"Sangat kompleks ternyata konflik Sudan.” Demikian tulis Fajar Ichsan dalam kolom komentar, menggambarkan kesan yang muncul di dalam dirinya pasca mengikuti webinar "Sabili Insight Hub” yang membahas akar konflik Sudan, pada Kamis (6/11/2025).
Melalui ruang Zoom, lebih dari 160 pasang mata tertuju pada pembahasan besar tentang konflik Sudan dalam webinar yang diinisiasi oleh Sabili.id tersebut. Sebelumnya, sejumlah 245 orang telah mendaftar sebagai peserta webinar.
Mengangkat tema “Konflik Sudan, Siapa Dalangnya?”, webinar Sabili Insight Hub itu tak hanya diikuti para peserta dari berbagai penjuru Indonesia. Beberapa peserta bergabung dari luar negeri. Di antaranya dari Tokyo (Jepang) dan Kairo (Mesir).
Webinar itu menghadirkan dua narasumber utama dalam pembahasan yang menembus propaganda dan bias informasi yang beredar. Co-Founder Sabili.id, Habli Robbi Waliyya, tampil sebagai narasumber pertama. Lulusan Magister Universitas Al-Qur’anul Karim, Sudan, itu membuka sesi pertama dengan menyingkap akar permasalahan Sudan.
"Konflik ini adalah bom waktu yang kini meledak,” ucap Habli yang pernah empat tahun tinggal di Sudan itu.

Habli pun menjelaskan, Sudan merupakan negeri yang kaya raya. Kekayaan emas dan minyak yang terkandung di dalamnya cukup untuk membuat satu negeri makmur. Namun, semua itu sirna tatkala tangan-tangan asing turut campur. Sanksi AS 1998 menjadi contoh nyatanya.
Sesi selanjutnya menampilkan Taufik M. Yusuf, seorang pemerhati Timur Tengah yang juga alumnus Universitas Internasional Afrika. Taufik menjelaskan, konflik Sudan bukan sekadar perang saudara, tetapi ada dalang di baliknya. Ia pun menyebut sederet negara asing semisal AS, Israel, Ethiopia, Rusia, Turki, Mesir, UEA, yang memiliki kepentingan dan turut serta dalam konflik yang terjadi di Sudan.
“Jadi ada banyak banget kekuatan-kekuatan luar yang bermain di konflik Sudan ini,” ungkapnya.
Kupasan utama webinar tersebut mencoba menganalisa akar konflik di Sudan yang kembali menjadi sorotan dunia. Konflik berdarah yang tak kunjung reda ini kerap dibalut propaganda dan narasi kabur. Selain intrik di seputar perebutan kekuasaan, tersembunyi juga kisah tentang emas, pengaruh global, dan "permainan" yang jarang terungkap.
Perbincangan lantas berkembang semakin intens ketika sesi diskusi dan tanya jawab dibuka. Berbondong pertanyaan membanjiri kolom komentar, dari mulai kondisi terkini di Sudan hingga peran umat dalam merespons isu ini.
Setelah diskusi usai, peserta bernama Jatinining di kolom komentar memberikan refleksi dan kesannya selama kegiatan berlangsung. “Jazakumullah khairan katsiran penjelasannya. Hikmahnya, kita harus bersatu. Jangan biarkan kita terpecah belah dan mau diadu domba.” Demikian tulisnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!
