Penulis : Azmi Aulia
Firman Allah dibawah menggariskan misi hidup manusia dengan tegas, yakni ibadah. Substansinya, seluruh gerak langkah, desah nafas, dan aliran darah manusia tidak boleh keluar dari kerangka pengabdian (ibadah) kepada Allah swt
Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. – QS Adz Dzariyat: 56.
Dengan demikian, ibadah seharusnya menjadi aktivitas keseharian seorang muslim selama dua puluh empat jam. Lalai terhadap hal ini berarti penyia-nyiaan terhadap kesempatan hidup dan akan menjadi penyesalan paling dalam di hari akhir. Allah swt berfirman, "Supaya jangan ada orang yang mengatakan, 'Amat beşar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) kepada Allah...(QS AzZumar: 56)
Shalat tahajud adalah salah satu bentuk ibadah yang banyak dilalaikan orang. Padahal, kedudukan dan kegunaan shalat tahajjud sangat istimewa. Allah swt berfirman,
Dan pada sebagian malam hari, Shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. – (QS Al-Isra: 79)
Dalam salah satu haditsnya, Rasul saw bersabda, "Shalatmu yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim)
Ketika kaum muslimin mengalami kondisi sulit oleh berbagai intimidasi dan pembunuhan di masa awal dakwah Islam, Allah swt mewajibkan pelaksanaan shalat tahajud terhadap kaum muslimin, sebagaimana tertera dalam surat Al-Muzammil, Meskipun kewajiban itu akhirnya menjadi sunnah, kecuali bagi Rasulullah saw, lantaran banyak sahabat yang sulit menegakkannya.
Allah swt berfirman. "Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya. dan (demikian pula) segolongan orang-orang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa sekali-kali kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an..." (QS. Al-Muzzammil: 20) Imam Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumiddin, menulis beberapa kiat yang dapat mendorong seseorang menegakkan shalat malam.
Pertama, tidak terlampau banyak makan karena banyak makan akan menyebabkan banyak minum. Dan banyak minum akan menyebabkan bertambahnya rasa kantuk yang otomatis mendorong orang untuk banyak tidur. Keadaan ini yang dapat menyulitkan seseorang bangun malam. Rasulullah saw berpesan, "Hendaknya seseorang mengisi perutnya dengan porsi, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga sisanya untuk jiwanya.” (HR Bukhari Muslim)
Ummul Mu'minin Aisyah ra pernah berkisah pada keponakannya Urwah bin Zubair, bahwa selama tiga kali bulan pumama dalam dua bulan, keluarga Rasulullah tidak menyalakan api untuk memasak makanan. (HR Bukhari Muslim)
Umar ra pernah mendapati daging di rumah salah seorang putranya. la bertanya, "Daging apa ini?" Anaknya menjawab, "Aku menyukainya" Lantas Umar mengatakan, "Apakah setiap yang engkau sukai, engkau memakannya? cukuplah seseorang bersikap boros, jika ia memakan semua yang ia sukai." (Hayatu Shahabah, 2/287)
Kedua, menyempatkan diri untuk tidur di sang hari, karena hal itu akan lebih memudahkan bangun malam. Tubuh manusia memiliki kemampUan terbatas. Orang yang tenggelam dalam kesibukan bekerja sepanjang siang hingga malam, otomatis menjadikan tubuh sangat letih hingga sulit untuk bangun malam. Tidur siang yang dimaksud bukan tidur berjamjam hingga melalaikan dari tugas dan kesibukan bekerja. Maksimal, kadar tidur siang itu adalah sekitar satu jam. Itu sebabnya diistilahkan dengan qailulah, yang secara bahasa berkaitan dengan kata qalil atau sedikit.
Ketiga, memperhatikan dan menelaah ayat Al-Qur'an serta hadits Rasulullah, yang menjelaskan tentang keutamaan shalat malam, hingga timbul kesadaran kuat untuk menegakkannnya. Semua aktivitas akan lebih mudah dan ringan dilakukan bila disertai dengan niat yang kuat dan pemahaman yang dalam. Kedua hal inilah yang akan memunculkan tekad kuat untuk memperoleh pahala dari Allah, hingga menjadi pendorong untuk bangkit dari peraduan. Allah swt berfirman,
Mereka (orang-orang bertaqwa) sedikit sekali tidur diwaktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun pada Allah. – OS Adz-Dzariyat: 17-18
"Dan ibadurrahman (hamba-hamba ArRahman) adalah orang yang melalui malam hari mereka dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka” Rasulullah SAW bersabda, "Syaithan mengikat ujung kepala seseorang jika ia tidur dengan tiga ikatan Pada setiap ikatan ia bisikkan, "Malammu panjang, tidurlah!" Namun jika orang itu bangun dan mengingat Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu terlepas pula satu ikatan. dan jika ia shalat terlepas satu ikatan lagi. Orang itu jadi bersemangat, hatinya lapang. Jika tidak demikian, niscaya ia tidur sampai pagi, hatinya kesat dan malas. (Muttafaq alaih)
Keempat, jauhilah segala maksiat dan dosa sepanjang hari. Karena kemaksiatan akan memperberat seseorang melakukan ibadah.
Hasan Al-Bashri pernah mengatakan, "Seorang yang berbuat dosa berat baginya untuk shalat malam." Sedangkan Sofyan Tsauri bertutur, "Lima bulan lamanya aku tidak dapat shalat malam lantaran salah satu dosa yang aku perbuat."
Pernah seorang laki-laki bertanya kepada seorang shalih yang tak dikenal namanya. "Aku tidak bisa shalat malam. Berilah aku resep agar aku mampu melakukannya." Orang shalih itu berkata, "Tinggalkan maksiat di siang hari dan ia (shalat malam) akan berada di sisimu pada malam hari."
Pernah pula seseorang bertanya kepada Hasan Al-Bashri, "Wahai Abu Sa'id, sesungguhnya aku telah bermalam dalam keadaan baik, dan aku ingin melakukan tahajjud, dan aku persiapkan air wudhu di sampingku. Tapi kenapa aku tidak bangun juga?" Hasan menjawab, "Dosa-dosamu telah mengikatmu."
Karena itu, Rasulullah saw bersabda, "Hati-hatilah kalian dengan dosa-dosa kecil. Sesungguhnya ia akan bertumpuk pada seseorang hingga dapat mencelakakannya. Ibarat sekelompok orang yang menghampiri tanah yang tandus. Kemudian datang seorang pemuka suatu kaum dan memerintahkan kaumnya untuk mengumpulkan batang pohon. Setelah terkumpul, mereka menyalakan api dan membakar semua yang dilemparkan ke dalamnya." (HR Ahmad)
Disadur dari majalah Sabili Edisi No.13/Th.VI 6 Januari 1999/18 Ramadhan 1419
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!