Pada Jumat (22/12/2023), Komite Perlindungan Jurnalis yang berbasis di AS mengatakan, dalam kurun waktu sepuluh minggu selama perang di Gaza antara Zionis Israel dengan Pejuang Hamas, mereka menyaksikan perang paling berdarah yang pernah terjadi bagi para jurnalis. Sebab, di perang tersebut tercatat jumlah jurnalis terbunuh yang terbesar dalam satu tahun di satu tempat.
Dilansir dari laman Al Jazeera Mubasher, sebuah laporan yang dikeluarkan oleh komite jurnalis menyatakan 68 jurnalis telah terbunuh selama perang Zionis Israel-Hamas. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar korban yang bekerja di bidang media dan jurnalistik adalah bagian dari warga Palestina.
Komite tersebut menyatakan keprihatinannya secara khusus mengenai adanya pola yang jelas dilakukan oleh tentara Zionis Israel dalam menargetkan para jurnalis lokal dan termasuk keluarga mereka. Mereka juga menyatakan akan terus menyelidiki penyebab pembunuhan semua jurnalis.
“Upaya-upaya di Gaza terhambat oleh penghancuran wilayah yang luas dan pembunuhan anggota keluarga jurnalis, yang sering kali mewakili sumber penyelidik untuk menyelidiki bagaimana jurnalis dibunuh,” kata salah satu perwakilan komite.
Baca juga: Persatuan Jurnalis Palestina, 38 Jurnalis Dibunuh Sejak 7 Oktober
Dia menunjukkan bahwa kegiatan jurnalistik di Gaza sangat terbatas. Terlebih dengan kondisi beban perang Zionis Israel yang begitu intens, dengan sering terputusnya komunikasi, dan kekurangan makanan, bahan bakar dan tempat tinggal. Hal tersebut menunjukkan bahwa para jurnalis tidak dapat mengakses Jalur Gaza secara independen selama perang.
Koordinator program Komite Perlindungan Jurnalis di Timur Tengah dan Afrika Utara, Sherif Mansour, menegaskan dalam sebuah pernyataan, “Perang Israel di Gaza adalah situasi paling berbahaya yang kita saksikan bagi jurnalis, seperti yang ditunjukkan dengan jelas oleh angka-angka tersebut.”
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh komite tersebut pada bulan Mei lalu menyimpulkan bahwa pasukan penjajah Israel membunuh setidaknya 20 jurnalis dalam dua puluh dua tahun terakhir. Dan laporan tersebut mengatakan bahwa “tidak ada pasukan atau pejabat mereka yang pernah dituduh atau dimintai pertanggung jawaban atas hal tersebut.”
Kantor informasi pemerintah di Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan dua hari lalu bahwa tentara pendudukan melakukan 1.700 pembantaian, merenggut nyawa 26.700 martir dan orang hilang, 20.000 di antaranya tiba di rumah sakit, termasuk 8.000 anak-anak, 6.200 wanita, 310 staf medis, 35 personel pertahanan sipil, dan 97 jurnalis.
(Sumber: Al Jazeera Mubasher)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!