Menangkap Sinyal Kemenangan dari Media Internasional untuk “The Rising Star”

Menangkap Sinyal Kemenangan dari Media Internasional untuk “The Rising Star”
Peluncuran buku berjudul “The Rising Star, Sinyal Kemenangan dari Media Internasional” karya Samsul Muarif. / Hanif N. (Sabili.id)

Relawan Rumah Persatuan menginisiasi diskusi dan peluncuran buku berjudul The Rising Star, Sinyal Kemenangan dari Media Internasional” karya Samsul Muarif. Acaranya digelar di Markas Timnas AMIN, Jalan Diponegoro 10, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2024). Tampil sebagai pembicara adalah wartawan senior, Saur Situmorang; Co-Captain Timnas AMIN, Thomas Lembang; dengan moderator Teguh Juwarno.

Di dalam sambutannya, Samsul Muarif mengatakan, media internasional menyambut baik kehadiran capres nomor urut satu dalam memainkan peran di kancah internasional. Bahkan, sambutan baik dari media internasional pun sudah gegap gempita.

“Media internasional sudah sangat gandrung dengan kehadiran capres nomor urut satu untuk memainkan peran di kancah internasional. Sebut saja, misalnya, mantan walikota Toronto. Dia mengatakan, ‘Saya sungguh salut, Pak Anies bisa meyakinkan lembaga besar PBB dalam waktu dua menit, bagaimana kalau pak Anies dikasih waktu empat menit, apa yang akan terjadi?’” kata Samsul.

Samsul melanjutkan, Walikota Toronto menyatakan kagum karena Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa PBB akan mengimplementasikan apa yang disarankan Anies Baswedan untuk membangun peradaban dunia.

“Dan PBB akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga untuk memajukan negeri-negeri di dunia,” kata Samsul. “Artinya, insya Allah bangsa Indonesia akan memiliki pemimpin yang bukan hanya ‘jago kandang’ akan tetapi juga diakui di dunia internasional,” lanjut Samsul.

Baca juga: Memperjelas Keberpihakan, Demi Satu Putaran?

Sementara itu, Saur Situmorang mengatakan, Anies Baswedan adalah calon presiden yang paling berpikiran internasional karena beberapa alasan. “Dia yang paling berpikiran internasional dan ada beberapa alasan. (pertama) Karena berpendidikan di Amerika, baik Master maupun Ph.D, sehingga berkecakapan Bahasa Inggris yang dinilai lebih dari pasangan lain. Semasa SMA pun beliau telah (mengikuti program) AFS di Amerika. Poin kedua adalah, ketika menjadi Gubernur Jakarta, Anies melakukan sejumlah perjalanan kunjungan ke luar negeri, antara lain untuk mempelajari kereta api massa cepat dan itu dilakukan di negara-negara Eropa,” kata Saur.

Saur lalu menyoroti tentang pertanyaan yang sering diajukan oleh media, yaitu  isu yang menyangkut hubungan Amerika dan Tiongkok jika Anies memimpin. Menurut dia, sikap Anies bahwa politik luar negeri Indonesia harus berbasis nilai membuat kebijakan politik luar negeri Indonesia akan lebih tegas dan jelas.

“Jawaban Anies adalah bahwa politik luar negeri itu harus berbasiskan nilai. Dengan nilai itu maka kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu akan lebih bisa tegas dan lebih jelas sikapnya. Karena itu, saya kira jawaban mengenai misalnya posisi Palestina dan Israel adalah jawaban yang berbasiskan nilai yang kuat, bahwa hanya akan ada hubungan dengan Israel – walaupun itu juga tidak mungkin dalam waktu cepat – jika Palestina telah lebih dulu merdeka. Itu basis nilainya. Karena kemerdekaan adalah hak semua bangsa,” jelas Saur.

Sedangkan Thomas Lembong mengatakan, implementasi perubahan bidang diplomasi oleh Anies-Muhaimin menggunakan pendekatan yang berbasis nilai. “Implementasi perubahan bidang diplomasi dari Anies-Muhaimin, istilahnya yaitu pergeseran dari pendekatan yang transaksional atas dasar hitungan untung-rugi, bergeser ke pendekatan yang berbasis nilai”, ujar Tom Lembong.

Basis nilai tersebut, kata Tom Lembong, berdasarkan pada Nurani. “Nilai-nilai dan norma, atau kalau dalam kehidupan pribadi kita sebut dengan nurani. Tetapi untuk mengambil pendekatan seperti itu, kita harus tau dulu nilai-nilai kita, apa norma-norma kita, kita harus jelas,” katanya.

Tom Lembong memberikan contoh tentang implementasi dengan pendekatan nilai. “Contoh yang saya kasih (misal), the premises human life. Bahwa nyawa manusia harus kita junjung di atas segala-galanya. Jadi kalau ada benturan kepentingan antara nyawa dan industri, yang harus ngalah itu industry, jangan nyawa. Seperti misalnya polusi udara maupun pencemaran air, yang merusak kesehatan publik dan dengan demikian merusak nyawa, itu sudah tidak benar. Itu sudah melanggar nilai kita, yang menjunjung nilai nyawa manusia di atas segala-galanya,” pungkas Tom.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.