Kuasa Uang dan Elite Bermental "Dubuk"

Kuasa Uang dan Elite Bermental "Dubuk"
Kuasa Uang dan Elite Bermental "Dubuk"/ Foto Istimewa

Uang, uang, uang. Itulah benda sekaligus alat tukar yang telah menjadi elemen penting, bahkan sangat penting, dalam perjalanan hidup umat manusia. Segala hal bisa diukur dan dibeli dengan uang. Kebutuhan hidup manusia dan kekayaan materi bisa ditukar dan dibeli dengan uang. Hendak menunaikan ibadah pun butuh uang. Bahkan jumlahnya tak sedikit. Itulah betapa kuasanya uang.

Di dalam aspek tertentu, elemen yang bisa menyatukan kalangan elite adalah uang. Buktinya, kita bisa menelisik kasus korupsi kuota haji, kasus korupsi di BUMN dan BUMD, kasus korupsi di PDAM di beberapa kota atau daerah, kasus korupsi proyek jalan dan infrastruktur di beberapa lokasi, serta dalam banyak kasus lainnya. Koruptor menyatu karena dan untuk uang.

Kita juga bisa melihat kasus dana hibah di beberapa tempat. Dana tersebut hanya berputar di kalangan elite dan menjadi bancakan elite. Jika ada elite yang bicara "demi masyarakat", itu bohong besar. Sebab, bagi elite, masyarakat adalah sampah. Untuk mengelabui mereka, para elite itu sesekali memberi sisa uang receh ke segelintir masyarakat yang siap menjadi budak.

Uang telah menjadi benda mainan elite dalam banyak kasus. Apa pun masalahnya, uang adalah kunci. Ketika elite berurusan dengan hukum, uang dapat menjadi mainan atau menjadi pemutus sangkaan hingga pengurangan hukuman. Bahkan mereka bisa bebas melenggang jika memiliki banyak uang. Jadi, uang menjadi aspek yang sangat penting.

Bingkai Tawadhu’ Para Pemimpin
Rasulullah saw biasa duduk berbaur dengan sahabat-sahabatnya tanpa membedakan mereka. Cara berpakaian dan penampilan beliau juga hampir tidak ada bedanya dengan orang kebanyakan.

Bahkan ada oknum pejabat yang melakukan tindakan tak senonoh kepada bawahannya karena iming-iming uang. Bahkan rela memberi mobil dan rumah mewah ke sang nona simpanan itu dari uang haram atau hasil korupsi. Konon, ada staf yang rela bekerja 24 jam untuk tuannya karena sang tuan memberinya uang lebih banyak dari yang diberikan sang suami.

Ada juga oknum penegak hukum yang mendapat bayaran besar untuk kasus tertentu. Terutama kasus yang sangat basah. Misalnya, pejabat bermain proyek dengan anggaran begitu besar. Sang pejabat bisa bebas atau sangkaan padanya jadi hilang karena mampu membayar penegak hukum. Naifnya, anak buah lantas selalu menjadi korban hingga menjadi terpidana.

Ada juga pejabat yang dianggap hebat karena mengahdirkan proyek tertentu dengan anggaran fantastis. Tetapi nyatanya, proyek tetaplah proyek. Mitra proyek dijalankan oleh kolega atau teman dekat yang sudah kongkalikong sejak lama. Negara rugi besar, proyek tetap gagal. Naifnya, masyarakat dikorbankan dan elite tetap menguasai uang.

Uang telah berkuasa dan menguasai semua aspek kehidupan manusia, terutama para elite, dalam berbagai bidang. Kaum elite hidup mewah, kemiskinan masyarakat dieksploitasi. Kini mental serakah telah merasuk ke semua sendi kehidupan bangsa. Para oknum elite itu benar-benar bermental "dubuk" (hiena). Manusia bermental binatang.

 

Oleh: Syamsudin Kadir (Penulis Buku "Merawat Indonesia")

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.