Pada Senin (24/6/2024), Brigade Al-Qassam menyiarkan adegan kendaraan rekayasa OFK yang menjadi sasaran peluru kendali “Red Arrow” atau Panah Merah, di sebelah barat daerah Tal Zoroub di kota Rafah, selatan Jalur Gaza.
Di dalam perkembangan yang terjadi sejak awal perang Israel di Gaza hingga kini, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Brigade Al-Qassam, mengungkapkan penggunaan peluru kendali (rudal) dari Cina yang disebut “Red Arrow” atau Panah Merah. Rudal itu digunakan Al-Qassam untuk menyasar kendaraan militer Zionis Israel.
“Red Arrow” adalah rudal anti-tank generasi kedua yang dikendalikan dengan metode kabel optik. Rudal ini terdiri dari proyektil anti-lapis baja yang memiliki hulu ledak, roket berbahan bakar padat, dan unit kontrol yang terhubung ke tempat peluncuran melalui kabel untuk mengarahkannya secara visual ke sasaran.
Rudal “Red Arrow” memiliki spesifikasi tinggi dengan jarak berkisar antara 3 hingga 4 kilometer. Senjata itu merupakan salah satu sistem rudal terpenting yang diandalkan oleh Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok sejak akhir tahun 1980-an.
Diproduksi pada tahun 1980, senjata itu juga digunakan dalam Perang Bosnia dan Herzegovina serta dalam pertempuran setelah revolusi Suriah. Dengan bobot 25 kilogram, senjata itu dapat diluncurkan dari darat, kendaraan tempur, atau helikopter serangan.
Baca juga: Pengamat Militer Ungkap Cara Al-Qassam Lakukan Penyergapan Buat Penjajah Kocar-Kacir
Laporan Sputnik tahun 2021 menyebutkan, industri militer Tiongkok memproduksi beberapa jenis sistem rudal anti-tank portabel generasi ketiga. Termasuk rudal yang serupa dengan rudal Amerika FGM-148 Javelin.
Peningkatan Kualitas
Menurut pakar militer, Kolonel Hatem Al-Falahi, rudal “Red Arrow” milik Hamas baru-baru ini mengalami peningkatan kualitatif karena memiliki jarak tembak yang jauh. “Red Arrow” mampu menghantam kendaraan lapis baja dari jarak 4 kilometer.
Al-Falahi menambahkan, dalam analisis situasi militer di Jalur Gaza, rudal jenis ini memiliki kemampuan tinggi untuk mengenai mesin dan kendaraan lapis besi. Ia percaya bahwa penemuan rudal ini menunjukkan Hamas memiliki lebih banyak senjata yang mampu menyerang kendaraan lapis baja, serta menandai waktu yang tepat untuk menggunakan strategi perlawanan jarak jauh.
“Operasi hari ini menegaskan bahwa kenyataannya sangat berbeda dari apa yang dikatakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan membantah pembicaraan para pemimpin tentara penjajah tentang deklarasi kemenangan atas Brigade Al-Qassam,” ucap pengamat militer tersebut.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!