan selama 2010-2018:

  • Mavi Marmara (Mei 2010) → 9 orang terbunuh dan 50 orang lebih luka-luka

Pada 31 Mei 2010, kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara, bagian dari armada flotilla yang berusaha menerobos blokade laut penjajah Israel ke Gaza diserang. Rombongan yang berisi 650 aktivis dan 10.000 ton bantuan — termasuk pasokan medis — itu diserbu oleh pasukan komando penjajah Israel di perairan internasional. Di dalam serangan tersebut, sembilan orang tewas dan banyak lainnya terluka (termasuk luka serius). 

Pasukan penjajah Israel dilaporkan menggunakan peluru asli, peluru plastik, dan peluru karet. Di antara korban yang tewas merupakan warga sipil dari berbagai negara. Analisis forensik menunjukkan bahwa dua penumpang yang tewas di dek atas mengalami luka tembak jarak dekat saat mereka terbaring.

Gawat! Kapal Global Sumud Flotilla Diserang Drone Hingga Terbakar
Serangan drone membuat salah satu kapal utama Armada Global Sumud Flotilla (GSF) terbakar di perairan lepas Tunisia pada Selasa (9/9/2025) dini hari. Namun, kapal yang mengangkut beberapa aktivis internasional itu tetap bertekad menembus blokade untuk kirim bantuan ke Gaza.
  • Dignité-Al Karama (Juli 2011) → Kapal disita dan awaknya diculik

Pada 19 Juli 2011, kapal bantuan Dignité al-Karama dengan bendera Prancis merupakan kapal terakhir dari flotilla bantuan yang berusaha menembus blokade laut Israel menuju Gaza saat itu. Kapal tersebut disergap oleh komando angkatan laut penjajah Israel di sekitar 65 km dari pantai Gaza.

Tidak ada perlawanan yang berarti saat boarding dilakukan. Penumpang dan awak kapal ditahan dan kapal digiring ke pelabuhan Ashdod. Namun, penumpang dibawa ke Holon, diwawancarai oleh otoritas imigrasi, dan diminta menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa mereka akan meninggalkan Israel dalam waktu 72 jam sebelum dideportasi.

  • Penahanan Kapal-Kapal Kecil Sebelum Berlayar (2012-2014)

Oktober 2012: Kapal bernama Estelle, berbendera Finlandia, yang bertujuan untuk memecah blokade laut Israel dicegat Angkatan Laut penjajah Israel sekitar 30 mil laut dari pantai Gaza. Penumpang ditahan dan kapal diarahkan ke pelabuhan Ashdod.

Selain itu, pada periode tahun 2012-2014 ada beberapa kapal kecil yang seharusnya ikut flotila, tetapi diblokade oleh pemerintah Yunani, ditahan di pelabuhan, karena menghadapi masalah administratif, sebelum bisa berlayar.

Ekspedisi Madleen: Pendobrak Blokade dan Keangkuhan Penjajah
Ahad, 1 Juni 2025, kapal Madleen bertolak dari Pelabuhan Catania, Italia. Namun, 9 Juni 2025, sekitar pukul 03.00 dinihari waktu setempat, kapal itu disergap dan dibajak oleh pasukan penjajah Israel di perairan internasional, sekitar 185 hingga 200 kilometer dari pesisir Gaza.
  • Marianne Freedom Flotilla III (Juni 2015) → Deportasi dan penyetruman dengan alat kejut

Pada 29 Juni 2015, kapal Marianne (berbendera Swedia), bagian dari Freedom Flotilla III, dicegat oleh angkatan laut penjajah Israel di perairan internasional sekitar 100 mil laut dari pantai Gaza. Kemudian kapal tersebut dipaksa untuk menepi ke Pelabuhan Ashdod di Israel.

Para aktivis dan awak kapal ditahan sementara, banyak di antaranya dideportasi ke negara asal mereka. Beberapa laporan menyebutkan bahwa sebagian peserta berulang kali disetrum dengan senjata listrik (Taser) oleh penjajah Israel selama intersepsi.

Menurut saksi dan juru bicara Freedom Flotilla Coalition, beberapa aktivis diperlakukan dengan kekerasan, ditembak dengan taser, bahkan ada yang terluka.

“Setidaknya empat orang ditembak dengan taser dan satu orang mengalami luka ringan,” ujar Loukas Stamellos, juru bicara Freedom Flotilla Coalition, kepada Common Dreams dari Athena.

  • Zaytouna-Oliva Women's Boat (Oktober 2016) → Penahanan dan Deportasi

Pada Oktober 2016, Kapal aktivis pro-Palestina Zaytouna-Oliva (“Women’s Boat to Gaza”) berlayar dari pelabuhan Barcelona, Spanyol. Di dalam kapal itu, terdapat 13 wanita dari berbagai negara, termasuk tokoh seperti Mairead Maguire (Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian) dan mantan diplomat AS Ann Wright.

Di dalam pelayarannya, sekitar 35 mil laut dari pantai Gaza, Angkatan Laut penjajah Israel menyita kapal tersebut. Semua awak kemudian dibawa ke pelabuhan Ashdod, ditahan hingga empat hari sebelum akhirnya penjajah Israel mendeportasi mereka.

Kapal Madleen Hanya Awal, Kini Ribuan Aktivis Bergerak Menuju Gaza
Konvoi solidaritas berisi ribuan aktivis dari berbagai negara di Afrika Utara berangkat dari Ibukota Tunisia menuju Jalur Gaza, Senin (9/6/2025). konvoi bernama al-Soumoud (Ketabahan) itu telah melintasi perbatasan Ras Jedir yang menghubungkan Tunisia dengan Libya.
  • Al Awda & Freedom (2018) →  Penyitaan & Pemukulan

Pada tahun 2018, dalam misi flotila yang dikenal sebagai Just Future for Palestine Flotilla, dua kapal bantuan utama — Al Awda dan Freedom — disita oleh angkatan laut penjajah Israel di perairan internasional. Penahanan tersebut terjadi sekitar 40-50 mil laut dari pantai Gaza. 

Menurut kesaksian awak kapal, dalam penyergapan tersebut mereka di-taseri, dipukuli, dan mengalami kekerasan fisik. Termasuk pemukulan dengan tangan kosong, serta penyitaan barang-barang pribadi dan medis. Setelah ditahan, sebagian awak kemudian dideportasi ke negara asal mereka. (Termasuk layanan medis di kapal seperti obat-obatan yang juga disita)

Koalisi Freedom Flotilla mengatakan kapal berbendera Norwegia itu dikepung oleh “12 kapal militer dengan ratusan tentara bersenjata.”

Beberapa peserta berulang kali ditembak dengan taser, termasuk di kepala. Yang lain dipukul atau kepalanya dibenturkan ke dinding oleh tentara. Borgol plastik digunakan dengan cara yang memutus sirkulasi darah,” kata Freedom Flotilla, menyebut tentara Israel sebagai Israel Occupation Forces (IOF).

(Diolah dari berbagai sumber)

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.