Muhammad Adib mengatakan hal itu ketika tampil dalam event bertajuk “Gebyar Masjid Ramah”, Ahad, 7 Januari 2024, di JCC Jakarta. Di event yang berisi penyampaian konsep-konsep masjid ramah itu, Muhammad Adib tampil sebagai pembicara bersama Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin; Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA; serta Pendakwah, Ustadz Nur Maulana. Talkshow “Gebyar Masjid Ramah” itu merupakan salah satu event dari rangkaian acara “DEVTALX Hari Amal Bhakti ke-73 Kementerian Agama RI” yang diadakan di JCC sejak Jumat hingga Ahad, 5-7 Januari 2024.
Menurut Adib, saat ini masjid di Indonesia terdata jumlahnya lebih dari 800.000. Kementerian Agama khususnya Direktorat Urusan Agama Islam ingin mendorong agar masjid-masjid itu dapat menjadi tempat ibadah yang ramah. Lalu apa ramah itu?
“Yang pertama, Ramah Lingkungan. Ini sudah dicontohkan oleh Masjid Istiqlal dan beberapa masjid yang lain. Ramah lingkungan itu (artinya) bagaimana masjid kita menjadi wahana edukasi juga bagi masyarakat untuk menjadi tempat ibadah yang ramah lingkungan. Bagaimana sanitasi pengelolaan airnya, bagaimana pengelolaan energi, terutama pemanfaatan air, misalnya air wudhu yang sudah dipakai itu bisa digunakan untuk menyiram tanaman atau taman dan lain sebagainya. Itu contoh kecil dari konsep ramah lingkungan. Atau bagaimana pengelolaan sampah sehingga kemudian menjadi contoh bagi masyarakat di sekitarnya,” terang Muhammad Adib.
Yang kedua, kata Adib, adalah Ramah Keragaman. Artinya, “Bagaimana masjid kita ramah terhadap keragaman mazhab, keragaman aliran, apalagi sekarang ini sudah masuk di era politik. Maka, kita harus ramah dan masjid menjadi wadah kita untuk menaungi semua,” jelas Muhammad Adib
Baca juga: Refleksi Akhir Tahun 2023: FORHATI Posisikan Diri sebagai Penjaga Martabat Demokrasi
Adib melanjutkan, ramah yang ketiga adalah Ramah Difabel. Yaitu, “Bagaimana masjid kita juga bisa menjadi tempat bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Sebagai contoh, misalnya, ada tempat untuk mereka kalangan difabel. Misalnya di masjid itu ada kursi untuk duduk shalat bagi lansia yang tidak bisa duduk. Itu mencerminkan bahwa masjid kita memberikan perhatian terhadap mereka kelompok difabel itu,” tuturnya.
Lalu yang keempat adalah Ramah Anak. “Kalau anak-anak kita sudah cinta ke masjid, insya Allah akan diikuti oleh bapaknya, oleh ibunya, oleh neneknya, dan mereka akan datang ke masjid semua,” katanya.
Dan yang kelima adalah Ramah Dhuafa. “Bagaimana masjid kita menjadi pusat pemberdayaan mereka. Kita tahu bahwa kemiskinan masih menjadi tantangan kita, (tetapi) saya yakin kita akan mampu mengurangi angka kemiskinan itu melalui masjid-masjid kita,” pungkasnya.
Adib pun berharap agar semua pengurus masjid di Indonesia bisa menerapkan konsep-konsep tersebut di masjid masing-masing. “Jadi ada lima konsep ramah masjid. Mudah-mudahan kita bisa menerapkannya dengan baik,” tutupnya.
Selama tiga hari penyelenggaraan “DEVTALX Hari Amal Bhakti ke-73 Kementerian Agama RI”, terdapat sejumlah event yang digelar. Ada Nikah Massal, ada Talkshow Filantropi Islam tentang Zakat-Wakaf, Talkshow Anak Punk dan Anak Jalanan, Art Performers, Gebyar Masjid Ramah, BRUS+ (Bimbingan Remaja Usia Sekolah), serta Pameran Layanan dan Visualisasi Bimas Islam. Juga ada Lomba Foto Instagram bertema “Masjid Kita, Masjid Ramah”.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!