Ketika Ketulusan Dibayar Kontan
Tahun 2009 lalu ada sebuah acara di salah satu TV swasta bernama "TOLONG". Sebuah acara semacam social experiment yang menguji adakah orang yang punya sifat mulia di atas rata-rata yang rela menolong orang lain di saat dirinya juga sedang susah. Konsep acaranya lumayan bagus dan dapat memberikan banyak ibrah pada orang yang mau berempati apalagi dengan kaca mata iman.
Alurnya bermula dari seorang bapak yang bekerja sebagai guru honorer harus membayar uang kontrakan 150 ribu rupiah sesegera mungkin. Kalau tidak, dia dan keluarganya harus segera angkat kaki dari rumah itu, demikian ultimatum sang pemilik kontrakan.
Tentu sang bapak ini bingung, gajinya tak cukup untuk membayar kontrakan, sehingga dia harus berpikir menjual barang berharga miliknya. Tapi tak ada pula barang berharga yang dia punya untuk dijual selain sebuah televisi era 80-an. Akhirnya bapak ini membawa televisi dengan mengengkol sepeda tua ala Oemar Bakrie berusaha menawarkan televisi itu kepada setiap orang yang dia temui di jalanan kota Semarang.
Cukup sulit menemukan orang yang mau membeli televisi seperti itu dengan harga 150 ribu, meski sang bapak ini sudah memelas dan mengatakan bahwa dia perlu uang untuk membayar kontrakan. Secara logis memang siapapun yang mau membeli televisi itu maka niatnya bukanlah barangnya, melainkan dipastikan ingin membantu si bapak ini keluar dari kesulitannya.
Sampai akhirnya dia bertemu seorang ibu muda yang sedang berjualan lampu bekas di tepi jalan raya bersama beberapa orang adik perempuannya. Si bapak mencoba peruntungan siapa tahu si ibu yang kelihatannya juga tak kalah susah hidupnya ini mau membantu. Dia tawarkan televisi sambil menceritakan mengapa dia terpaksa menjual barang bekas tersebut. Singkatnya, sang ibu ini mau membeli televisi itu seharga 150 ribu rupiah setelah mendengar bahwa bapak ini sangat perlu uang tersebut untuk membayar kontrakannya. Yang pasti si ibu tulus hanya ingin membantu, karena tidak mungkin dia butuh televisi tusak semacam itu.
Baca Juga : Belajar Tawakal dari Burung
Puncaknya, kru acara pun membongkar kedok dengan memberikan beberapa lembar Rp.50.000 kepada si ibu ini karena telah mau menolong bapak tadi. Sontak tangis haru pun pecah dari si ibu dan adik-adiknya kala itu, bahkan juga sampai di luar televisi. Dikasih duit kok nangis?! Entahlah, tapi memang begitulah, perasaan siapapun akan terharu, ketika seorang ibu muda dengan satu anak yang masih TK yang hidupnya juga di bawah standar pas-pasan rela menolong orang lain dengan jumlah yang tak sedikit untuk ukuran masyarakat seperti mereka.
Andai Surprise itu di Akhirat
Saya membayangkan kalau seseorang begitu terharu menerima pembayaran kontan dari kebaikannya di dunia dengan balasan yang masih bisa dihitung dengan angka, lalu bagaimana andai orang semacam ibu muda ini menerima balasan amal kebaikannya di akhirat langsung dari Allah Jalla wa ’Ala yang tentu jumlahnya tak bisa terbayang oleh manusia? Mungkin kalau masih di dunia si ibu ini bisa langsung pingsan saking terharunya mendapat balasan kebaikan dari Tuhan Pencipta Semesta Alam.
Yah.. Andai pahala dan dosa bisa terlihat mata, mungkin tak akan ada yang durhaka. Semua orang akan mengejar surga. Itulah iman, sebagai ujian Tuhan kepada umat manusia maka pahala dan dosa itu tak ditampakkan. Banyak orang yang tahu kalau dia bersedekah atau membantu orang yang kesusahan, atau melakukan amal baik maka dia akan mendapat pahala. Tapi, yang membedakan tingkat keimanan tentang seberapa yakin orang bahwa janji Allah itu pasti adanya. Coba kita perhatikan beberapa janji Allah yang disampaikan lewat lisan Rasulullah SAW berikut ini:
“Barangsiapa yang bersedekah dengan sebutir kurma dari penghasilan yang thayyib (halal dan terhormat) –karena Allah tidak menerima selain yang thayyib- Allah menerimanya dengan tangan kanannya, lalu memeliharanya untuk pelakunya sebagaimana kalian memelihara anak hewan peliharaan kalian, sampai sedekah itu tumbuh sebesar gunung.” – HR. Al-Bukhari, no. 1410, Muslim, no. 1514.
Tentu kita semua juga pernah mendengar kisah lain dalam hadits tentang seorang pelacur di kalangan Bani Israil yang memberi minum seekor anjing yang dengan itu dia diampuni oleh Allah. Kisah ini diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para sahabat, dan mereka bertanya,
“Apakah memberi makan binatang itu mendapat pahala?” Beliau dengan tegas menjawab, “Pada setiap jantung yang basah (makhluk bernyawa) ada pahala (bila berbuat baik pada mereka –pen).”
(Hadits ini diriwayatkan dari Abu Hurairah ra sebagaimana tersebut dalam Shahih Al-Bukhari, no. 2363, Muslim, no. 2244).
Dalam riwayat Ibnu Hibban ada tambahan, “Lalu Allah memasukkannya ke surga.”
Bila memberi minum kepada seekor anjing saja bisa masuk surga bagaimana dengan manusia. Pantaslah kalau Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya surga ada sebuah ruangan yang luarnya terlihat dari dalamnya dan dalamnya terlihat dari luarnya. Allah mempersiapkannya untuk orang yang memberi makan, menyebarkan salam, dan shalat ketika manusia sedang tidur di waktu malam.” – HR. Ibnu Hibban.
Hadits lain dari Umar bin Al-Khaththab ra, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya, amalan apakah yang paling utama? Beliau menjawab,
“Membahagiakan seorang mukmin, mengenyangkannya bila ia lapar, memberinya pakaian penutup aurat, atau membantu penyelesaian urusannya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Awsath, Abu Syaikh dan Ibnu Hibban sebagaimana dalam At-Targhib, no. 1395).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa menyelamatkan seorang mukmin dari suatu bencana dunia, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari bencana hari kiamat. Barangsiapa yang mempermudah urusan seorang yang kesusahan, niscaya Allah akan mempermudah urusannya baik di dunia maupun di akhirat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, nsicaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya (sesama muslim)…..” – HR. Muslim, no. 2699
Demikianlah sekilas, catatan pribadi ini untuk mengingatkan diri sendiri, bahwa janji Allah itu pasti. Terinspirasi dari tangis haru seorang ibu yang dengan tulus menolong sesama, ketika ketulusannya dibayar kontan oleh manusia. Alangkah lebih bahagia lagi si ibu ini dan orang-orang sepertinya ketika menerima pembayaran tunda dari Allah Ta’ala di hari pembalasan nanti.
Baca Juga : Bergesernya Pilar Ibadah Kita