Majelis Ormas Islam (MOI) menyampaikan sikapnya terhadap Amerika yang memveto Resolusi PBB tentang gencatan senjata di Palestina. Mereka berharap hal serupa itu tak lagi terjadi karena berarti telah memalukan seluruh dunia. Ketua Presidium MOI, KH Nazar Haris, menyampaikan hal itu saat diwawancarai Hanif Nurrohman dari Sabili.id.
“Kita sangat menyesalkan perlakuan Amerika ini. Kita mengharap supaya tidak terjadi lagi hal seperti itu, karena sangat memalukan seluruh dunia, seolah-olah Amerika menantang dunia,” kata KH Nazar.
Nazar pun mengusulkan agar PBB menghilangkan saja hak veto untuk lima negara. “Tetapi kalau Amerika terus berperilaku seperti itu, sampai nanti kalau ada upaya lagi kemudian dia veto lagi, kita mau mengusulkan supaya kalau bisa PBB menghilangkan hak veto dari lima negara tersebut,” ujar Nazar.
Seperti diketahui, Amerika Serikat adalah salah satu dari lima negara anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto. Hak veto adalah hak untuk membatalkan suatu rancangan resolusi yang telah diputuskan oleh suara terbanyak anggota DK PBB. Selain Amerika Serikat, pemilik hak veto adalah Rusia, China, Perancis, dan Inggris Raya.
Menurut Nazar Haris, hak veto sudah tidak sesuai lagi dengan zaman. Sehingga, hak veto sudah tak diperlukan lagi.
Baca juga: Indonesia Kecam Israel karena Lanjutkan Serangan ke Jalur Gaza
“Karena (hak veto) sudah tidak sesuai lagi dengan zaman. Bahkan sekarang. Dulu waktu penetapan, hak veto dimiliki lima negara itu karena adanya hegemoni dominasi lima negara itu terhadap bangsa-bangsa lain di dunia. Sekarang kita melihat, sudah runtuh hegemoni itu! Amerika sudah kalah di Vietnam, sudah kalah di Afghanistan, sudah kalah di Irak, bahkan sebentar lagi akan kalah di Palestina. Jadi, hegemoni apa yang bisa ditampilkan bahwa Amerika itu betul-betul digdaya? Begitu juga dengan Perancis, China, Rusia, Inggris,” terangnya.
Nazar pun menegaskan, hegemoni yang ada saat ini cenderung menghalangi dunia untuk mencapai perdamaian. “Hegemoni itu tidak membawa kemaslahatan buat dunia. Bahkan kecenderungannya, hegemoni itu justru menghalangi kesepakatan dunia untuk kebaikan,” tegas Nazar.
Di bagian lain, Nazar menjelaskan, Langkah MOI selanjutnya sebagai konfederasi dari ormas-ormas Islam adalah ingin memperbaiki kiprah keumatan di seluruh unsur. “Pendidikan, sosial, dan dakwah, tidak dapat terpisah dari unsur-unsur yang melingkupinya, seperti unsur politik. Tetapi dalam hal ini kita high politic. Politik keumatan. Termasuk juga misalnya unsur keamanan. Keamanan bangsa dan negara itu juga menjadi concern kita,” jelas Nazar.
Nazar memberi penjelasan tentang pentingnya memperhatikan budaya pergaulan yang terjadi saat in. “Tata pergaulan dunia itu juga akan menjadi concern kami, karena kalau kita mendidik umat atau komunitas tanpa memperhatikan budaya yang menerjang dunia, maka pendidikan kita akan sia-sia. Contohnya ada sekarang budaya yang sedang dikembangkan, misalnya budaya LGBT. Kalau kita tidak antisipasi itu dan kita biarkan saja, sementara kita mendidik umat untuk berakhlak baik tetapi kita biarkan LGBT berkembang, maka upaya kita bisa sia-sia. Karena (itu) kita (perlu) melakukan tinjauan terhadap perilaku peradaban dunia,” pungkasnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!