Kisah Warga Palestina Berhari-hari Hidup Bersama Jasad Istrinya

Kisah Warga Palestina Berhari-hari Hidup Bersama Jasad Istrinya
Kisah Warga Palestina Berhari-hari Hidup Bersama Jasad Istrinya / Foto Istimewa

Pembantaian yang dilakukan Penjajah Israel terhadap para penduduk Palestina masih belum berhenti. Pengusiran, pemutusan pasokan makanan, hingga pengeboman tanpa pandang bulu, masih terus mereka lancarkan. Akhir-akhir ini, Kota Gaza menjadi fokus utama penyerangan mereka, demi menciptakan bencana kelaparan, karena terhubung koneksi perbatasan.

Penderitaan pun terus dirasakan warga Palestina. Salah satu warga Palestina yang terdampak, Issam Al-Khatib, menuturkan pengalaman menyedihkan saat mendekam bersama jenazah kerabatnya, selama lebih dari sepuluh hari. Jasad itu syahid akibat serangan dari Penjajah Israel yang langsung menargetkan rumahnya di Tal Al-Hawa, Kota Gaza.

Kepada surat kabar Al-Jazeera, Issam bercerita terkait apa yang menimpanya bersama ketiga anaknya. Bahwa ia terpaksa terus berada di samping jenazah istrinya, pamannya, dan kerabatnya, tanpa bisa keluar dari tempatnya, akibat pengeboman yang tak kunjung henti dari Penjajah Israel. Hal itu terus berlangsung hingga tubuh para jenazah itu berubah hancur berkeping-keping.

Saya dan anak-anak terluka akibat bom yang mengenai rumah. Paman saya dan anak-anaknya syahid,” tuturnya.

Hamas: Penyerbuan Ben-Gvir ke Al-Aqsa adalah Eskalasi Berbahaya
Hamas menyebut aksi penyerbuan yang dilakukan Menteri Ekstremis Israel, Itamar Ben-Gvir, ke kawasan Masjid Al-Aqsa, sebagai pelanggaran serius dari kebijakan pemerintah penjajah Israel.

Issam berkisah, ketika jenazah para kerabat mulai membusuk di depan matanya, ia berpikir untuk menguburkan mereka. Namun, karena luka-luka di tubuhnya, ia tak mampu memberikan pemakaman yang layak.

Issam mengatakan, mereka tetap terjebak di tempat itu selama lebih dari sepuluh hari setelah pengeboman, karena pengepungan Penjajah Israel di lingkungan tersebut. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk menyelinap pergi di pagi buta bersama anak-anaknya.

Bagaimana pun juga, saya dan anak-anak saya akan mati. Biarlah saya mati untuk menyelamatkan mereka. Selama berhari-hari, saya berbicara dengan jasad istri saya, dan berusaha untuk terus bertahan hidup bersama anak-anak saya,” kisah Issam.

Mereka terpaksa mengungsi dari Kota Gaza ke kota Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, setelah anggota keluarga mereka menjadi syahid.

(Sumber: Al Jazeera Mubasher)

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.