Ketika El Nino Dianggap “Malapetaka”

Ketika El Nino Dianggap “Malapetaka”
Photo by jcomp / freepik

Dunia sedang menghadapi fenomena El Nino. Kali ini El Nino muncul ketika osilasi permukaan laut di Samudra Hindia memasuki periode menghangat. Perubahan itu merupakan fase positif dari fenomena yang disebut Dipol Samudra Hindia (IOD).

El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) hingga di atas kondisi normalnya. Kali ini terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Pemanasan SML itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia. Para analis pun memperkirakan, bulan Juni 2023 menjadi bulan terpanas dalam catatan selama 174 tahun. Dampaknya, pemanasan itu masih akan terasa hingga beberapa minggu ke depan. Ancaman El Nino yang juga akan menghampiri Indonesia itu diprediksi akan memicu terjadinya kekeringan di wilayah Indonesia secara umum.

Pemerintah Indonesia pun bersiap mengahadapi El Nino. Sebab, kenaikan suhu permukaan air laut di bagian timur Samudra Pasifik akan berpotensi menurunkan produksi padi dan diprediksi mengganggu stabilitas harga pangan. Namun, kondisi geografis Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan membuat dampak El Nino juga akan bervariasi di antara satu wilayah dengan wilayah lain di Indonesia.

Menyikapi hal itu, Presiden Joko Widodo dikabarkan telah menginstruksikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, untuk mengamankan pasokan pangan, terutama beras, guna mengantisipasi dampak El Nino, yang menurut perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncaknya akan terjadi pada Agustus hingga September 2023. Kementan pun bergerak. Sembilan provinsi disiapkan untuk jadi penyangga utama antisipasi dampak El Nino. Yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Pemetaan juga dilakukan. Yaitu mengelompokkan daerah mana saja yang masih punya cukup pasokan air yang disebut daerah hijau. Di daerah hijau itu dilakukan optimalisasi pertanaman. Di daerah kuning dengan sumber air terbatas, pemerintah akan melakukan sejumlah intervensi untuk mengendalikan air, semisal menggunakan irigasi, embung, termasuk kerja sama dengan pemerintah daerah. Dan di daerah merah yang sulit air, disiapkan beberapa komoditas lain dengan varietas-varietas tahan kekurangan air. Dan kemungkinan kondisi yang terjadi di daerah merah akan disikapi dengan persiapan lumbung pangan khusus.

Ancaman Kurang Gizi

Tetapi bukan hanya itu yang harus dilakukan. Perlu juga meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ragam sumber pangan bergizi. Sebab, ancaman perubahan iklim tersebut memang juga sangat berisiko mengganggu ketersediaan pangan. Risiko gangguan ketersediaan pangan itu juga mengancam kekurangan gizi pada masyarakat Indonesia. Sedangkan sejumlah daerah di Indonesia saat ini pun masih menghadapi masalah stunting. Maka, ketersediaan bahan pangan bergizi yang beragam itu sekaligus sebagai langkah untuk mengakselerasi pengentasan stunting di tanah air.

Seperti diketahui, stunting saat ini masih menjadi persoalan bagi Indonesia. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi lingkungan yang kurang mendukung, ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak yang ukurannya di bawah standard.

Stunting adalah kosa kata dari bahasa Inggris. Asalnya dari kata dasar stunt yang jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, bermakna kerdil. Jadi, stunting artinya adalah ”kekerdilan”.

Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan angka prevalensi stunting terbilang tinggi di dunia. Tahun 2022, angka prevalensi stunting di Indonesia masih 21,6 persen. Sedangkan ukuran standard prevalensi stunting di suatu negara yang ditetapkan oleh WHO adalah tidak melebihi 20 persen.

Pekerjaan Rumah yang Berat

Anisipasi terhadap ketersediaan pangan di tengah gelombang El Nino menjadi salah satu pekerjaan rumah Presiden Jokowi dan jajaran pemerintahannya. Pekerjaan rumah itu menjadi bertambah berat jika dikaitkan dengan kasus stunting yang angka prevalensinya masih tinggi. Jadi, pemerintah musti sangat serius menangani masalah pangan ini, menjelang akhir periode pemerintahan di tahun 2024.

Dan sudah dipahami bersama, stunting tidak hanya bersumber dari masalah kesehatan semata, tetapi sering berakar pada fakor-faktor ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertanian, dan kemiskinan. Masalah stunting kerap dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan, baik dalam hal jumlah maupun kualitas gizi. Ditambah lagi soal pola asuh bayi dan balita yang kurang baik. Terutama praktik pemberian makanan bagi bayi dan balita. Pola asuh dan status gizi itu juga sangat dipengaruhi oleh pemahaman orangtua, khususnya ibu.

Tetapi, yang lebih inti dari masalah itu adalah soal kemiskinan. Sebab, faktor kemiskinan membuat banyak orangtua tak mampu menyediakan pangan bergizi lengkap untuk anak-anak mereka. Bukan karena tidak mau atau kurang paham, tetapi lebih karena tak mampu secara ekonomi, mengingat harga pangan bergizi lengkap yang terbilang tinggi.

Maka, laporan pemantauan cuaca terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO mengenai peluang terjadinya El Nino pada 2023, yang diprediksi bakal terjadi dalam kategori kuat, sehingga dampaknya bisa lebih besar, hendaknya disikapi dengan baik. Bukan sekadar menuding El Nino sebagai sumber “malapetaka” yang menghantui ketersediaan pangan semata. Tetapi yang lebih utama adalah menyiapkan langkah-langkah antisipasi agar dampak El Nino tidak separah yang ditakutkan.

Pemerintah juga perlu menyiapkan mayarakat untuk menghadapi dan menyiasati persoalan ketersediaan pangan dan pemenuhan gizi keluarga. Pun memudahkan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan bergizi yang murah dan mudah dijangkau. Di sisi lain, pengetahuan tentang alternatif dan keragaman pangan penunjang pemenuhan gizi pun harus lebih meluas di kalangan masyarakat umum.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.