Ketika anak terlahir ke dunia, kewajiban pertama yang dipikul kedua orangtuanya adalah mendidik dia dengan taat kepada Allah. Sebagaimana Al-Hasan mengajarkan, “Perintahkan mereka taat kepada Allah dan ajarkan kepada mereka kebaikan”.
Mendidik anak untuk taat memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi bukan berarti bahwa membentuk anak menjadi taat adalah sesuatu hal yang mustahil. Islam sebagai dien yang kamil dan syamil telah memberikan kiat-kiat yang tepat tentang bagaimana menghasung anak agar tatkala mencapai usia dewasa tegak dengan ketaatan kepada Allah.
Kiat mentarbiyah anak untuk taat telah ditawarkan Islam lewat shalat.
Dan diperintahkan kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.– QS. Thaha:132
Inilah salah satu bukti keindahan pendidikan dalam Islam. Sebab, dalam shalat terdapat mutiara ketaatan yang sangat tinggi.
Pendidikan shalat pada anak sangat ditekankan untuk diberikan sejak dini. Sabda Rasulullah SAW,
“Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat dan pisahkanlah tempat tidur mereka”.
Pendidikan yang dilakukan sejak dini akan membentuk ikatan yang tangguh pada anak. Sehingga, di usia dewasa anak telah tegak dengan dasar yang kokoh sebagaimana pohon-pohon yang menghujam dalam.
Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. – QS. Ibrahim:24
Shalat mengandung pengajaran yang akurat untuk melecutkan anak menjadi taat. Gerakan-gerakan shalat di antaranya mengandung beberapa pengajaran:
- Wudhu sebelum shalat akan memupuk percaya diri. Perasaan ini tumbuh dari kebersihan dirinya dan cara penerimaan orang lain terhadapnya.
- Bacaan-bacaan dalam shalat secara tidak langsung melatih anak untuk belajar bahasa dengan lafadz yang fasih dan mampu memahami apa yang ia ucapkan. Selain itu, daya ingat anak pun terlatih.
- Shalat lima waktu sehari semalam dan tepat waktu melatih disiplin, menghormati waktu, dan patuh pada peraturan.
Secara keseluruhan, shalat mengajarkan anak untuk bersopan santun, berdisiplin, dan tekun melakukan sesuatu pekerjaan/amal tertentu pula. Juga mengajarinya untuk mengatur bicara dengan suara lemah lembut dan mengarahkan dia supaya senantiasa menghormati hak orang lain. Sebagaimana Allah menjelaskan tentang hikmah/faedah shalat:
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar keutamaan dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. – QS. Al-Ankabut:45
Itu semua adalah unsur-unsur yang bisa membentuk ketaatan pada anak. Selain itu, shalat juga membentuk pribadi anak agar penuh dengan kesiapan menghadapi hidup, karena apa yang mereka lakukan sama dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa, sejajar di hadapan Al-Khaliq yang Maha Agung.
Dengan melihat ajaran shalat yang sarat dengan hikmah tersebut, maka tak diragukan lagi, shalat merupakan kiat yang tepat untuk membentuk ketaatan pada anak. Lebih jauh lagi, shalat akan membentengi anak sekaligus dari tipu daya syetan yang mengajak kepada kemungkaran. Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…– QS.At-Tahrim:6
Dan yang terpenting, untuk mencapai kesuksesan ini adalah adanya teladan dari ibu dan bapaknya dalam melakukan shalat.
Mampu menjalankan shalat adalah hak anak. Sementara menyuruh, mengajak dan membiasakan anak melakukan shalat adalah kewajiban orangtua. Orangtua yang mengabaikan shalat dan tidak memperhatikan pengajaran shalat pada anak-anaknya berarti telah mencabut dan menginjak-injak hak anak dan melalaikan kewajiban. Padahal kewajiban ini akan diminta pertanggungjawabannya di Yaumil Akhir.
“Seorang laki-laki adalah penggembala di dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap gembalanya itu. Dan seorang wanita adalah penggembala di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap gembalaannya itu’. (HR.Bukhari dan Muslim)
Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. – QS. Al-Hijr:92-93.
Penulis : U. Thiflun (Bogor)
Disadur dari majalah Sabili Edisi No. 20 Th. IV / 15-30 Juni 1992
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!