Jurnalis Palestina, Hasan Islih, syahid pada Selasa (13/5/2025) pagi, akibat serangan udara penjajah Israel ke Rumah Sakit Kompleks Medis Nasser. Ketika itu, Hasan dalam keadaan terluka dan sedang menjalani perawatan. Hasan, yang akrab disapa “Abu Al-‘Abd”, meninggal dunia setelah lebih dari satu setengah tahun aktif mendokumentasikan dan menyiarkan kekejaman penjajah Israel terhadap warga Palestina.
Sebelumnya, pada 7 April 2025 dini hari, tenda Hasan diserang langsung oleh pasukan penjajah Israel. Kondisi perkemahan yang awalnya tenang itu berubah menjadi lautan api, membakar tiga rekan jurnalisnya hingga syahid. Tiga jurnalis itu adalah Ahmad Mansour, Hilmi Al-Faqaawi, dan Yusuf Al-Khazindar. Hasan sendiri terluka parah, terkena pecahan peluru di kepala dan tangannya, lalu dilarikan ke rumah sakit.
Hasan adalah satu dari sedikit jurnalis yang berhasil mendokumentasikan peristiwa 7 Oktober 2023 dan mengirimkannya ke berbagai kantor berita dunia. Hal Itu dianggap sebagai tindakan kriminal ekstrem oleh penjajah Israel.
Sejak saat itu, media Israel terus-menerus menyerangnya. Laporan dan tudingan bertubi-tubi dilontarkan, termasuk dari organisasi pro-Israel “Honest Reporting” yang menuduh Hasan dan beberapa jurnalis lain —tanpa bukti— telah mengetahui rencana serangan sebelum serangan itu dilakukan.

Respon Penjajah Israel dan Respon Internasional
Media resmi Israel merayakan kematian Hasan Islih. Salah satu surat kabar mereka bahkan secara terang-terangan merilis artikel dengan tajuk: “Eliminasi Jurnalis yang Menyiarkan dari dalam Tank pada 7 Oktober”. Judul itu cukup untuk menunjukkan “dosa besar” Hasan di mata penjajah: Ia menyampaikan berita dan gambar dari peristiwa yang tidak ingin dunia lihat—peristiwa 7 Oktober 2023.
Di sisi lain, media lain justru membela integritas jurnalistik Hasan. Reuters dan Associated Press menyatakan, kami menyebarkan foto-foto yang dikumpulkan oleh jurnalis lepas dari seluruh dunia, termasuk dari Gaza, dan di antaranya adalah Hasan. Sebab, tugas jurnalistik adalah menyampaikan peristiwa di mana pun itu terjadi, bahkan jika itu sangat mengerikan.
Hasan dikenal baik oleh seluruh warga Gaza. Ia memotret, menulis, dan menyampaikan kisah penderitaan Gaza — baik yang sehat maupun yang sakit, tua maupun muda, gembira maupun berduka. Ia menjadi ikon dan sumber tepercaya bagi banyak media dunia.
Sebagian warganet menilai Hasan sebagai simbol penderitaan Gaza yang tak kunjung usai selama lebih dari satu setengah tahun. Ia adalah jurnalis yang dikenal teguh, vokal, dan dicintai masyarakat karena keberanian dan dedikasinya menyuarakan kebenaran.
"Hasan adalah pemilik kata-kata yang berani dan tegas. Pembongkar kejahatan Israel. Ia adalah suara Gaza yang dipercaya oleh sesama jurnalis dari seluruh dunia," tulis salah satu warganet.
Kini, Hasan menjadi bagian dari daftar panjang jurnalis yang syahid dalam agresi penjajah Israel terhadap Gaza. Jumlah mereka telah mencapai 215 orang. Mereka dibunuh hanya karena satu “dosa”: Yaitu terlalu lantang menyuarakan kebenaran hingga mengganggu suara desingan rudal.
Sumber: Al Jazeera Mubasher

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!