Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, pada Senin (28/10/2024) malam, menyatakan bahwa negaranya tengah menghadapi krisis personel militer akibat meningkatnya jumlah korban tewas dan terluka dalam pertempuran yang berlangsung di Gaza. Pernyataan ini disampaikan setelah Galant menghadiri sidang pleno Knesset (parlemen Israel) yang membahas undang-undang wajib militer bagi kelompok Yahudi ultra-Ortodoks “Haredim”, yang dikecualikan dari wajib militer.
Di dalam wawancara dengan Channel 12, Galant menegaskan bahwa masalah ini bukan sekadar isu politik, tetapi juga menyangkut keamanan. “Situasi semakin memburuk, banyak front yang terbuka, dan jumlah tentara yang tewas serta terluka meningkat. Kami membutuhkan lebih banyak tentara,” ungkapnya. Surat kabar Yedioth Ahronoth juga mengutip pernyataan Galant yang menggambarkan kondisi tersebut sebagai “berbahaya”.
Galant, anggota Partai Likud yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengusulkan perubahan undang-undang yang menghapus pengecualian wajib militer bagi kaum Haredim. Menurut dia, semua warga Israel harus memiliki kewajiban yang sama dalam menjalankan dinas militer, tanpa pengecualian.
Oposisi Menyuarakan Kritik terhadap Kebijakan Netanyahu
Di sisi lain, pemimpin oposisi, Yair Lapid, menantang Netanyahu. “Jika Anda benar-benar perdana menteri yang kuat, Anda akan memberitahu mitra-mitra Anda (dari kaum Haredim) bahwa Negara Israel sedang berada dalam keadaan perang, dan tentara tewas serta terluka setiap hari, sehingga tidak ada alasan untuk menghindar dari wajib militer,” ucapnya.
Kaum Haredim mencakup sekitar 13% dari populasi Israel yang berjumlah sekitar 9,7 juta jiwa. Kelompok ini selama bertahun-tahun dikecualikan dari dinas militer dengan alasan dedikasi penuh kepada studi Taurat. Namun, pengecualian ini telah lama menjadi sumber ketegangan di Israel. Terutama ketika terjadi peningkatan kebutuhan personel militer seperti sekarang.
Tentara Zionis Tewas di Gaza Meningkat Drastis
Data resmi dari militer Israel menunjukkan bahwa sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, sebanyak 771 tentara dan perwira telah tewas, termasuk 360 yang tewas dalam pertempuran darat di Jalur Gaza. Dengan berlanjutnya ketegangan antara pemerintah dan oposisi terkait kewajiban militer bagi kaum Haredim, jalan menuju kesepakatan bersama masih jauh dari tercapai.
(Sumber: Al jazeera Mubasher)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!