Menjelang Peringatan Hari Kemerdekaan yang ke-79 Republik Indonesia, Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun menggelar acara “Melancong Sejarah Kota Tua & Museum Bahari”. Acara yang digelar pada 4 Agustus 2024 itu diikuti 79 orang peserta yang berasal dari berbagai wilayah.
Acara tersebut bertujuan untuk mengenalkan generasi muda terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kolonialisme. Juga mengenalkan identitas bangsa Indonesia yang dikenal sebagai “negara maritim” oleh pelaut dunia. Negara yang memiliki kekayaan sumber daya laut yang membentang seluas 6 juta kilometer persegi. Dan bahwa perjuangan para pendiri bangsa semisal Agus Salim, Mohammad Natsir, Soekarno, Hatta, hingga Djuanda, dalam menghadapi penjajah Belanda, telah membentuk fondasi negara ini sebagai negara maritim yang kuat.
Menghadirkan narasumber ahli sejarah, yaitu Pizaro Ghazali Idrus (Pengamat Sejarah dan Dosen Hubungan Internasional) dan Hadi Nur Ramadhan (Founder Rumah Sejarah Indonesia dan Wakil Sekretaris LSBPI MUI Pusat), yang memberikan wawasan mendalam mengenai sejarah Indonesia. Pada sesi pertama, peserta diajak menjelajahi Museum Sejarah Jakarta, mengunjungi ruang penjara wanita, ruang tahanan Pangeran Diponegoro, dan ruang penjara laki-laki, serta merasakan langsung kondisi yang pernah dialami oleh para tahanan pribumi.
Pizaro Ghazali Idrus menguraikan sejarah penjajahan Indonesia, termasuk Perang Jawa atau Perang Diponegoro. “Para pejuang Indonesia tidak mau kalah dari penjajah. Pada tahun 1825-1830, terdapat Perang Jawa atau Perang Diponegoro, di mana Belanda mengalami kekalahan dan kebangkrutan hingga mencapai 20 juta Gulden (400 milyar Rupiah), sementara keuntungan yang didapat hanya mencapai 2 juta Gulden dalam setahun. Ini menunjukkan betapa sulitnya menaklukkan Perang Diponegoro, dan itu baru satu perang saja,” ucap Pizaro Ghazali.
Setelah itu, peserta melanjutkan kunjungan ke Museum Bahari. Dulunya, gedung Museum Bahari merupakan gudang milik VOC yang digunakan untuk menyimpan hasil bumi, semisal rempah-rempah. Hadi Nur Ramadhan, Founder Rumah Sejarah Indonesia dan Wakil Sekretaris LSBPI MUI Pusat, menjelaskan tentang sejarah Museum Bahari.
“Museum Bahari berdiri pada tahun 1700-an dan awalnya difungsikan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah. Bangsa-bangsa lain seperti Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang, awalnya datang untuk berdagang. Namun, mereka kemudian menjajah Indonesia, menguasai laut, dan mengambil rempah-rempah kita,” jelas Hadi Nur Ramadhan.
Sebelum acara berakhir, diadakan sesi diskusi dan tanya jawab yang interaktif. Peserta dapat mengajukan pertanyaan terkait materi yang sudah dijelaskan pemandu selama acara berlangsung.
Berbagai lapisan masyarakat turut serta dalam acara ini. Mulai dari pelajar sekolah, mahasiswa, dosen, pengurus pesantren, aktivis, hingga pemerhati sejarah. Mereka berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, dan wilayah-wilayah di sekitarnya.
Pizaro Ghazali Idrus dan Hadi Nur Ramadhan berharap, acara ini dapat menjadi pengingat penting akan sejarah Indonesia dan mendorong para peserta, terutama generasi muda, untuk mengenal jati diri bangsa serta mampu terus melestarikannya kepada generasi selanjutnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!