Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta menggelar kursus singkat Angkatan XIV, Rabu (21/8/2024) malam. Di malam itu, kursus yang digelar di Aula Imam al-Ghazali, INSISTS, Jakarta Selatan, itu memasuki pertemuan ketiga. Materi yang diketengahkan di malam itu mengangkat tema Ru’yatul Islam lil Wujud atau Islamic Worldview.
Puluhan murid yang hadir malam itu tampak antusias menyimak pemaparan dari Dr. Wido Supraha, MSi. Sebab, pemaparan Doktor lulusan Universitas Ibnu Khaldun Bogor itu cukup menarik. Wido membuka pembahasan dengan menekankan pentingnya memiliki pandangan islami dalam berkehidupan.
“Dahulukan berpikir dengan why, sebelum what, sehingga terbiasa mendahulukan ilmu dibandingkan perasaan. Nanti akan terbentuk mental berani, motivatif, dan tenang. Jika semakin banyak muslim yang seperti ini, akan terbentuk sebuah ekosistem peradaban yang islami,” paparnya.
Founder Sekolah Adab itu lalu membahas tentang hubungan konsep ketuhanan dengan lima aspek kehidupan, yaitu manusia, ilmu, bertahan hidup, dunia, dan nilai. Wido lalu menajamkan bahasan dengan menganalisis hubungan antar aspek-aspek tersebut dari sudut pandang islami.
“Berpikir islami itu ada metodenya. Jangan sampai kita berpikir post-truth, di mana kita mencari kebenaran yang sesuai dengan pemikiran kita sendiri. Itu namanya pembenaran,” ungkap Wido.
Bapak empat anak ini melanjutkan dengan membahas dasar berpikir islami. Kata dia, metode berpikir islami harus berdasar dari Al Qur’an, lalu hadits, qiyas, dan ijmak ulama. Kemudian, ia merinci tahapan dalam berpikir islami.
Di lanjutkan dengan sesi forum tanya jawab. Setelah setengah jam penuh berlalu dalam tanya-jawab, Wido memberikan pesan penutup dengan tegas. “Percayalah kepada narasi Allah! Manusia hanya berspekulasi. Jikalau hasilnya benar, itu adalah kebenaran yang tercecer. Jangan puas dengan jadi baik saja! Jadilah terbaik! Jangan terbawa arus! Jadilah trendsetter!”
Setelah acara perkuliahan selesai, para siswa terlihat masih antusias berdiskusi membahas topik yang telah disampaikan. Salah seorang murid SPI dari Bogor, Rozan, menyampaikan testimoninya, “Kita hidup di dunia yang terdapat tarik menarik antara budaya Barat dan Islam. Materi ini penting banget untuk pembelajaran ke depannya. Tiap muslim harus punya mindset ini dalam belajar agar tidak menjadikan Qur’an sebagai pembenaran akal, tetapi mencari kebenaran yang hakiki,” ucapnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!