Penulis : Drs. Lukman Hakiem
"Mulai bulan depan, Ente tidak lagi memimpin Soeara Moeslimin Indonesia. Ente diganti oleh Harsono Tjokroaminoto. Ente akan mendapat tambahan tugas baru. Perjuangan kita bakal lebih dahsyat!"
Demikianlah 'instruksi' K.H. A. Wahid Hasjim kepada Saifuddin Zuhri. Sebagai santri, Saifuddin patuh kepada instruksi Kiainya itu.
Rapat ormas Majelis Sjuro Muslimin Indonesia (Masjumi) yang dilangsungkan sesudah Gus Wahid memberi "instruksi"kepada Saifuddin Zuhri berlangsung hangat dan penuh semangat perjuangan. Rapat di hari itu mendiskusikan usul Masjumi kepada tentara pendudukan Jepang agar membentuk Barisan Hizbullah untuk para pemuda Islam.
Ada dua hal yang menjadi letak perdebatannya. Pertama, tentang siapa yang akan dikirim ke PETA dan siapa yang ke Hizbullah. Perdebatan kedua, tentang apakah PETA dan Hizbullah terpisah atau disatukan.
Di dalam sejarahnya, PETA dibentuk pada November 1943. Beberapa pekan kemudian, Nippon menyetujui pembentukan Hizbullah.
Kala itu, Saifuddin Zuhri bersama Muhammad Syahid dari Blitar dan Ahmad Fathoni dari Jakarta, diberi tugas keliling Jawa dan Madura untuk memasyarakatkan pembentukan PETA dan Hizbullah. Juga siapa saja pemuda yang akan masuk Hizbullah dan siapa pula yang mau masuk PETA.
Meskipun terpisah, dalam teknik kemiliteran, PETA dan Hizbullah sama-sama dilatih oleh Perwira Intel Jepang, Kapten Yanagawa. Pusat pelatihan PETA ada di Kota Bogor. Pusat Pelatihan Hizbullah di Cibarusah, tidak terlampau jauh dari Cibinong.
Seingat Saifuddin Zuhri, para pemuda (dari ormas) Islam yang masuk PETA antara lain adalah K.H. A. Cholik Hasjim (Jawa Timur/NU), Muljadi Djojomartono (Jawa Tengah/Muhammadiyah), Anwar Tjokroaminoto, Otto Iskandardinata, Mr. Kasman Singodimedjo (Jakarta/Muhammadiyah), M. Yunus Anis (Muhammadiyah/Yogyakarta), K.H. Iskandar Idris (Jawa Barat/Muhammadiyah), Arudji Kartawinata (Jakarta/SI), K.H. Sjam'un (Banten/NU), dan lain-lain.
Pelatihan Laskar Hizbullah di Cibarusah, Bekasi, berlangsung beberapa angkatan. Pesertanya sebanyak 500 orang, datang dari berbagai daerah di Jawa dan Madura. Tiap angkatan, pelatihannya dilaksanakan selama tiga bulan.
Setiap bulan, materi pelatihannya berbeda-beda. Di bulan pertama, peserta digembleng dengan kajian agama untuk memperteguh tauhid dan keimanan. Di bulan kedua, gemblengan ibadah. Bulan ketiga, peserta dilatih kanuragan dan teknik militer.
Pada 20 Mei 1945, pelatihan angkatan I resmi ditutup oleh Ketua Muda Masjumi, K.H. A. Wahid Hasjim. Turut hadir pejabat jawatan urusan agama, K.H. A. Kahar Muzakkir.
Kiai Wahid Hasjim mengingatkan peserta pelatihan mengenai maksud pelatihan, agar para pemuda Islam memiliki jiwa perjuangan yang sehebat-hebatnya, sehingga dapat menjadi tenaga guna mencapai cita-cita kita bersama. "Janganlah sekali-kali kamu berpikir bahwa kewajibannya sekarang sudah selesai dengan Pelatihan selama tiga bulan ini."
Kiai Kahar Moedzakkir mengingatkan pula para peserta pelatihan bahwa mereka telah memilih memasuki Barisan Tentara Allah dan telah sabar mengatasi segala kesusahan dalam pelatihan. "Kalian adalah segolongan pemuda yang menjadi pilihan umat Islam di tanah Jawa," ujar Kiai Kahar Muzakkir.
"Pada saat bangsa Indonesia menghadapi suatu kewajiban yang penting sekali, yang akan menentukan timbulnya sebagai bangsa yang merdeka, yang dapat menegakkan agama Allah dan menyebarkan bendera kaumnya, maka adalah sungguh besar sekali kewajiban terhadap bangsamu yang telah menaruh harapannya dalam bahumu. Hanya dengan pengorbanan seikhlas-ikhlasnyalah dapat tercapai keselamatan dan kemerdekaan bangsa dan tanah airmu.
"Bilanganmu pada hari ini masih sedikit, akan tetapi saya yakin bahwa angkatan Islam muda yang akan mengikuti jejak kalian akan berlipat ganda banyaknya.
"Bangsa Indonesia kini sedang berjuang untuk membentuk dan menyelenggarakan negara Indonesia yang merdeka. Maka mengabdilah kamu sekalian sebaik-baiknya untuk melaksanakan cita-cita kamu.
"Buktikanlah pada seluruh dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki hidup, dan umat Islam Indonesia adalah umat yang masih hidup."
Setelah 78 tahun berlalu, kini Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menghidupkan kembali semangat Pelatihan Hizbullah di Cibarusah. Salah seorang tokoh di balik pelatihan itu, K.H. R. Ma'mun Nawawi, dan tokoh Hizbullah Bogor, K.H Sholeh Iskandar, diusulkan ke Presiden untuk dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional. Semoga semua proses pengukuhan jasa para pahlawan bangsa itu berjalan lancar.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!