Tragedi mengerikan yang menimpa masyarakat Suriah terjadi pada Jumat (25/5/2012). Ketika itu, pasukan rezim Suriah dan beberapa milisi melakukan pembantaian di kota Taldu, wilayah Houla, Barat Laut Homs. Akibat peristiwa tersebut, sebanyak 108 warga sipil tewas, termasuk 49 anak-anak dan 34 wanita.
Tragedi itu diawali dengan pengeboman artileri, yang kemudian disusul penyerbuan berdarah ke rumah-rumah warga. Menurut tim PBB, sebagian besar korban tewas akibat tembakan dari jarak dekat. Saksi mata juga mengatakan, milisi pro-pemerintah (dikenal sebagai shabiha) berseragam militer menyerbu rumah warga dan mengeksekusi keluarganya satu per satu.
Saksi yang diwawancarai oleh Human Rights Watch menyatakan bahwa para penyerang semuanya berpakaian tentara atau mirip militer pro-pemerintah. Mereka mengeksekusi warga satu per satu, tidak terkecuali anak kecil, dengan tangan terikat. Berbagai laporan menyebutkan korban tewas, bahkan bayi yang baru berusia beberapa minggu. Hal itu menunjukkan kekejaman yang melampaui batas terhadap rakyat sipil.
Setelah rezim Suriah tumbang pada 2024 lalu, para penyintas pembantaian Houla memberikan kesaksian mengerikan. Mereka menegaskan, saat itu pasukan Assad dan milisinya memulai pembantaian dengan membunuh anak-anak terlebih dahulu, lalu melakukan mutilasi terhadap jenazah mereka.
Ribuan orang kehilangan anggota keluarganya hingga meninggalkan trauma mendalam. Seorang penyintas bernama Ali Adel Sayyid menceritakan, ia selamat dari pembantaian dengan pura-pura mati, dan ia menyaksikan sendiri pembunuhan terhadap kedua orang tua serta saudara-saudaranya.

Reaksi Dunia Internasional
Berbagai negara Arab, Barat, dan organisasi hak asasi manusia internasional, mengecam keras pembantaian Houla. Pasca tragedi tersebut, terjadi gelombang pengusiran diplomatik massal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Australia, Italia, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, segera mengambil langkah konkret dengan mengusir para duta besar rezim Suriah atau pejabat diplomatik senior, sebagai bentuk penolakan tegas terhadap kekejaman rezim Assad.
Seiring waktu, kenaikan jumlah korban warga sipil di Suriah semakin memicu pengungsian massal. Pada akhir 2013, hampir 2 juta warga Suriah mengungsi ke negara tetangga. Kondisi di dalam negeri memburuk: Akses ke obat-obatan, pangan, dan layanan darurat, sangat terbatas di daerah konflik.
(Sumber Al-Jazeera & Reuters)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!