Karut Marut Konsep Tuhan Dunia Barat

Karut Marut Konsep Tuhan Dunia Barat
Karut Marut Konsep Tuhan Dunia Barat / Photo by Leonhard Niederwimmer on Unsplash

The strong do what they can and the weak suffer what they must” adalah perkataan keji Athena kepada Bangsa Melian saat mereka menolak bergabung dalam koalisinya melawan Persia,” kutip Akmal Sjafril mengawali materi ke-5 dalam perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) pada Rabu (04/09/2024), di aula INSISTS, Jakarta Selatan. Perkuliahan yang mengangkat tema Tauhidullah ini membahas tentang betapa konsep Tuhan yang dianut sekelompok manusia dapat memengaruhi mereka dalam bertindak dan memandang kehidupan.

“Misalnya dalam kisah Yunani Kuno yang berpaham politeisme. Mereka tidak menemukan konsep kebenaran dalam agamanya. Dewa-dewi yang mereka sembah berlaku keji pada sesamanya. Memerangi, membunuh, bahkan memperkosa menjadi hal yang lumrah. Peristiwa penyaliban Yesus juga tidak kalah membingungkan. Bagaimana Tuhan harus menurunkan anak dan mengorbankannya untuk menebus dosa-dosa manusia. Jika Tuhan Yesus benar bisa mengampuni dosa, kenapa Tuhan tidak langsung melakukannya saja?” terang penulis buku Islam Liberal 101 itu.

Memeriahkan Transformasi Dakwah dan Komunikasi: Dies Natalis Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta ke 34
Antusias mahasiswa sangat banyak, mayoritas dari mahasiswa baru. Ini juga Dies Natalis Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pertama kali dirayakan dengan berbagai agenda.

Lebih lanjut, bapak 2 anak itu menambahkan bahwa kacaunya konsep kebaikan dan kebenaran yang diajarkan Tuhan membuat mereka tak paham akan kedua hal tersebut. Tak ayal, mereka hidup sesuai akal pikiran mereka. Filsafat bagi mereka adalah konsep ideal yang tak mereka temukan dalam kitab-kitab sucinya. Bahkan, muncul konsep adolescence yang menggambarkan remaja bimbang, penuh kebingungan dan sedang mencari jati diri. “Konsep ini (adolescence) tidak relevan dengan umat Islam,” pungkasnya.

Akmal, salah satu pendiri #IndonesiaTanpaJIL juga menuturkan bahwa mereka yang memiliki hubungan baik dengan orang tuanya tidak akan mengalami krisis jati diri. Sedangkan Islam mengatur tentang birrul walidain, bagaimana seorang anak harus berbuat baik kepada orang tuanya. Islam mengajarkan kebenaran dan kebaikan.

“Nambah bersyukur dilahirkan jadi umat Islam setelah dapat insight baru tentang kepercayaan agama lain. Ternyata mereka seresah itu sama agamanya,” ungkap Lisa, salah seorang murid setelah mengikuti perkuliahan hari itu.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.