Di momen Peringatan Hari Pahlawan Nasional, 10 November 2025 lalu, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh yang dianggap berjasa terhadap negara. Salah satu tokoh yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional tersebut adalah seorang perempuan yang bernama Rahmah El-Yunusiyah. Mungkin beberapa di antara teman-teman pernah mendengar nama tokoh tersebut.
Mungkin ada yang bahkan baru pertama kali mendengarnya. Ya, sama seperti penulis, sudah tahu nama tersebut dan tidak asing di telinga tetapi tidak tahu apa perannya terhadap negara. Penulis hanya tahu, tokoh tersebut berasal dari ranah Minangkabau Sumatera Barat dan termasuk tokoh pendidikan yang mendirikan sekolah untuk perempuan. Hanya itu saja.
Namun, setelah membaca biografinya beberapa hari pasca ia ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional, penulis sangat kagum terhadap perjuangannya. Dari bacaan tentang dirinya inilah, penulis menganggap gelar Pahlawan Nasional yang diberikan negara kepada Syaikhah Rahmah El-Yunusiyah tidaklah salah, bahkan sangat tepat. Masya Allah.
Mengenal Rahmah El-Yunusiyah
Rahmah El-Yunusiyah lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 26 Desember 1900. Ia dikenal sebagai tokoh perempuan yang memiliki pandangan maju dalam bidang pendidikan Islam. Pada 1 November 1923, beliau mendirikan Madrasah Diniyah Putri, lembaga pendidikan khusus perempuan pertama di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. Masya Allah, di usia yang baru menginjak 23 tahun, di era tahun 1920-an, seorang perempuan berpikir untuk membuat sekolah Islam khusus perempuan! Ide brilian yang sangat langka pada zaman itu.
Melalui lembaga Madrasah Diniyah Putri inilah, Rahmah El-Yunusiyah memperjuangkan derajat seorang perempuan agar naik level melalui pendidikan. Bunda Rahmah ingin, perempuan Indonesia kelak bukan hanya cerdas secara intelektual namun juga kuat dalam keimanan, agar bisa memimpin di masa yang akan datang.
Pada 2013, dalam acara milad Perguruan Diniyah Putri ke-90 tahun, Suryadarma Ali yang saat itu adalah Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia mengangkat topi terhadap ide dan cita-cita yang diperjuangkan bunda Rahmah. "Salut serta hormat setinggi-tingginya kepada Bunda Rahmah El-Yunusiyah," ujarnya ketika itu.
Bisa dimaklumi. Sebab, pada zaman itu (zaman penjajahan, red), sekolah adalah hal yang sangat mewah dan tidak bisa sembarang orang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan. Maka, ide dan gagasan Bunda Rahmah untuk membuat sekolah khusus perempuan adalah pemikiran yang sangat revolusioner, dan langkah yang tidak akan mungkin terpikirkan oleh orang biasa ketika itu.
Dari Perguruan Diniyah Putri yang ia dirikan inilah, Bunda Rahmah mencetak perempuan-perempuan yang cerdas, beriman kepada Allah Azza Wa Jalla, dan tangguh membela tanah air. Salah satu murid Bunda Rahmah El-Yunusiyah adalah Hj Rangkayo Rasuna Said. Ia adalah perempuan asal Maninjau, Sumatera Barat, yang juga telah menjadi Pahlawan Nasional.
Tokoh Persatuan Islam (PERSIS)
Di kalangan ulama dan cendekiawan asal Minang, nama Rahmah El-Yunusiyah begitu berkibar. Putri bungsu pasangan Rafi’ah dan Muhammad Yunus Al-Khalidiyah bin Imanuddin kelahiran Nagari Bukit Surungan, Padang Panjang, pada 26 Oktober 1900, itu adalah satu-satunya perempuan yang mampu mendobrak tradisi dengan mendirikan sekolah khusus perempuan.
Pada tahun 1950-an, Rahmah El-Yunusiyah juga tercatat sebagai Penasihat Persatuan Islam Cabang Padang Panjang. Hal itu menunjukkan hubungan historis dan kontribusi Rahmah terhadap gerakan tajdid dan pendidikan dalam tubuh Jam'iyyah Persatuan Islam (PERSIS). Pada saat itu, Ketua Umum Persatuan Islam (PERSIS) dijabat oleh KH Isa Anshory yang notabene adalah orang Minangkabau. Ada beberapa tokoh Minangkabau yang saat itu masuk Persatuan Islam (PERSIS), dan salah satunya ya Bunda Rahmah El-Yunusiyah.
Gelar Syaikhah
Selain mendirikan Perguruan Diniyah Putri, Rahmah El-Yunusiyah juga mendirikan Perserikatan Guru-Guru Putri Islam di Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau juga aktif dalam pergerakan menentang penindasan penjajah Belanda. Rahmah pun mendirikan Taman Bacaan Khuttub Khannah, agar perempuan bisa meningkatkan literasi. Ia juga menjadi anggota pengurus Serikat Kaum Ibu Sumatera (GKIS) Padang Panjang, serta ikut mendirikan Partai Masyumi di Minangkabau.
Tahun 1957, Bunda Rahmah El-Yunusiyah mendapatkan gelar Syaikhah dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Mungkin, inilah satu-satunya gelar yang diberikan Universitas Al-Azhar kepada seorang perempuan. Dari gelar ini, penulis bisa menilai bahwa ia bukan orang sembarang. Kredibilitas Rahmah El-Yunusiyah diakui di dunia internasional.
Jadi, sudah saatnya hari ini kita bangsa Indonesia berbangga. Khususnya Jam'iyyah Persatuan Islam (PERSIS) dan umumnya Bangsa Indonesia untuk terus meneladani tokoh-tokoh terdahulu, yang berkat kerja keras, keuletan, dan perjuangannya, mereka dihargai oleh negara dengan gelar Pahlawan Nasional Indonesia.
Semoga kebaikan yang telah diperbuat oleh Syaikhah Hajjah Rahmah El-Yunusiyah untuk kaum perempuan dan tanah airnya menjadi pahala yang berlipat ganda untuk beliau. Aamiin Ya Rabb. Referensi: - https://www.persis.or.id/news/read/tokoh-pendidikan-persis-rahmah-el-yunusiyah-dianugerahi-gelar-pahlawan-nasional - https://ksp.go.id/rahmah-el-yunusiyah-dianugerahi-gelar-pahlawan-nasional-keluarga-gigih-perjuangkan-pendidikan-bagi-perempuan - https://www.historia.id/article/mengenal-pahlawan-nasional-rahmah-el-yunusiyah - https://kemenag.go.id/nasional/menag-hajjah-rahmah-el-yunusiah-sangat-layak-menjadi-pahlawan-nasional-
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!