Tak ada semangat yang tumbuh tanpa motivasi. Motivasi menciptakan daya gerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Tanpa motivasi, seseorang bak lampu yang kekurangan minyak. Nyalanya kecil dan akhirnya padam. Maka, upaya memelihara dan menumbuhkan motivasi harus terus berlangsung.
Besar kecilnya motivasi seseorang tergantung keyakinan akan cita-cita dan harapan untuk masa depannya. Itu sebabnya, kebanyakan sikap pesimis dan putus asa lahir karena ketidakyakinan seseorang membaca masa depan yang dijanjikan. Sikap ini tak boleh terjadi pada diri seorang mukmin. Bukankah Allah SWT telah mengutus Rasul-Nya, selain bertugas menjadi mundzir (pemberi ancaman), mudzakkir (pemberi peringatan), juga sebagai mubasysyir (pembawa kabar gembira)? Dengan kabar gembira itu, Rasul berhasil membangun generasi yang memiliki semangat tinggi, militansi yang kuat, dan tak pernah kehilangan motivasi dalam beramal.
Menjelang Perang Khandaq, siapa yang berpikir umat Islam akan bisa mengalahkan dan menundukkan Romawi dan Persia yang saat itu tampil sebagai kekuatan adidaya? Tetapi, dalam suasana yang amat mencekam, saat penduduk Madinah berjibaku menggali parit pertahanan, Rasulullah berseru, "Allahu Akbar! Aku diberi kunci pembuka Syam. Allahu Akbar! Aku diberi kunci pembuka Persia. Allahu Akbar! Aku diberi kunci pembuka Yaman."
Ucapan Rasulullah itu terbukti. Hanya dalam waktu yang tidak terlalu lama, tepatnya di masa Khalifah Umar bin Khattab, Romawi dan Persia takluk di tangan Islam.
Baca Juga : Terapi Penyakit Hati
Kini, di saat-saat yang muram, umat Islam merindukan kembali para mubasysyir yang mampu menyemai semangat, motivasi, dan harapan akan masa depannya. Umat Islam, seperti yang diungkapkan Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Mubasysyiraat lil Intisyarul Islam”, harus banyak mengkaji kembali berita-berita gembira yang telah diterangkan, baik dalam Al Qur'an, Al Hadits, sejarah, maupun realita kini. Bukan untuk meninabobokan kita hingga bertopang dagu dan bermalas-malasan sembari menanti pertolongan Allah, akan tetapi justru untuk memacu semangat, memotivasi diri demi meraih harapan-harapan yang dijanjikan.
Masa depan cemerlang yang menjadi milik Islam, kejayaannya yang akan kembali terulang, adalah berita-berita gembira yang harus diyakini setiap muslim. Allah SWT telah menjadikan Islam sebagai cahaya abadi. Sinarnya tidak akan pernah surut sampai akhir zaman. Ketertekanan dan keterpurukan yang dialami umatnya justru akan menambah cahaya purnamanya. Itulah yang tersirat dalam firman-Nya:
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya." – QS. At-Taubah: 32.
Ada tiga rahasia kekuatan Islam yang menjadikannya mampu bertahan abadi sampai akhir zaman. Ketiga rahasia itu menjadi modal bagi kemenangan Islam sampai akhir zaman, di setiap kurun waktunya. Tetapi di sisi lain, ia justru menjadi titik lemah umat Islam saat mereka mengabaikannya.
Rahasia pertama adalah Islam sebagai agama kader. Islam adalah agama risalah dan dakwah. Sebab, usia dakwah sesungguhnya adalah usia risalah itu sendiri. Sedangkan tugas dakwah adalah kewajiban yang harus dipikul setiap pribadi muslim. Dengan demikian, setiap muslim adalah juga kader bagi agamanya. Karena itu, sampai kapan pun Islam tidak akan pernah kehilangan kader. Ibarat sebuah pohon abadi, ia akan terus memunculkan tunas-tunas baru. Daun-daun segar akan selalu menghiasinya menggantikan yang jatuh berguguran. Rasulullah saw bersabda,
“Sekelompok umatku akan terus menjalankan perintah Allah. Mereka tidak terganggu oleh orang-orang yang mengecewakan dan menentang mereka." Di dalam hadits lain, "Sesungguhnya Allah mengutus bagi umat ini setiap seratus tahun orang yang memperbarui agamanya." (HR Abu Daud).
Tragedi Bosnia, Kosovo, Afghanistan, Chechnya, adalah ayat-ayat kauniah yang membuktikan hal tersebut. Betapa tirani yang bercokol puluhan tahun di dua negara komunis terbesar, yaitu Uni Soviet dan Yugoslavia, sama sekali tidak mampu memadamkan cahaya Islam. Bahkan, selama puluhan tahun mungkin kita tidak menyangka bahwa ada saudara muslim kita di sana. Lalu sekarang kita terhenyak menyaksikan munculnya mujahid-mujahid agung yang mempertaruhkan jiwa raga mereka demi kelangsungan risalah ini. Sebuah militansi yang tidak muncul begitu saja. Di Indonesia, tragedi Ambon dan Maluku adalah juga ayat-ayat kauniyah Allah yang harus dibaca, ditafakuri, dan ditadaburi.
Baca Juga : Bila Perjanjian Dikhianati
Rahasia kedua, sebenarnya sebab utama kelemahan umat Islam adalah dirinya sendiri. Bukan pada kekuatan musuhnya. Ini yang terkadang tidak disadari. Seringkali kemajuan Barat membuat umat seperti kerdil dan tidak berdaya. Ironisnya, hal itu tidak menjadi acuan dan motivasi umat Islam dalam membentengi diri. Padahal, sejarah begitu gamblang mengajarkan bahwa kejayaan dan keterpurukan Islam berada di tangan umat Islam sendiri.
Selama umat Islam memiliki 'izzah (harga diri), sebesar apa pun kekuatan musuh, sama sekali tidak akan berarti. Benarlah sinyalemen Rasulullah saw tentang sebab kemalangan yang akan menimpa umatnya di satu zaman. Saat itu, nasib mereka bak sebuah hidangan yang diperebutkan orang-orang yang lapar dari segala penjuru. Menurut Rasul, saat itu umatnya dihinggapi penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.
Rahasia ketiga, Allah SWT senantiasa menjaga kemurnian Al Qur'an. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS Al Hijr:9). Penegasan Allah SWT untuk menjaga kemurnian Al Qur'an menunjukkan adanya jaminan penjagaan terhadap keabadian Islam. Sebab Al Qur'an adalah sumber utama ajarannya. Sayangnya, kini umat Islam terlampau jauh melalaikannya. Karena itu, tidak heran kini ajaran Al Qur'an serasa hilang dalam kehidupan muslim.
Akhirnya, semua kini berpulang kepada umat Islam sendiri. Yang jelas, masa depan Islam dan kejayaannya telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada umat Islam. Keikhlasan serta kesungguhan amal-lah yang akan menentukan seberapa cepat proses kejayaan itu terwujud. Sebab, pertolongan Allah kepada hamba-Nya akan berbanding lurus dengan kualitas kerja sang hamba. Yakinlah, kemenangan itu pasti akan datang.
Imanuddin Kamil
Disadur dari Majalah Sabili Edisi No 26 TH. VII / 14 JUNI 2000 / 11 RABIUL AWAL 1421 H
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!