Sabtu pagi, 15 April 2023 penulis sedang berada di masjid kampus IUA (International University of Africa). Kurang lebih pukul 9 pagi, saat hendak keluar untuk mengambil air, tiba-tiba terdengar suara baku tembak dan ledakan yang cukup besar.
Sontak semua orang yang berada di sekitar penulis ikut terkejut, tapi belum menyadari betul apa yang sedang terjadi. Kami segera berkerumun di dalam masjid, mencari informasi di kanal-kanal berita Sudan mengenai apa yang sedang terjadi. Ternyata, dalam berita yang beredar, dikabarkan sedang terjadi pertempuran antara paramiliter Rapid Support Force (RSF) dengan militer Sudan. Pertempuran ini berkecamuk di Kompleks Olahraga Khartoum, yang tepat bersebelahan dengan kompleks kampus IUA.
Seketika, puluhan video berseliweran memenuhi grup-grup WhatsApp. Percakapan di media sosial sahut menyahut, saling mengabarkan kondisi di tempat masing-masing, termasuk kami sesama mahasiswa Indonesia. Berdasarkan kesaksian saksi mata seorang teman, pertempuran terlihat dengan jelas dari bagian atas bangunan asrama mahasiswa asing yang berada di dalam kompleks kampus IUA.
Menjelang siang, baku tembak makin gencar dan menegangkan. Jet tempur terbang rendah, yang membuat suasanan makin mencekam. Dalam video yang beredar, peralatan tempur berat lainnya seperti tank baja mulai ikut dikerahkan.
Warga negara Indonesia di Sudan saat ini diperkirakan mencapai 1000 orang, terdiri dari mahasiswa dan ekspatriat. Mayoritasnya tinggal di Khartoum dan bertempat tinggal di sekitaran lokasi pertempuran. Sampai saat ini, warga Indonesia saling mengabarkan bahwa kondisi mereka dalam keadaan baik.
Lewat surat elektronik, KBRI Khartoum menghimbau seluruh warga negara Indonesia untuk tetap tenang, meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian, tidak keluar dari kediaman masing-masing, dan saling menjaga komunikasi antar sesama WNI, melaporkan hal-hal yang terjadi di sekitarnya kepada KBRI serta selalu mengikuti arahan yang dikeluarkan dalam rangka mitigasi. KBRI juga merilis nomor hotline yang bisa dihubungi oleh siapa saja yang membutuhkan.
Persatuan Pelajar Indonesia di Sudan (PPI Sudan) segera bergerak dengan mendata ulang rumah-rumah kontrakan (selain asrama kampus) yang menjadi tempat tinggal mahasiswa Indonesia. Selain itu, PPI juga berkerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Indonesia IUA (IMI IUA) mengadakan lumbung pangan. Karena sejak pertempuran meletus, akses penduduk untuk membeli kebutuhan pokok terhambat. Khawatir mereka terkena peluru nyasar. Terkhusus bagi mahasiswi yang tinggal di asrama atau rumah-rumah kontrakan di luar asrama. Pergerakannya sungguh sangat terbatas.
Kami terus berbagi informasi dan berkoordinasi di grup-grup WhatsApp. Mengabarkan kondisi terkini di tempat masing-masing. Dan sampai pagi ini, Senin 17 April 2023, pertempuran masih terdengar dengan intensitas yang makin tinggi. Makin banyak suara baku tembak dan dentuman ledakan. Sinyal internet juga sempat diputus beberapa saat lalu. Bahkan beberapa provider komunikasi melemah sinyalnya. listrik juga padam selama lebih dari 19 jam terhitung sejak awal perang berkecamuk.
Terhitung sejak penulis datang ke Sudan pada tahun 2019, sudah terjadi beberapa kali konflik. Walau kali ini adalah yang paling menegangkan karena melibatkan dua kubu militer serta menggunakan senjata berat.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!