Kamis, 28 September 2023 waktu setempat, Presiden Republik Nagorno-Karabakh, Samvel Shahramanyan mengumumkan bahwa negara tersebut akan bubar pada 1 Januari 2024 mendatang. Hal ini menyusul pengambilalihan Nagorno-Karabakh oleh militer Azerbaijan dan diikuti gelombang pengungsi sebagian besar penduduk etnis Armenia di wilayah tersebut.
Ini merupakan sebuah perubahan dramatis dalam konflik berkepanjangan di wilayah yang disengketakan Azerbaijan dan Armenia. Armenia didukung oleh Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Sedangkan Azerbaijan yang mayoritas penduduknya beragama Islam, didukung oleh Turki.
Konsekuensi geopolitik
Republik Nagorno-Karabakh memproklamirkan kemerdekaan pada 1991. Secara geografis, wilayah ini terletak di wilayah Azerbaijan, akan tetapi mayoritas penduduknya berasal dari etnis Armenia. Berdasarkan hukum internasional, wilayah itu adalah bagian dari Azerbaijan, bukan Armenia.
Armenia sendiri tidak pernah mengakui republik yang memisahkan diri tersebut. Karena bersikukuh bahwa wilayah tersebut bagian yang tidak terpisahkan dari Armenia. Bahkan, rancangan undang-undang yang mengakui kemerdekaan Nagorno-Karabakh telah digagalkan oleh pemerintah Armenia.
Konflik ini juga imbas dari iklim geopolitik kawasan. Hal tersebut lantaran adanya jaringan pipa minyak dan gas yang mengangkut jutaan barel tiap hari dari Laut Kaspia ke pantai Mediterania Turki. Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Azerbaijan menjadi pemasok utama gas ke Uni Eropa lewat jaringan pipa yang melewati Nagorno-Karabakh.
Diperdebatkan selama berabad-abad.
Konflik antara orang-orang Armenia dan Azerbaijan bermula pada abad ketujuh, ketika Bizantium melancarkan serangan kepada orang Arab yang kala itu menguasai wilayah tersebut. Selanjutnya pada Abad ke-7, pasca Utsmani masuk wilayah tersebut, penduduk Armenia meminta perlindungan dari Rusia.
Baca Juga : Amerika Serikat Desak Serbia Tarik Pasukannya dari Perbatasan Kosovo
Berikutnya wilayah ini menjadi perebutan banyak kekuatan dunia, termasuk bangsa Mongol pernah menjadikan Azerbaijan sebabai pusat kekuasaannya.
Hingga pada abad ke-18, Setelah Nagorno-Karabakh berada di bawah kendali Rusia pasca perang Rusia dengan Iran tahun 1804 hingga 1813, penduduk Kristen Armenia menerima perlakuan istimewa dibandingkan Muslim Turki di wilayah tersebut.
Runtuhnya Uni Soviet.
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Armenia dan Azerbaijan mendeklarasikan kemerdekaannya. Wilayah Nagorno-Karabakh mengikutinya pada tanggal 3 September 1991. Dua bulan kemudian, Azerbaijan mencabut otonominya dan melancarkan blokade energi.
Memasuki tahun 1992, Konflik kembali memanas dan aksi pembunuhan massal terjadi di desa-desa Azerbaijan dan Armenia hingga pada 12 Mei 1994 disepaekati perjanjian gencatan senjata. Sekitar 35.000 orang diperkirakan tewas dalam konflik berdarah tersebut dan lebih dari 1,1 juta orang mengungsi.
Perang kembali pecah di Nagorno-Karabakh tahun 2020 setelah wilayah tersebut menderita kerugian teritorial yang besar meskipun mendapat dukungan dari Armenia. Perang berakhir setelah dimediasi oleh Moscow dan memberikan Azerbaijan ha katas sebagian wilayah yang disengketakan.
Armenia berpandangan bahwa Azerbaijan tidak menjamin otonomi terhadap Nagorno-Karabakh. Hal itu ditepis oleh Azerbaijan berulang kali, bahwa mereka mengakui otonomi wilayah Nagorno Karabakh, tetapi tidak mengakui kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh.
(Sumber: dw.com)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!